Sabtu, 12 April 2014

Review 2014 #24: Wayang Gedek

Judul Asli: Wayang godek: warisan kesenian Melayu
Penyusun: Hassan Othman
Editor: Nawi Haji Adek
ISBN: 9789679030686
Halaman:47
Penerbit: Kementerian Kebudayaan Kesediaan dan Pelancongan Malaysia


Ohm naku chacha lakowatu
Naka chak bai chak chu cha cha
Ohm naku chachalakowatu
Naka chak bai chak chu cha cha
Om naku naka cha cha o bai
Om naku naka cha cha o bai
Jalalau musang raiku pai klai-klai
Passa mai nyai

Berbicara mengenai wayang seakan tidak pernah ada habisnya. Walau  beberapa negara juga memilki wayang, namun wayang di tanah air dianggap memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri. Maka berdasarkan hal tersebut wajarlah jika UNIESCO menetapkan wayang sebagai sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humani pada 7 November 2003.  

Sepintas memang banyak kemiripan dari wayang yang dipertunjukan. Perbedaan umumnya pada penyebutan istilah. Di Jawa disebut Wayang Purwa, di Thailand disebut Nang Yai dan Nang Talung  sementara di Kamboja disebut Nang Sbek. Tentunya juga ada perbedaan dari sisi warna wayang dan wujud tokoh yang dipengaruhi oleh adat setempat. 


Misalnya saja perbedaan antara wayang kulit Jawa dan wayang lainnya. Wayang kulit Jawa dapat digerakan kedua sisinya sementara wayang kulit Melayu hanya dapat digerakkan sebelah atau satu sisi saja. dari ukuran wayang Jawa memiliki tinggi serta bentuk yang lebih ramping dari pada wayang Melayu yang terlihat gagah dan tegap. Konon di Kamboja malah butuh beberapa orang dalang untuk menggerakan wayang dalam sebuah pertunjukan,


Buku Wayang Gedek ini mengisahkan tentang perbedaan antara wayang kulit  Jawa dengan wayang yang ada di Malaysia. Serta tentang perkembangan wayang di Malaysia. Buku ini merupakan sumbangan dari Dato' Sri Utama Dr Rais Yatim. Sebagai seseorang yang menyukai wayang, menemukan buku ini ditumpukan buku yang dikembalikan oleh mahasiswa jelas menggoda untuk dipinjam.


Di semenanjung Malaysia terdapat empat jenis pertunjukan wayang kulit, yaitu Wayang Kulit Melayu, Wayang Gedek, Wayang Kulit Purwa (atau Wayang Kulit Jawa) serta Wayang Kulit Kelantan (atau Wayang Kulit Siam) 


Wayang Gedek bisa kita temui di Utara Semenanjung Malaysia seperti Kedah, Perlis. serta Perak.  Umumnya menggunakan dialek utara (kedah-Perlis) yang bercampur dengan bahasa Thailand. Pengaruh Thaliand amat kuat pada negara bagian tersebut. Saat pembukaan misalnya mengunakan bahasa Thailand walau selanjutnya kisah disampaikan dalam dialek Kedah sepenuhnya.  Dua watak utama ialah Etong dan Ekau. Wayang jenis ini menggunakan patung yang berpakaian moden seperti kebaya pendek. 
Bentuk pertunjukannya menggunakan cahaya dan bayangan yang jatuh pada sehelai kain putih  yang diletakkan secara tegak lurus. Persis wayang di tanah air kan? Kata Wayang diambil dari bahasa Bugis yang disebut dalam bahasa Jawa sebagai bayangan dan dalam bahasa Aceh disebut sebagai bayang. Sementara kata layang, payang  berarti miring, bergoyang, tidak stabil. Jika dikaji maka maknanya menikmati pertunjukan yang tercipta dari pergerakan bayangan.

Dalam Wayang Gedek ada juga tokoh yang berwatak kocak atau komedi. Misalnya tokoh Ai Tong. Dengan perawakan perut yang buncit serta pusar yang keluar tentunya mengingatkan kita dengan salah satu tokoh wayang di tanah air. Tokoh yang menggambarkan watak baik antara lain adalah Mahaguru. Sosoknya berupa orang tua yang memegang tongkat dan membawa gunungan. Tokoh baik atau pahlawan biasanya adalah mereka yang termasuk bangsawan dan memiliki ilmu sakti.


Ada tokoh baik, tentunya ada juga tokoh jahat. Contohnya Bota. Wajahnya dibuat sedikit mendongk ke atas, taring yang keluar dari tepi mulut menunjukkan kebengisannya. Mata yang besar dan bulat diberi warna merah  sekitarnya guna mengesankan sifat garang. Senjata yang dibawa Bota adalah panah yang dipegang oleh tangan kirinya sebagai lambang kekuatan yang sakti mandraguna.


Salah satu kelompok wayang yang diulas dalam buku ini adalah kelompok yang terkenal di negeri Kedah,  Kumpulan Wayang Kulit Sri Asu. Mulanya kisah yang disampaikan menggunakan bahasa Thailand, seiring waktu menggunakan bahasa Melayu. Dalang Pertama dari Sri Asu adalah Mohd. Noh bin Mahmud atau dikenal dengan Pak Noh. Beliau mendapat gelar Tokoh Budaya Kedah dari Kerajaan Negeri Kedah karena jasanya sebagai orang melayu pertama yang berkecimpung di dunia wayang serta pengabdiannya selama 43 tahun dalam dunia wayang.


Secara garis besar saya tidak mengalami kesulitan membaca buku yang mempergunakan bahasa Melayu ini. Beberapa kata yang mungkin saya tidak ketahui maknanya bisa dikira-kira atau ditebak jika membaca keseluruhan kalimat yang ada. Membaca buku ini menambah pengetahuan tentang Wayang Gedek yang ada di negara tetangga.  Pada bagian belakang juga terdapat Contoh Skrip Persembahan Wayang Golek, yang berisikan semacam skenario sebuah pertunjukan Wayang Gedek dengan judul Nasib Si Miskin


Kertas yang dipergunakan juga bagus hingga gambar yang ada terlihat menawan. Namun itu juga yang menjadi sedikit kekurangan buku ini, sulit untuk dibalik halamannya, kadang saya ragu ini satu atau dua halaman yang nempel yah.


Menurut wikipedia, Malaysia adalah sebuah negara federasi  yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Ibukotanya adalah  Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa. Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan — Malaysia Barat dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan Natuna wilayah Indonesia di  Laut China Selatan. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapur, Brunai dan Filipina. Negara ini terletak di dekat Khatulistiwa dan beriklim tropika


Lumayan sebagai tambahan pengetahuan dan dibaca saat senggang.

Sumbar gambar: 
http://wayangkulitsmp2252.blogspot.com/









1 komentar: