Minggu, 27 April 2014

Review 2014 #25: (Unsur Spoiler) Tasbih Cinta di Langit Moskow



Penulis: Indah El Hafidz
Penyunting: Tofik Pram
Penyelaras Aksara: Denny Wibowo
Penata Aksara: Nurul M. Janna
ISBN-13: 9786021606766
ISBN-10: 6021606760
Halaman: 288
Tgl. terbit: 1-Apr-14
Penerbit: Noura Book
Harga: Rp 49.000

 Meski sebenarnya dalam hati aku percaya Allah, Tuhan bagi umat Islam, aku masih enggan kembali ke Islam. Aku merasa, menjadi wanita Muslimin hanya akan membuatku tersiksa. Menurutku, Islam memihak kaum lelaki-di mana mereka mendapat hak mutlak-sementara kaum wanita terus ditindas. Apalagi sejak Papa berpoligami, aku semakin yakin bahwa wanita Islam tercipta untuk ditindas kaum lelaki.

Buku ini berkisah tentang para wanita yang mencari jati diri dan cinta. Bonnieta Bengtsson gadis muda belia yang berada diantara kebencian sang mama akan Islam serta keyakinannya akan keberadaan Allah SWT. Mama Bonnieta, seorang perancang terkenal yang berusaha keras memberikan kehidupan terbaik bagi anak gadisnya. Kekuatnya adalah rasa marah pada suami yang berpoligami dan Islam yang menurutnya menginjak harkat wanita. Miss Sahira seorang wanita yang mencari cinta dan menemukan ketenangan jiwa dalam upaya memperjuangkan nasib umat Islam di  dunia.

Kisah tentang mama Bonnieta sepertinya dijadikan landasan mengapa Bonnieta bimbang akan keyakinan yang akan dipilih. Selain urusan peibadinya yang membuat heboh seluruh Rusia kisahnya tidak terlalu banyak diungkap. Bisa disebut sosok wanita ini yang membentuk kepribadian Bonnieta menjadi seorang gadis Rusia yang mencitai pesta, dan tidak memeluk agama.

Sementara sosok Miss Sahira merupakan orang yang paling bertanggung jawab mengubah Bonnieta. Ia membantu Bonnieta memutuskan mana yang terbaik bagiehidupannya, ia membantu Bonnieta memilih.  Kisah cintainya seakan bumbu penyedap saja. Saya merasakan karakter yang kurang dibangun dengan kuat oleh penulis. Miss Sahira seakan hanya menjadi sosok penhajar spiritual bagi Bonnieta.

Pada awalnya saya tidak merasakan sesuatu yang spesial tentang buku ini, Bagian awal diisi dengan kisah tentang kebencian mama dari  tokoh utama kita, Bonnieta terhadap Islam karena merasa haknya sebagai wanita dilecehkan. Sejak dilarang bekerja oleh suaminya ia sudah merasa dikengkang dan ditindas haknya sebagai seorang wanita. Apalagi saat suaminya berkata akan  kawin lagi. Dibawanya putri terkasih meninggalkan kota Alexandria, bergegas mereka menuju Moskow untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan.

Baru sekitar halaman dua ratus kisah menjadi lebih matang. Bahkan mampu membuat saya menitikkan air mata. Kisahnya mengalir dengan indah. Penulis  sedang menceritakan sebuah kisah perjalanan kehidupan seorang anak manusia mencari Tuhan. Biasanya seorang anak akan mengikuti keyakinan yang dianut oleh orang tuanya. Begitu juga Bonnieta. Namun dalam lubuk hatinya ia tetap meyakini hal berbeda. Ia tetap meyakini apa yang telah diajarkan papanya yang benar.

Hal tersebut terlihat pada kalimat berikut, "Jujur saja, aku  sendiri bingung dengan kepercayaanku. Aaku percaya adanya Tuhan, tetapi aku tak memeluk satu agama pun. Dulu, sewaktu kecil, aku pernah memeluk Islam. Aku menjalankan sholat dan membaca Al-Quran bersama Papa dan kakak laki-lakiku. Namun sekarang aku tak melakukannya. Aku juga tak memeluk Kristen Ortodoks seperti Mama. Aku percaya Tuhan, tetapi aku tak mau mengikuti suatu agama pun".

Jika akhirnya Bonnieta memutuskan untuk memeluk agama yang sama dengan yang diyakini papanya, kali ini dilandasi dengan keyakinan hatinya bukan karena mengikuti apa yang diyakini papanya semata. Bagian-bagian dimana Bonnieta telah menemukan jati dirinya sungguh mengharukan. Penulis mampu mengaduk-aduk emosi pembaca pada bagian ini.

Saya bahkan sempat berpikir jangan-jangan buku ini dibuat oleh dua orang yang berbeda menilik begitu cepatnya berubah gaya penulisan kisah. Pada bagian awal kisahnya terlihat semerawut. Penulis sepertinya berusaha menguraikan banyak hal yang kelak baru bisa pembaca temukan hubungannya satu dengan lain. Beberapa peristiwa seakan dipaksakan berhubungan layaknya sinetron kita sementara hal-hal yang krusial justru tidak diungkap. Misalnya alasan sang ayah menikah lagi ternyata demi anak-anaknya. Maka selayaknya ada sekelumit kisah tentang bagaimana baiknya sang ibu tiri mengasuh kakak Bonnieta.

Kisah bagaimana sang papa sangat berduka hanya diungkapkan dengan cara ulasan setiap sore ia berjalan di pantai dan membuat kamar indah. Kurang mencerminkan perasaan terpukul dan rindu seorang ayah pada anaknya. Hal yang paling membingungkan saya adalah bagaimana bisa sang papa tidak menemukan Bonnieta? Menurut kisah ini mama Bonnieta adalah perancang busana ternama. Harusnya namanya bisa dengan mudah ditemukan diinternet, demikian juga nama serta alamat butiknya di Moskow. Tentunya aneh jika sang ayah hanya berjalan di pinggir pantai tanpa berusaha terbang ke Moskow mencari sang putri. Hal ini bisa diolah sehingga kisah menjadi lebih dramatis lagi. Demikian juga sang kakak yang hanya mengandalkan kartu nama dari kakek mereka.

Pada halaman 47 disebutkan bahwa Bonnieta mendapat sebuah buku dari mamanya tentang sosok  Prof. Dr Adi Suhendra. Ada rahasia besar dalam lebrana halaman dalam buku itu. Sepengetahuan saya, seseorang pasti memiliki sesuatu yang spesial sehingga  kisah hidupnya bisa dibuat menjadi sebuah buku. Entah menghasilkan karya seperti Disney, Edison dan lainnya atau memiliki pemikiran yang hebat seperti Gandhi. Apalagi sosok itu konon karena situasi politik di tanah air sampai mengubah kewarganegaraan. Saya kurang memahami apa kelebihan sosok Prof. Dr Adi Suhendra bagi Rusia hingga layak diabadikan dalam sebuah buku.


Di bagian belakang memang diberikan keterangan mengenai beberapa hal seperti arti beberapa ungkapan dalam bahasa asing yang ada dalam buku ini. Hanya seperti penulis yang lain, penulis buku ini justru lupa memberikan pemahaman yang sama tentang hal sepele. Bagi banyak orang kata Plato dalam buku ini bisa dipahami dengan mudah jika membaca sebuah kalimat hingga tuntas. Jika tidak salah bisa diartikan sebagai sebagai baju hangat. Tapi persepsi pembaca pasti tidak sama. Saya sendiri begitu penasarannya hingga saat telah membaca sampai kesekian puluh halaman harus balik ke halaman awal guna mencari pemahaman yang sama tentang apa itu plato.

Penulis sebenarnya sudah melakukan hal seperti itu di halaman 29, "Aku masih ingat betul, papaku sangat menyukai Koshari-makanan favorit warga Mesir yang terbuat dari campuran nasi, kacang polong, dan makroni yang ditaburi saos tomat dan bawang goreng" Mungkin untuk urusan plato dianggap tidak perlu diberikan penjelasan. Padahal akan lebih bagus jika dibuat misalnya," Aku melepas plato-ku, baju hangat dengan lapisan bla bla bla" Tak perlu panjang namun cukup memberikan persamaan persepsi bagi mereka yang tak memahami tentang segala hal yang terkait dengan Rusia.

Universitas Negeri Moskwa M.V. Lomonosov (bahasa Rusia: Московский государственный университет имени М.В. Ломоносова, Moskovskiy gosudarstvennyiy universitet imeni M.V. Lomonosova; disingkat МГУ, MGU), disebut juga Universitas Lomonosov (bahasa Rusia: университет Ломоносова, universitet Lomonósova) adalah universitas negeri terbesar di Rusia. Universitas ini juga diklaim memiliki gedung kampus tertinggi di dunia. Pada tahun 1940, universitas yang didirikan pada tahun 1755 ini diubah namanya untuk menghormati pendirinya, Mikhail Lomonosov.Moto dari sekolah tersebut adalah,  Sains adalah pembelajaran kebenaran yang jelas dan pencerahan pemikiran.

Pendirian universitas ini dirintis oleh Ivan Shuvalov dan Mikhailo Lomonosov, dan dekrit yang memerintahkan pembentukannya dikeluarkan oleh Maharani Rusia Elizaveta Petrovna pada 25 Januari (12 Januari menurut hitungan lama) 1755 yang bertepatan dengan Hari Tatiana (Santa Tatiana). Kuliah-kuliah pertama diadakan pada 26 April. Tanggal 25 Januari sampai sekarang dirayakan sebagai Hari Mahasiswa di Rusia. Lebih lengkap lagi perihal universitas ini silahkan dilihat di  http://www.msu.ru/


Salah satu kota yang sering disebut dalam buku ini adalah Alexandria, dimana Bonnieta menghabiskan masa kecilnya bersama sang papa, kakak serta sang mama pastinya. Alexandria merupakan ibu kota pemerintahan Al Iskandariyah yang terletak di pantai Laut Tengah. Kota tersebut juga merupakan kota pelabuhan utama di Mesir, dan kota terbesar kedua di negara tersebut. Daya tarik kota itu adalah perpustakaan kerajaannya yang dianggap perpustakaan terbesar di dunia.

Perpustakaan Alexandria atau Perpustakaan Iskandariya didirikan pada awal abad ketiga Sebelum Masehi (SM) dan disponsori sepenuhnya oleh keluarga Ptolemeus, perpustakaan itu beserta kuil dewi-dewi Muse menjadi pusat ilmu pengetahuann dalam dunia Hellenistik. Sayangnya perpustakaan tersebut sudah hancur. Pemerintah kemudian membangun perpustakaan baru. Perpustakaan yang dibangun kembali dibuka pada bulan Oktober 2002 dengan nama Bibliotek Alexandria dan berisi sekitar 400.000 buku ditambah dengan sistem komputer yang modern dan mutakhir memungkinkan pengunjung mengakses koleksi perpustakaan lain. koleksi utamanya dititik beratkan pada peradaban Mediterannia bagian timur. Perpustakaan baru ini memiliki kapasitas 8.000.000 buku. Selain perpustakaan, di Alexandria juga terdapat sphinx dan teater Romawi kuno. The Great Lighthouse masuk dalam 7 Keajaiban Dunia.

Kota selanjutnya dimana kisah ini bergulir adalah Moskow. Kota Moskwa   merupakan ibu kota  Federasi Rusia. Kota ini menjadi pusat politik, ekonomi, budaya, dan sains utama di Rusia dan Eropa. Menurut majalah Forbes tahun 2011, Moskwa memiliki jumlah penduduk terkaya dunia terbesar di dunia. Kota tersebut memiliki masalah  polusi udara yang parah yang mengakibatkan permasalahan sehari-hari terhadap kesehatan paru-paru penduduknya. Penyakit Kolera meningkat tajam di beberapa bagian dari kota Moskow karena daerah kotor dimana tidak ada pengaturan yang memadai untuk pembuangan sampah.


Masjid Katedral Moskow adalah masjid utama di Rusia. Dibangun tahun 1904 sesuai rancangan arsitek Nikolay Zhukov dan sekarang menjalani pembangunan ulang. Masjid ini juga dijuluki "Masjid Tatar" karena didominasi oleh arsitektur Tatar. Masjid Katedral Moskow (1904) ini merupakan masjid tertua kedua dari empat masjid yang kini eksis di kota Moskow setelah Moscow Historical Mosque (1828) di 28 Bolshaya Tatarskaya Strett. Dua masjid lainnya adalah, Yardem Mosque (1997) di Otradnoye dan Moscow Memorial Mosque (1997) di Poklonnaya Hill.
Sebuah masjid yang sangat klasik lengkap dengan kubah besar dan menara. Keseluruhan dana pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh saudagar muslim kota Moskow bernama Saleh Yusupovich Erzin

Beberapa kisah dalam buku ini terlihat sekali terinmspirasi dari kisah nyata hingga memiliki kedekatan emosial bagi yang membaca. Ide ceritanya memang menawan, hanya eksekusinya yang kurang pas. Terlepas dari kekurangan yang ada, buku ini layak dibaca guna mempertebal keiman kita.


Sumber gambar:
http://laros.heavenforum.org/t258-sekilas-tentang-kota-alexandria
http://id.wikipedia.org

Sabtu, 12 April 2014

Review 2014 #24: Wayang Gedek

Judul Asli: Wayang godek: warisan kesenian Melayu
Penyusun: Hassan Othman
Editor: Nawi Haji Adek
ISBN: 9789679030686
Halaman:47
Penerbit: Kementerian Kebudayaan Kesediaan dan Pelancongan Malaysia


Ohm naku chacha lakowatu
Naka chak bai chak chu cha cha
Ohm naku chachalakowatu
Naka chak bai chak chu cha cha
Om naku naka cha cha o bai
Om naku naka cha cha o bai
Jalalau musang raiku pai klai-klai
Passa mai nyai

Berbicara mengenai wayang seakan tidak pernah ada habisnya. Walau  beberapa negara juga memilki wayang, namun wayang di tanah air dianggap memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri. Maka berdasarkan hal tersebut wajarlah jika UNIESCO menetapkan wayang sebagai sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humani pada 7 November 2003.  

Sepintas memang banyak kemiripan dari wayang yang dipertunjukan. Perbedaan umumnya pada penyebutan istilah. Di Jawa disebut Wayang Purwa, di Thailand disebut Nang Yai dan Nang Talung  sementara di Kamboja disebut Nang Sbek. Tentunya juga ada perbedaan dari sisi warna wayang dan wujud tokoh yang dipengaruhi oleh adat setempat. 


Misalnya saja perbedaan antara wayang kulit Jawa dan wayang lainnya. Wayang kulit Jawa dapat digerakan kedua sisinya sementara wayang kulit Melayu hanya dapat digerakkan sebelah atau satu sisi saja. dari ukuran wayang Jawa memiliki tinggi serta bentuk yang lebih ramping dari pada wayang Melayu yang terlihat gagah dan tegap. Konon di Kamboja malah butuh beberapa orang dalang untuk menggerakan wayang dalam sebuah pertunjukan,


Buku Wayang Gedek ini mengisahkan tentang perbedaan antara wayang kulit  Jawa dengan wayang yang ada di Malaysia. Serta tentang perkembangan wayang di Malaysia. Buku ini merupakan sumbangan dari Dato' Sri Utama Dr Rais Yatim. Sebagai seseorang yang menyukai wayang, menemukan buku ini ditumpukan buku yang dikembalikan oleh mahasiswa jelas menggoda untuk dipinjam.


Di semenanjung Malaysia terdapat empat jenis pertunjukan wayang kulit, yaitu Wayang Kulit Melayu, Wayang Gedek, Wayang Kulit Purwa (atau Wayang Kulit Jawa) serta Wayang Kulit Kelantan (atau Wayang Kulit Siam) 


Wayang Gedek bisa kita temui di Utara Semenanjung Malaysia seperti Kedah, Perlis. serta Perak.  Umumnya menggunakan dialek utara (kedah-Perlis) yang bercampur dengan bahasa Thailand. Pengaruh Thaliand amat kuat pada negara bagian tersebut. Saat pembukaan misalnya mengunakan bahasa Thailand walau selanjutnya kisah disampaikan dalam dialek Kedah sepenuhnya.  Dua watak utama ialah Etong dan Ekau. Wayang jenis ini menggunakan patung yang berpakaian moden seperti kebaya pendek. 
Bentuk pertunjukannya menggunakan cahaya dan bayangan yang jatuh pada sehelai kain putih  yang diletakkan secara tegak lurus. Persis wayang di tanah air kan? Kata Wayang diambil dari bahasa Bugis yang disebut dalam bahasa Jawa sebagai bayangan dan dalam bahasa Aceh disebut sebagai bayang. Sementara kata layang, payang  berarti miring, bergoyang, tidak stabil. Jika dikaji maka maknanya menikmati pertunjukan yang tercipta dari pergerakan bayangan.

Dalam Wayang Gedek ada juga tokoh yang berwatak kocak atau komedi. Misalnya tokoh Ai Tong. Dengan perawakan perut yang buncit serta pusar yang keluar tentunya mengingatkan kita dengan salah satu tokoh wayang di tanah air. Tokoh yang menggambarkan watak baik antara lain adalah Mahaguru. Sosoknya berupa orang tua yang memegang tongkat dan membawa gunungan. Tokoh baik atau pahlawan biasanya adalah mereka yang termasuk bangsawan dan memiliki ilmu sakti.


Ada tokoh baik, tentunya ada juga tokoh jahat. Contohnya Bota. Wajahnya dibuat sedikit mendongk ke atas, taring yang keluar dari tepi mulut menunjukkan kebengisannya. Mata yang besar dan bulat diberi warna merah  sekitarnya guna mengesankan sifat garang. Senjata yang dibawa Bota adalah panah yang dipegang oleh tangan kirinya sebagai lambang kekuatan yang sakti mandraguna.


Salah satu kelompok wayang yang diulas dalam buku ini adalah kelompok yang terkenal di negeri Kedah,  Kumpulan Wayang Kulit Sri Asu. Mulanya kisah yang disampaikan menggunakan bahasa Thailand, seiring waktu menggunakan bahasa Melayu. Dalang Pertama dari Sri Asu adalah Mohd. Noh bin Mahmud atau dikenal dengan Pak Noh. Beliau mendapat gelar Tokoh Budaya Kedah dari Kerajaan Negeri Kedah karena jasanya sebagai orang melayu pertama yang berkecimpung di dunia wayang serta pengabdiannya selama 43 tahun dalam dunia wayang.


Secara garis besar saya tidak mengalami kesulitan membaca buku yang mempergunakan bahasa Melayu ini. Beberapa kata yang mungkin saya tidak ketahui maknanya bisa dikira-kira atau ditebak jika membaca keseluruhan kalimat yang ada. Membaca buku ini menambah pengetahuan tentang Wayang Gedek yang ada di negara tetangga.  Pada bagian belakang juga terdapat Contoh Skrip Persembahan Wayang Golek, yang berisikan semacam skenario sebuah pertunjukan Wayang Gedek dengan judul Nasib Si Miskin


Kertas yang dipergunakan juga bagus hingga gambar yang ada terlihat menawan. Namun itu juga yang menjadi sedikit kekurangan buku ini, sulit untuk dibalik halamannya, kadang saya ragu ini satu atau dua halaman yang nempel yah.


Menurut wikipedia, Malaysia adalah sebuah negara federasi  yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibukotanya adalah  Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa. Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan — Malaysia Barat dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan Natuna wilayah Indonesia di  Laut China Selatan. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapur, Brunai dan Filipina. Negara ini terletak di dekat Khatulistiwa dan beriklim tropika


Lumayan sebagai tambahan pengetahuan dan dibaca saat senggang.

Sumbar gambar: 
http://wayangkulitsmp2252.blogspot.com/









Rabu, 09 April 2014

Review 2014#23: Uang Kuno Selayang Pandang


Penyunting: Yemima Lintang Khastiti
Perancang Sampul: Giaanni Messah Tjahjadi
Penataletak: Fermandus Antonius
ISBN-13: 978-979-91-0359-8
Halaman: 88
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Harga: Rp 45.000

------
------
------
Apabila kami temukan unsur penipuan, mistik, maupun uang Soekarno gulung/lengkung/tulisan arab/palu arit, dlsb.
Maka dengan berat hati akan kami hapus.
http://pembeli-uangkuno.blogspot.com/

Kalimat yang tertera pada sebuah web membuat saya tersenyum sendiri. Urusan uang memang selalu punya banyak kisah selain urusan kenekatan yang dilakukan orang karena uang. Misalnya saat kuliah, sempat ada info bahwa uang nominal lima ratus rupiah yang berwarna kuning dihargai mahal karena kandungan logamnya. Maka tak heran jika banyak yang berusaha keras mengumpulkan uang tersebut sambil mencari info dimana bisa "menjual" uang yang sudah dikumpulkan.

Lalu uang souvenir seharga lima puluh ribu dengan lambang presiden kedua kita yang diharga dua kali lipat. Terakhir uang seratus ribu rupiah plastik yang diburu dengan alasan nilai jualnya lebih besar dari pada nilai nominalnya. Masalahnya sama, siapa dan bagaimana proses jual belinya.

Saat tahu saya punya beberapa uang lawas, banyak sahabat yang sibuk bertanya apakah ada donimal sekian, gambar sekian, terutama sekali uang yang konon membuat banyak orang terpesona, uang soekarno yang bisa menggulung saja diletakan di telapak tangan. Uang yang dicetak di negara tetangga tersebut menurut beberapa orang mengandung semacam bahan sistetis yang tarik-menarik layaknya magnet. Saat diletakan lurus pada telapak tangan, kedua ujungnya yang memiliki medan magnet berbeda saling menarik hingga uang tersebut menggulung. Penjelasan ilmiah tersebut berbeda dengan pendapat banyak orang yang menyebutkan ada faktor X pada uang tersebut.

Uang sebenarnya adalah  alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat. dalam proses pertukaran barang dan  jasa. Wujudnya ada uang kartal  seperti uang yang biasa kita kenakan sehari-hari. Serta Uang Giral, uang  dalam bentuk simpananyang bisa ditarik sesuai kebutuhannya. Pertanyaannya jika kita membayar dengan mempergunakan kartu kredit, debit dan sejenisnya maka kita mempergunakan uang? Silahkan dipikirkan.

Salah satu fungsi uang adalah sebagai satuan hitung (unit of account) selain alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran dan alat penyimpan nilai (valuta) sehingga wajar rasanya jika uang  sebagai satuan hitungrupiah  memiliki sejarah yang cukup panjang di negara kita. Buku ini mengisahkan tentang sejarah uang yang beredar di tanah air dahulu.

Buku ini terdiri dari beberapa bagian menarik yaitu; Sejarah Mata Uang, Ragam Mata Uang Indonesia, Cerpen, Humor, Uang Logam Hindia-Belanda, Uang Kertas Masa Kolonial-Revolusi serta tentu saja lampiran yang berisi tentang aneka gambar menawan  buku tabungan, kotak uang daftar mata uang dan lainnya.

Pada sejarah mata uang kita akan menemukan aneka uraian menarik tentang sejarah uang yang meliputi masa Hindu-Budha, masa Islam, masa kolonial, serta masa revolusi dan setelahnya.Perkembangan uang kertas di tanah air tidak dapat dilepaskan dari perkembangan politik, kolonialisme dan pembentukan negara baru. Karena otorisasi penerbitan dan pemberlakuan uang sebagai instrumen moneter suatu negara berada di bawah wewenang pemerintahan yang berkuasa.

Sampai tahun 1940 ada tiga jenis mata uang yang berlaku di negara kita. Uang logam yang dikeluarkan oleh pemerintah, uang kertas yang dikeluarkan oleh Javasche Bank sera uang gantia seperi giro, wesel dan cek. Sekarang wesel tidak perlu dikirim dengan mempergunakan blanko berwarna hijau pupus seperti ketika saya SD. Dengan kemajuan teknologi serta berkembangnya dunia perbankan bisa saja suatu saat proses pengiriman uang dengan mempergunakan wesel akan tidak digunakan lagi.

Cerita pendek tentang perjalanan sebuah uang ketip yang berlubang pada bagian tengah membuat kita terharu. Kisahnya seputar sebuah keluarga Arab yang terpisah sekian lama dan bisa berkumpul kembali karena uang ketip yang dipergunakans ebagai bandul kalung sang anak. Mengharukan.

Setelah terharu membaca kisah dalam cerpen, acara selanjutnya pembaca akan dibuat tertawa saat membaca bagian humor. Aneka humor tentang uang disajikan secara segar dan menghibur. Dengan ilustrasi yang menawan dan halaman yang diberi warna cerah membuat pembaca merasa terhibur.

Selanjutnya sehabis membaca aneka uraian seputar uang, maka pembaca akan menemukan aneka contoh uang pada bagian Uang Logam Hindia-Belanda serta Uang Kertas Masa Kolonial-Revolusi.  Bentuknya beragam. Uang logam umumnya memang berbentuk bulat, tulisan yang tertera yang menarik. Ada yang menggunakan bahasa dan lambang Kerajaan Belanda, ada juga yang menggunakan huruf Arab serta Honacara.

Aneka ilustrasi pada bagian  Uang Kertas Masa Kolonial-Revolusi tak kalah menarik untuk dilihat. Jika disimak kebanyakan menggunakan wajah Presiden Sukarno sebagai model. Seri Pekerja Tangan terbitan Bank Indonesia tahun 1964 mempunya nilai nominal yang sama sepuluh ribu rupiah. Perbedaannya ada pada warna dan tanda air yang berbeda. Seri Sudirman tahun 1968 merupakan uang kertas berseri terakhir yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Sejak itu uang tidak diterbitkan berseri lagi. Sementara Seri  Kebudayaan  tahun 1952  yang terdiri dari pecahan 5,10,25,30,100, 500 dan 1.000 rupiah merupakan uang seri pertama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

Secara garis besar buku ini memberikan wawasan tentang sejarah uang kuno di nusantara. yang terpenting, pada lampiran kita bisa menemukan keterangan mengenai museum yang terkait dengan uang serta laman kolektro serta dimana kita bisa  melakukan transaksi jual biasa. Hal yang sangat perlud iketahui bagi mereka yang ingin mendalami perihal uang kuno.

ORI, Oeang Republik Indonesia berlaku pertama kali pada 30 Oktober 1946 walau tanggak cetak yang tertera adalah 17-8-1945. Pemerintah merasa perlu ada mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.   ORI pertama kali tampil dalam bentuk uang kertas bernominal satu sen dengan gambar muka keris terhunus dan gambar belakang teks UUD 45. Seiring waktu, uang ORI berkembang menjadi 5 sen,10 sen, setengah rupiah, 1  rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah dan 100   rupiah. Pecahan rupiah memiliki nomor seri, sementara sen tidak.

ORI ditandatangani Menteri Keuangan saat itu A.A Marami. Dasar hukum dikeluarkannya ORI adalah Undang-undang no 17 tahun 1946 tentang Pengeluaran Uang Republik Indonesia yang ditetapkanleh Presiden Sukarno pada 01 Oktober 1946.  Dasar pertimbangnya adalah " bahwa uang yang dikeluarkan oleh Pemerintah asing perlu diganti dengan uang Republik Indonesia sendiri; bahwa jumlah uang yang ada dalam peredaran pada waktu sekarang oleh karena besarnya tidak sesuai dengan kemungkinan untuk menggunakannya."  Lengkapnya bisa disimak di https://www.dpr.go.id/

Dengan berlakunya ORI maka uang Jepang serta  uang Javasche Bank  tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak oleh  Percetakan  Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna dan memakai pengaman serat halus. Walau berlakunya tidak lama namun bisa disebut ORI memiliki andil besar dalam sejarah perkembangan uang di tanah air.

Pesona uang kuno juga menarik banyak orang untuk mengoleksinya, mereka disebut numismatis. Sedangkan sebuah  studi atau kegiatan mengumpulkan uang serta benda-benda terkait lainnya disebut Numismatik.    Numismatik berasal dari bahasa latin Numisma yang berarti uang logam. Tidak hanya menikmati gambar atau disain uang tapi numismatik juga mempelajari banyak hal seputar uang tersebut antara lain, sejarah mata uang itu sendiri, cara pembuatannya, ciri-cirinya, variasi yang ditemukan, pemalsuannya, sejarah politik terbentuknya mata uang tersebut. Belakangan kegiatan ini sudah mulai dianggap sebagai salah satu cara investasi.    Di tanah air sendiri sudah ada  Asosiasi Numismatik Indonesia (ANI). Mereka bahkan menerbitkan bulettin sendiri. Prestasi yang luar biasa!

Saya jadi tergoda mengutip sebuah puisi yang ada seputar uang, judulnya Matematika Uang karangan Haris Kertorahardjo di Magelang pada 04 Januari 2009.

-------
-------
-------
tahun demi tahun menjaga keseimbangan
uang jadi simbol kekayaan
uang jadi simbol kemiskinan
namun yang hanya punya kekayaan uang itulah yang miskin!
 -------
-------
-------

Jumat, 04 April 2014

Review 2014 #22: Ke Pasar-pasar Tradisional di Jawa Tengah Yuk!


Judul Asli: Bedah Pasar Seputar Jawa Tengah
Pengarang:  Aris Suryadi
Editor: Intarina Hardiman
Foto: Bona, Boni dan Reza
ISBN: 978-979-22-6805-8
Halaman: 104 
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli.  Pertemuan tidak harus dalam arti pertemuan secara fisik. Pasar luar negeri misalnya, menggambarkan hubungan antara permintaan dalam negeri akan produk import serta penawaran ke luar negeri untuk produk eksport. Pasar uang yang ditransaksikan adalah hak menggunakan uang untuk jangka waktu tertentu. 

Sekali dalam seumur hidup seseorang pasti pernah pergi ke pasar. Mall juga pasar, karena di mall terjadi pertemuan antara penjual dan pembeli yang menghasilkan sebuah kesepatakan. Bisa dikatakan mall merupakan pasar yang ditata secara moderen. Lokasi berada dalam dalam ruang/bangunan yang tertutup dan menggunakan aneka fasilitas moderen seperti AC dan tangga berjalan. Umumnya harga yang diberikan adalah harga pas. Pembeli melakukan pembelian secara mandiri/swalayan atau dilayani oleh pramuniaga. Barang yang dijual lebih kepada barang yang bertahan lama.

Tak boleh dilupakan adalah pasar tradisional. Pasar tradisional  ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar menawar harga, dan harga yang diberikan untuk masih dapat ditawar. Barang yang dijual lebih pada kebutuhan pokok. Lokasi pasar tradisional dapat berada ditempat yang terbuka atau bahkan dipingir jalan. Dahulu pasar tradisional berkesan becek dan kotor, belakangan pemerintah mulai melakukan pembenahan sehingga lebih rapi dan nyaman

Buku ini memberikan panduan tentang  beberapa pasar yang ada di Jawa Tengah terutama empat kota besar yaitu Surakarta, Semarang, Yogyakarta serta Pekalongan. Pasar yang diulas terutama sekali adalah pasar yang dianggap populer didaerah tersebut.

Pasar Klewer misalnya. Pasar tersebut sudah berdiri sejak lama. Berbagai jenis batik bisa  kita temui. Dari sekedar kain batik, batik meteran, daster batik hingga bra dan bikini batik yang paling digemari para turis asing. Terdapat juga  lurik serta perlengkapan busana Jawa lengkap. Di luar pasar, kita bisa menemukan aneka panganan khas Solo, sebutan yang sering digunakan orang  untuk Surakarta. Terdapat juga aneka tempat penjualan masakan khas Solo yang sudah buka sejak pagi. Beberapa malah sudah menjadi penjual generasi kesekian.

Setiap pulang ke Solo, saya selalu mampir ke Klewer. Apa lagi jika tidak untuk membeli setelan kulot batik untuk di rumah serta brem khas Solo yang berbentuk bundar. Jika rasa lapar datang, saya sering mampir disebuah warung makan yang berada sederetan dengan pos keamanan, menu beragam hingga saya bisa memilih yang cocok dengan lidah saya.  Kebetulan lidah saya lebih memilih rasa pedas dari pada gurih. Selesai makan saya sering memesan taxi dengan bantuan petugas pos keamanan, tentunya dengan tak lupa sekedar memberikan penggantian pulsa. Suwun ngih pak.

Belakangan, saya masih tetap ke Klewer untuk membeli dua kebutuhan khusus itu serta kain batik cap. Tapi untuk pakaian jadi untuk ke kantor dan lainnya ada pilihan lain yaitu Pusat Grosir Solo (PGS) dan terbaru Beteng Trand Center (BTC). Harganya tidak berbeda jauh dengan Klewer namun model yang ditawarkan lebih menarik. 

Suasana  di PGS memang lebih mirip pusat pembelanjaan di kawasan kota sehingga turis jarang ada yang terlihat. Di PGS kadang harga yang ditawarkan adalah harga pas bahkan beberapa toko menempelkan tulisan harga dan kata pas. Sementara di Klewer, para turis bisa menikmati suasana pasar tradisional. Dari bau batik yang keras, suasana agak pengap hingga urusan tawar menawar. 

Sekedar informasi bagi yang belum pernah ke Solo jika pergi beramai-ramai maka taxi merupakan pilihan yang bijak karena menggunakan tarif minimum yang lebih murah jika  dibandingkan dengan becak. Tarif yang berlaku dibedakan pada hari raya dan libur nasional serta hari biasa. Jangan takut ditipu karena tarif tersebut ditempel di dekat argo. 

Bagi penyuka sepeda, jangan sampai tidak mendatangi Pasar Sepeda Pandak, Bantul. Letaknya tak jauh dari Sentra Batik Bantul. Sebelum berkunjung jangan lupa memperhatikan kalender dengan sistem penanggalan Jawa karena pasar tersebut hanya ada di hari pasaran Legi saja. Aneka sepeda model klasik bisa ditemui. Harganya juga beragam, bahkan ada yang sampai lima puluh juta rupiah. Banyak yang masih melakukan transaksi dengan menukar kambing dengan sepeda hingga saat ini.

Bagi yang kurang menyukai urusan tawar menawar, silahkan mengunjungi Toko Batik Mirota. Aneka barang tersedia dalam berbagai harga dan tipe. Tentunya dengan fasilitas tersebut harga yang ada lebih mahal sedikit dibandingkan dengan yang dijajakan pedagang kaki lima di seputar toko. Namun harga yang berbeda sediki dengan pelayanan yang diberikan akan terasa seimbang. Salah satu ciri khasnya yang lain adalah sering ada sosok seorang abdi dalam yang berdiri menyambut di pintu masuk toko. Bagi para turis, toko ini juga membagikan brosur dalam bentuk peta kota Yogyakarta serta obyek wisata yang bisa dikunjungi.

Satu tempat favorit saya di Yogyakarta adalah Pasar Buku di Komplek Taman Pintar. Selain bisa menemukan aneka buku baik baru dengan harga miring, buku seken dengan harga terjangkau hingga buku langka dengan harga fantastis, terdapat juga perpustakaan umum yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Lokasinya selain bersih dan nyaman penjualnya juga ramah.

Hingga saat ini saya tidak menemukan penjual yang memaksa orang yang lewat dengan pertanyaan cari buku apa, bahkan membuntuti hingga jauh sehingga mengganggu keinginan untuk melihat-lihat. Hal yang biasa dilakukan oleh pedagang buku di pasar buku di Jakarta. Entah karena berusaha bersikap ramah atau karena omset yang jauh dari harapan hingga terlalu bersemangat menawarkan dagangan.

Di Kota Perjuangan Semarang kita akan menemui Pasar Johar. Sejarah Pasar Johar Semarang dimulai lebih dari seabad yang lalu. Pada tahun 1860 terdapat pasar yang menempati bagian timur alun-alun ini dipagari oleh deretan pohon johar ditepi jalan. Dari sinilah nama Pasar johar itu lahir. 
 
Lokasi pasar ini disebelah barat pasar Semarang yang disebut sebagai Pasar Pedamaran, dan berdekatan pula dengan penjara sehingga menjadi tempat menanti orang yang menengok kerabat dan kenalan yang dipenjara. Pasar Johar menjadi semakin ramai dan memerlukan perluasan ruang. Setelah melalui proses pengkajian, akhirnya diadakan perluasan Pasar Johar dengan menebang pohon johar.   

Jika kita terpesona dengan batik tulis di Solo atau Yogyakarta namun tak harganya yang tak sesuai tak perlu gundah. Batik tulis memang menawan dan halus jika diraba, maka tak heran harganya lumayan tinggi. Tapi jangan kuatir, di Pasar Grosir Setono Pekalongan kita bisa menemukan aneka jenis serta motif batik printing yang tak kalah menawan dengan batik tulis.

Bahkan pembeli bisa memesan desain khusus, untuk seragam perusahaan misalnya. Jika diperhatikan warna batik Pekalongan agak berbeda dengan batik di Yogyakarta serta Solo. Di Pekalongan umumnya batik berwarna lebih cerah. Hal itu karena Pekalongan berada di dekat pantai dimana dahulu banyaknya pedagang dari Cina yang mampir untuk berdagang hingga membawa pengaruh budaya yang melebur dengan kebudayaan setempat.

Secara garis besar, pembaca memang bisa mengetahui  aneka pasar yang ada di Jawa tengah. Dimana lokasi tempat berbelanja yang cocok dengan ketersediaan dana namun mutu dan modelnya bagus. Tapi dengan aneka foto papan toko, bagi saya buku ini seakan menjadi katalog pembelian.Sementara informasi yang ada sangat minim sekali. Misalnya bagaimana cara sampai ke Klewer, berapa ongkos ke Pasar Bringharjo. Kenapa tidak ada peringatan tentang ulah tukang becak yang menolak membawa turis ke sana karena mengharapkan komisi dari toko batik. 

Ada beberapa hal yang sedikit membuat saya penasaran. Contohnya beberapa pasar hanya disebutkan terkenal tapi kurang dikupas apa kelebihannya. Pasar Johar di Semarang hanya disebutkan sebagai pasar yang dipertahankan dan tampak masih kokoh berdiri. Tapi kenapa turis harus mengunjungi ini tidak disebutkan secara jelas.

Pemilihan pasar juga menjadi pertanyaan saya. Dari sekian banyak pasar kenapa  pasar-pasar tersebut yang dimilih? Pusat penjualan  perak  Kota Gede yang terkenal tidak bisa kita temui dalam buku ini. Sementara Pasar Turisari di Kota Surakarta, Pasar Bengkonang di Kabupaten Sukaharjo, dan Pasar Cepogo di Kabupaten Boyolali yang ditetapkan sebagai pasar percontohan oleh Kemendag juga tidak ada dalam buku ini. Melinik saat terbit seharusnya ketiga pasar tersebut bisa dimasukan dalam buku ini.

Selanjutnya kata Sakti Mandraguna juga membuat penasaran saya. http://kamusbahasaindonesia.org menyebutkan bahwa sakti mandragu bermakna sakti yang luar biasa. Lalu dimana kesaktian pasar-pasar tersebut? Apakah karena berdiri sejak lama? Pasar Klewer  contohnya, lahir pada jaman susah penjajahan Jepang (1942-1945), sebagai kepindahan pedagang dari Pasar Banjarsari. Atau karena siapa yang pernah mengunjungi? Seperti Sentra Kerajinan Kulit Manding, Bantul yang pernah dikunjungi Wapres Yusuf Kala dan istri pada tahun 2006..

Terlepas dari kekurangan yang ada, buku ini bisa dijadikan bacaan bagi mereka yang ingin memulai usaha dagang kecil atau bisnis online.  Lokasi pasar serta barang yang dijajakan bisa dijadikan referensi dimana bisa mencari barang dagangan.


Sumber gambar:
http://sindoradiosemarang.com
http://seventransjogja.com/wisata-kerajinan