Jumat, 08 April 2011

Fantasy Fiesta 2010: Antologi Cerita Fantasi Terbaik 2010

Jakarta tahun 20XX
Sesaat lagi tahun 20XX+1 akan tiba!

Di halaman sebuah rumah mewah bertingkat, terlihat sebuah pesta kebun digelar dengan semarak. Seorang wanita paruh baya terlihat tidak perduli dengan ramainya suasana pesta yang digelar. Ia berjalan dengan santainya menuju sebuah ruangan yang terletak tak jauh dari lokasi pesta. Sebuah perpustakaan tepatnya.

Saat ini ia berada di daerah kekuasaaannya, perpustakaan pribadinya yang terletak di sisi lain halaman. Dan sudah menjadi semacam undang-undang bagi seluruh warga penghuni rumah dan keluarga besar, siapapun tidak boleh mengusiknya saat ia berada disana. Lebih tepatnya nyaris siapapun, karena untuk cucu dan kelompok pembacanya, wanita paruh baya itu selalu bersedia diganggu

Seperti tahun-tahun yang lalu, setiap awal tahun ia akan memilih sebuah buku dari koleksi lamanya, sebuah buku antik untuk diberikan bagi cucu tersayang. Buku yang diberikan bukanlah hanya sekedar buku lama, tapi buku dengan nilai tinggi. Jika buku yang dipilih wanita paruh baya itu dilempar kepasar buku antik, pastilah orang-orang berani menawar dengan harga tinggi. Dipasaran, buku itu memiliki nilai tinggi karena terdapat tanda tangan penulis, kadang penerjemah, ada juga ditambah editornya.Selain itu biasanya buku-buku koleksi wanita paruh baya itu merupakan edisi pertama atau edisi spesial dengan kondisi 100 % mulus, hanya warna kertasnya yang tak mampu melawan waktu , menguning.

Beberapa orang sering mentertawakan kebiasaannya. Sungguh lucu, wanita paruh baya itu sudah menuliskan sebuah wasiat berisi instruksi kepada siapa ia akan mewariskan seluruh isi perpustakaannya. Sudah menjadi rahasia umum, cucu tunggalnya yang akan menjadi pewaris. Lalu untuk apa setiap tahun ia masih memberikan buku pilihan? Aneh!

Kuncinya terletak pada cerita yang ada dalam buku pilihannya. Ternyata cerita yang dipilih oleh wanita paruh baya itu akan menjadi doa dan harapan bagi cucu tersayangnya. Buku itu akan menjadi semangat dan motivasi bagi sang cucu. Cara itu dianggap lebih efektif dari pada menguliahi sang cucu dengan wejangan panjang lebar dan hanya masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri asng cucu yang masih ABG.

Biasanya buku pilihan baru diberikan pada akhir pekan minggu pertama diawal tahun. Untuk tahun ini, entah kenapa ia merasa ingin memberikannya secepat mungkin. Semacam pertanda atau apalah...... Yang pasti wanita paruh baya itu merasa tidak tenang sebelum melakukan kebiasaannya itu.

Perlahan, wanita paruh baya berjalan menuju sebuah lemari kaca yang dilengkapi pengaman canggih. Anak lelaki tunggalnya sangat memanjakan wanita paruh baya itu, apapun diberikannya untuk membuat sang ibu senang. Termasuk membuat perpustakaan dengan segala perlengkapan canggihnya. Ia mematikan alaram dan membuka lemari kaca dengan perlahan. Tangannya menyentuh punggung buku dengan penuh perasaan sambil merasakan sensasi yang berbeda dari tiap buku. Sesekali ia berhenti agak lama di buku tertentu sebelum beralih ke buku yang lain

Setelah menimbang cukup lama, ditariknya sebuah buku. Dengan perlahan dibacanya sekilas beberapa halaman buku sebelum akhirnya ia tersenyum puas.Dipeluknya buku itu dengan erat, perasaan sayang terpancar diwajahnya Sebuah pilihan bijaksana telah dijatuhkan! Pikirannya kembali ke masa silam, saat ia mendapatkan buku itu.

Suara ketukan halus di pintu membuatnya sadar kembali. Dari balik pintu kaca, terlihat cucu tersayang diantar kedua orang tuanya berdiri dengan tegang. Setiap tahun, anak dan menantunya selalu meluangkan waktu melihat wanita paruh baya itu melakukan ritual memberikan hadiah buku. Mereka memanfaatkan momen itu untuk ikut memberikan petuah bagi sang anak. Cerdik!

Tangannya memberikan isyarat untuk masuk dan duduk di sofa nyaman yang tersedia. Setelah semuanya duduk, ia menyerahkan buku yang sejak tadi dipeluknya. Sang cucu menerima dengan tangan bergetar, walau ritual itu sudah dilakukan sejak ia duduk di SD, tetap saja ia merasakan tegang.

Saat menerima lalu membaca judul buku, mendadak matanya melotot! Mulutnya membuka lebar sebelum akhirnya tertawa lepas. Wanita paruh baya itu tersenyum lebar, sementara yang lain saling berpandangan dengan heran.

”Grandnie yakin tahun ini aku mendapat hadiah buku FANTASY FIESTA 2010: Antologi Cerita Fantasi Terbaik 2010, penyunting : Lutfi Jayadi, ISBN : 978-979-19991-4-4, halaman : 280, penerbit : Adhika Pustaka, Bukan buku yang lain? ” tanya sang cucu sambil menghapus air mata akibat tertawa . Kedua orang tuanya menatap wanita paruh baya dengan heran. Biasanya buku yang diberikan adalah buku motivasi, sejarah, biografi orang terkenal dan sejenisnya. Buku-buku yang berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Kalaupun buku cerita, biasanya merupakan kisah nyata.

”Kamu tidak suka?” tanya wanita paruh baya yang dipanggil grandnie.
” Bukan begitu grand” jawab sang cucu terburu-buru.

”Tapi ini bukan jenis buku yang biasa grandnie berikan. Ini sungguh luar biasa” lanjutnya sambil membalik-balikan halaman buku dengan semangat.

”Kau tahu, dalam buku ini tersimpan semangat 20 orang penulis muda berbakat. Mereka memberikan kisah yang bisa bercerita lebh banyak dari pada yang mereka tulis” jawab wanita paruh baya itu dengan tenang.

"Maksud grandnie?” tanya sang cucu dengan penasaran

”Mereka pada awalnya tidak saling kenal. Kesamaan visi dan misi memajukan cerita fantasi membuat mereka bersatu. Buku ini merupakan bukti mimpi bisa terwujud asal kita berusah keras mencapainya. Tidak hanya soal buku, mereka bahu membahu melakukan promosi, penjualan hingga membuat karikatur guna menarik minat pembaca” jawab si wanita paruh baya sambil menunjuk kopi lukisan yang terpasang di dinding. Setelah sekian lama, baru sang cucu tahu kisah dibalik kopi lukisan yang terpasang, dijamin esok ia akan memandang dengan cara dan perasaan yang berbeda.

”Kenapa cerita fantasi grand? Sang cucu masih bertanya dengan penasaran
Wanita paruh baya itu terseyum sebelum menjawab, ” Kau tahu, banyak hal yang dimulai dari fantasi. Orang berfantasi bisa pergi kebulan dahulu sebelum akhirnya kita bisa membuat koloni disana. Dibutuhkan orang kreatif untuk bisa berfantasi. Semoga di tahun depan kamu bisa menjadi orang yang kreatif dalam menghadapi hidup”

Wanita paruh baya itu menatap wajah sang cucu yang tampak asyik membalik-balikan halaman sebelum melanjutkan ucapannya. ”Setiap cerita juga mengandung pesan moral tersendiri. Baca Rhytma, kau akan tahu bahwa permusuhan bisa menimbulkan malapetaka tidak hanya untuk dirimu namun juga orang lain dan lingkungan. Tengok cerita Anak Lelaki dan Si Pengubah Wujud. kamu akan tahu kadang balas dendam tidak menyelesaikan masalah namun membuat masalah baru.


Masalah akan selesai justru dengan kita memberikan ampunan. Dalam kisah Aku Hidup Seribu Tahun, tergambar yang terpenting bukan berapa lama kita hidup tapi apa yang kita lakukan dalam hidup ini. Bocah Serigala dan Isyarat-Isyarat Api menunjukkan bahwa perbuatan baik akan mendapat ganjaran baik, kadang dengan cara yang tak terduga. Candu Aksara secarta pribadi akan selalu menjadi peringatan buatku untuk tidak berlebihan dalam menyukai sesuatu jika tidak ingin berkibat fatal. ” papar wanita paruh baya itu panjang lebar.

Sang cucu terihat mulai memahami alasan pemilihan buku itu. Kedua orang tuanya pun tersenyum setelah sebelumnya menampakkan wajah was-was. Anak lelaki wanita paruh baya itu memberikan tanda dengan jari jempolnya, tanda memuji pilihan sang ibu.

”Kamu akan menemukan genre cerita romatis, petualangan, misteri, lelucon dan masih banyak lagi dalam buku ini. Kamu akan tertawa saat membaca Drama terhebat yang Pernah Ada. Kamu akan mengenang masa kecil yang bahagia saat membaca Moka Si Mobil Jelaga. Sang Pelukis akan membawamu ke alam petualangan yang tak terbayangkan. Buku ini menawarkan banyak pilihan bagi pembacanya” lanjut wanita paruh baya sambil berdiri, sebuah tanda pertemuan keluarga itu telah berakhir.

Sang cucu dan kedua orang tuanya bergegas kembali ke pesta. Wanita paruh baya tetap berada dalam perpustakaan. Sang cucu terlihat berjalan menuju rumah induk untuk menyimpan hadiah tahun baru di kamarnya sebelum bergabung dengan kedua orang tuanya yang sudah berada di pesta terlebih dahulu.

Sambil berjalan, dibacanya daftar cerita yang ada. Mendadak matanya menatap sebuah kalimat, “Rhytma – Bonmedo Tambunan 197 ” Seakan tak percaya ia menggosok matanya. Tapi tulisan yang ada tetap sama.

Bergegas ia kembali ke perpustakaan, ”Grand, Rhytma dibuat oleh….” tanya sambil berteriaknya heran karena terkejut. Pertanyaannya tak selesai karena melihat si wanita paruh baya memberikan tanda untuk diam sambil menganggukan kepala.

Sesaat mereka berdua saling menatap sambil tersenyum. Wanita paruh baya itu mengajaknya keluar dari perpustakaan. Setelah memasang alaram , mereka berjalan bergandengan menuju sebuah kerumulan orang yang bersorak-sorai dengan semangat. Di tengah-tengah kerumunan, terlihat seseorang lelaki menari dengan lincahnya. Gerakannya sungguh lincah memakau penonton, tak tampak usia paruh baya disana, juga tanda-tanda ia yang membuat Rhytma.

------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa waktu yang lalu, nada dering tanda SMS di HP saya berbunyi. Untung saya belum berada di alam mimpi, segera sambar HP dan baca pesan yang masuk

00:45
Boni

Say, repiu FF mana? kok repiu buku yang lain duluan
bukunya blm dapat yah?

Tanpa melihat siapa si pengirim saya sudah tahu sumber SMS itu berasal.
Siapa lagi yang berani SMS atau menelpon jam segini kalau bukan Boni and Sil
Cuman bisa nyengir dan menjawab ”OTW say, lg cari om ilham yang ok”

Suatu malam eh pagi sebuah pesan masuk lagi

00:15
Boni
?????????????????

Kali ini pun saya cuman bisa menjawab dengan ” He he he” So sorry say ^_^
Entah kenapa, untuk buku yang satu ini serasa susah cari Tante Mood dan Om Ilham untuk bikin repiunya

Sore tadi sebuah pembicaraan panjang dengan Boni membuat saya memutuskan untuk segera menuntaskan pembuatan repiu ini. Walau itu artinya kelak saya harus membuat sebuah lagi yang berbeda untuk konsumsi media massa.

Apa beratnya membuat repiu buku ini?
Sebuah pertanyaan yang belakangan dilontarkan ke saya.
Saya sudah membaca cerita dalam versi lomba, versi draft buku lalu dalam wujud buku.
Total 3 X saya membaca setiap cerita yang sama.

Buat saya susah untuk berpikir secara obyektif. Dari 20 penulis, hanya 8 orang yang saya tidak kenal, sampai Boni sering meledek dengan istilah seleb. Saya tidak mau menonjolkan satu cerita dan membuat cerita yang lain tidak disinggung. Padahal setiap cerita memiliki keunikan sendiri. Itulah yang membuat saya sedikit mengalami kesulitan membuat repiu.

THX berat buat IVON yang sudah merelakan gambarnya di comot
Semoga ini cukup sesuai dengan harapan.
Sehingga tak perlu menerima SMS dari Boni pagi-pagi lagi.

Happy New Year say...^_^
Spesial 4 U dear

Tidak ada komentar:

Posting Komentar