Rabu, 26 Februari 2020

2020 #10: Kisah Si Pencuri Sapi

Judul asli: Raden Mandasia Si Pencuri Sapi
Penulis: Yusi Avianto Pareanom
ISBN: 9789791079525
Halaman: 470
Cetakan: Ketiga-September 2018
Penerbit: Banana
Rating: 4/5

".... Ada satu tahanan yang dihukum pancung. Aku tak tahu kesalahannya apa. Tapi, sisa tubuhnya kupakai latihan memotong. Ketahuan, tentu. Karena tak mau membuat Ibu sedih, aku berhenti memotong sapi-sapi di istana. Tapi dorongan ini terlalu kuat sehingga aku mulai melakukannya pada sapi-sapi milik orang lain. "
~Raden Mandasia Si Pencuri Sapi~

Semula, ketika membaca judul buku ini,  saya mengira buku ini berkisah tentang bagaimana proses seseorang yang dikenal dengan nama Raden Mandasia dalam mencuri sapi. Alasan kenapa ia mencuri, bagaimana strategi yang dilakukan, bagaimana nasibnya jika ia tertangkap,  daging sapi yang dicuri diapakan? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam otak saya.

Namun, ketika membaca blurd, ternyata kisah yang ditawarkan lebih luas lagi. Tak hanya urusan pencurian sapi semata.  Ada kisah yang lebih kolosal dalam buku ini.  Lumayan,  menjanjikan keseruan sepertinya. 

Misalnya tentang kehidupan di sebuah desa yang tak menyebutkan warna namun malah mendeskripsikan dengan kata-kata, tidak menutup kemungkinan warna yang dimaksud bisa tak sama,  tergantung pemahaman yang berbicara. 

Lalu ada bagian yang mengisahkan tentang kecantikan seorang putri yang begitu tersohor. Penasaran juga seperti apa wajah putri yang mampu membuat pecah kaca ketika ia bercermin?

Bisa dikatakan ini merupakan semacam catatan perjalanan seorang pria bernama Sungu Lembu bersama Raden Mandasia menuju Kerajaan Gerbang Agung. Kisah ini dituturkan dari sudut pandang Sungu Lembu. Dengan alur maju-mundur.

Bukan perjalanan yang biasa,  karena sesungguhnya Sungu Lembu sangat ingin membunuh Raden Mandasia, karena dianggap  sebagai salah satu orang yang  bertanggungjawab atas kesengsaraan rakyat di Kerajaan Gilingwesi, tempat ia berasal.

Dalam buku ini ada tiga belas bab yang diracik dengan apik. Misalnya ada Ribuan Serangga di Rerumputan; Tabassum; Bagaimana Waturgunung Membuat Jaya Gilingwesi dan Bagaimana Kami Mencari Cara Meninggalkannya; serta Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi di bab 2. 

Dalam kisah ini, berbagai macam tokoh disajikan secara konsisten oleh penulis.  Satu tokoh datang, sementara yang lain pergi dengan berbagai cara. Kematian salah satunya. Tapi Sunga Lembu dan Raden Mandasi ada hingga penghujung kisah.

Pada bagian peperangan, tentunya ada bagian yang menguraikan tentang telik sandi alias mata-mata. Jaringan mata-mata dalam kisah ini digambarkan sangat rapi karena sudah dibangun tahunan dan ketaatan menjaga rahasia orang yang berada dalam lingkaran tersebut.

Seperti yang diuraikan salah satu tokoh dalam halaman 174,  "....Jaringan kita sudah tamat, setidaknya yang melibatkanku. Seperti dulu suamiku sering bilang, kita aman sampai ketahuan, sejahtera sampai peruntungan berbalik."

Pada satu bagian cerita, terdapat kisah  tentang  pak tua yang membuat boneka kayu,  di halaman 269 tepatnya. Hal ini membuat saya teringat pada sosok Pak Gepetto dalam kisah Pinokio. Sementara kisah di halaman 457-459 langsung mengingatkan pada  sosok Dayang Sumbi dari kisah Tangkuban Parahu.

Selain memberikan hiburan, buku ini juga memberikan pengetahuan tambahan bagi pembacanya. Sebagai contoh, saya jadi paham makna kata mandah di halaman 77. Tidak tahu juga maknanya? Silakan meluncur ke sini.

Pengetahuan tentang jamu dan bagaimana merawat diri juga bisa ditemukan dalam buku ini. Bagian yang terkait urusan ratus di halaman 142 membuat saya tersenyum. Mungkin banyak yang tak tahu, tapi cara tersebut sering dipakai oleh para leluhur saya untuk merawat diri. Siapa saja bisa melakukannya hanya perlu diingat jangan sampai terkena iritasi ya.

Ada rasa terkejut juga  ketika menemukan bagian yang membahas tentang perpustakaan,  di halaman 117. "Di kota tempat aku ingin mencopot kepala penguasanya ini, aku menjumpai padepokan-padepokan yang mempunyai perpustakaan mengagumkan-aku baru tahu ada yang 
namanya perpustakaan karena selama ini lontar dan buku di rumah Banyak Wetan disusun asal tak semrawut saja." 

Secara keseluruhan, buku ini sangat layak dan perlu dibaca oleh banyak orang. Meski demikian, harap perhatian kata dewasa yang ada di bagian belakang buku. Sebagai pertanda usia yang diperbolehkan membaca kisah ini. 

Beberapa urusan sex yang diuraikan secara seenaknya serta  sering dilakukan tokoh kita, lalu beberapa adegan kekerasan,  juga menjadi pertimbangan menentukan usia yang pas untuk membaca buku ini. 

Satu lagi yang membuat saya tertawa membaca buku ini, adalah seringnya tokoh mengumpat kata anjing dalam berbagai situasi. Kesal, marah, bahkan terpesona pun kata itu bakalan meluncur dari mulut  Sungu Lembu.

Sebuah buku yang penuh informasi. Bahkan pada halaman awal, pembaca juga sudah diberikan info bahwa  sebagian dari kisah yang ada dalam buku ini pernah muncul dalam bentuk cerita pendek di Koran Tempo dalam kurun waktu 2009-2011, serta dalam kumpulan cerita pendek Rumah Kopi Singa Tertawa 2011

Sejak awal kemunculan  buku ini, sebenarnya saya sudah tergoda untuk membeli. Sayangnya harga yang lumayan mahal, saat itu, timbunan yang masih lumayan tinggi, tugas review, dan ketersediaan waktu membaca (banyak alasannya nih), maka saya batal membeli buku ini.

Begitu ada kesempatan (semua alasan sudah beres hi hi hi), justru buku yang susah dicari. Beberapa   toko buku yang saya datangi tak memiliki stok buku ini, ini menurut informasi  mbak dan mas bagian cs yang membantu mencari. Padahal buku ini sudah masuk cetak ulang walau dipenerbit yang berbeda.

Dilalah (apa ya bahasa Indonesia yang tepat?) saya melihat buku ini akan dipajang pada bazar yang diselenggarakan di area kantor. Langsung bawa ke kasir, tanya-tanya diskon siapa tahu ada, akhirnya saya sukses membawa buku ini dengan harga Rp 120.000. Harga yang kelewat mahal menurut beberapa sahabat yang berhasil menemukan buku ini di lapak buku seken.

Begitulah, kadang jika buku sudah berjodoh, ada saja yang membuat kita bisa membaca dan memiliki buku tersebut.






Senin, 24 Februari 2020

2020 #9: Kenangan Indah Era 80-90

Penulis: Nicko Krisna
Editor : Nana Lystiani
ISBN: 978602033261
Cetakan: Pertama-2016
Halaman: 137
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Rating: 3/5

Kadang, ada saatnya kita ingin mengenal masa lalu yang menyenangkan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bernostalgia  salah satunya dengan membaca buku yang mengambil tema saat yang membahagiakan tersebut. Salah satu caranya  adalah dengan membaca buku ini.

Apalagi jika buku tersebut diperoleh dengan harga yang terjun bebas, setidaknya versi saya. Bayangkan saja dari harga asli Rp 90.000 buku ini bisa dibawa pulang dengan harga Rp 20.000, murah bukan! Nostalgia dengan cara yang menyenangkan dan tidak perlu biaya besar.


Terdapat 12 bagian dalam kisah ini terkait hal yang dianggap paling nge-trand atau paling top pada era tahun 80-90 dalam buku ini. Misalnya ada Gaya Anak Sekolah 80 & 90-an, Buku dan Majalah Paling 80 & 90-an, Musik Ter-80 & 90-an, dan lainnya.

Pada bagian yang membahas buku dan majalah yang terbit dan terkenal pada tahun 80 & 90, pembaca akan menemukan judul buku seperti  Lupus, Olga, Balada Si Roy, Lima Sekawan, Tintin, Asterix dan masih banyak lagi bacaan yang digemari saat itu. Bahkan Nick Carter dan Enny Arrow juga masuk dalam daftar.

Sementara majalah Bobo, Kuncung, Ananda, Mode, Hai, Gadis, serta Anita Cemerlang, merupakan beberapa majalah yang sempat berjaya pada tahun 80 & 90. Beberapa majalah tersebut masih ada yang bertahan hingga saat ini, namun ada juga yang sudah gulung tikar.

Masih ingat pada sosok pria yang super kreatif? Yup! Mac Gyver, hingga saat ini masih dijadikan tolak ukur jika menggambarkan sosok yang pandai dan kreatif. Bersama dengan Doel Anak Sekolah,  dan Jendela Rumah  Kita, merupakan  beberapa program  serial televisi yang paling digemari saat itu.

Serbuan kisah dari negara lain  seperti Cinta Paulina dan  Esmeralda, sempat membuat profesi dubbing menjamur kala itu. Banyak orang yang mendadak memiliki profesi menjadi sulih suara, apa lagi jika suaranya terasa enak untuk didengar.

Bahkan serial Kassandra mampu mendongkrak penjualan produk kosmetik berupa lipstik yang diberi nama sesuai dengan telenovela itu. Para penonton serial ini yang umumnya adalah ibu rumah tangga berduyun-duyun membeli lisptik serupa yang dipergunakan oleh tokoh dalam telenovela itu. 

Sosok Boy yang ganteng, kaya serta alim dalam film Catatan Si Boy membuat fenomena tersendiri. Bahkan pemasangan tasbih di  kaca spion mobil  merupakan tiruan dari kebiasaan Boy yang masih sering dilakukan oleh remaja saat ini. Film yang diangkat dari  sebuah program siaran radio swasta ini, sukses melambungkan nama aktor Onky Alexander.

Demikian juga kisah radio Saur Sepuh yang sukses diangkat ke layar lebar. Ini bisa dikatakan munculnya film kolosal di tanah air. Film Sahur Sepuh selalu memakai figuran yang lumayan banyak terutama untuk adegan peperangan. Aneka trik kamera banyak perkembang melalui film ini.

Setelah mengulas setiap hal, terdapat tempat untuk membuat daftar sesuai versi  pembaca masing-masing. Misalnya pada bagian yang mengulas tentang lagu, terdapat  tempat untuk membuat Daftar Lagu Lokal 80 & 90-an Favorit Saya.

Sempat saya singgung di atas tentang daftar versi sendiri. Tapi sepertinya agak susah untuk mengisi Nama Cewe/Cowo yang Pernah Pedekate dengan Saya di Tahun 80 & 90. 

Hem...., kok rasanya seperti  geer sendiri ya. Bagaimana kalau memang cowo itu selalu bersikap baik pada tiap cewek, saya saja yang terlalu percaya diri.

Buku ini termasuk jenis bacaan ringan yang menghibur sekaligus bernostalgia bagi mereka yang pada tahun 80-90 termasuk anak muda. Bagi mereka yang ingin tahu bagaimana situasi kehidupan remaja pada tahun 80 & 90 buku ini  merupakan pilihan yang tepat. Jika Anda adalah seorang penulis dan sedang ingin membuat kisah dengan mengambil setting tahun 80 & 90, buku ini bisa menjadi referensi yang  tepat. 

Bahasa yang digunakan  dalam buku ini adalah bahasa pergaulan sehari-hari walau tetap mempergunakan kaidah bahasa yang benar. Unsur gaul bisa ditemukan dalam penggunaan kata gue sebagai kata ganti orang pertama.

Meski begitu, saya menemukan sebuah hal yang aneh pada  salah satu halaman. Pada halaman 11 harusnya tertulis jalan sore, namun tertera jalan sorte. Kesalahan yang sederhana namun mengurangi kesempurnaan sebuah karya.

Tata letak sebuah halaman yang membuat dua uraian plus gambar kadang agak membingungkan. Dibaca atas ke bawah kok kurang pas kalimatnya, ternyata bagian atas gambar  membahas hal yang berbeda dengan yang dibagian bawah.

Kemudian ada gambar yang berada di halaman selanjutnya, misalnya di halaman 128, sementara uraiannya ada di halaman 127. Karena gambar tersebut tidak diberikan keterangan, misalnya keterangan, HP Nokia xxx,  sepatu Doc Marten, atau Nintendo, maka mereka yang tidak sempat tahu barang tersebut, atau mereka yang belum lahir pada tahun 80 & 90 tentunya akan sedikit mengalami kesulitan memahami gambar apakah itu.

Secara keseluruhan, buku ini sungguh menghibur.

Sumber gambar:
Buku Yang Nge-tren di Tahun 80 & 90-an









Rabu, 19 Februari 2020

2020 #8: Seputar Teh, Minuman yang digemari di Seluruh Penjuru Dunia

Judul asli: Sejarah Teh: Asal Usul dan Perkembangan Minuman Favorit Dunia
Penulis: Laura C. Martin
Alih bahasa: Novia Angelina
ISBN: 9786230013201
Halaman:226
Cetakan: Pertama- Januari 2020
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Harga: Rp 80.000
Rating: 3/5

"Sambil menunggu, mari meminum secangkir teh.
"Kilau sore hari membuat bambu bercahaya,
air mancur bergelembung penuh sukacita,
desiran pohon pinus terdengar dalam teko kita.
Mari memimpikan kehilangan, dan
"tinggal dalam kebodohan indah segala hal."

Kakuzo Okakura, The Book of Tea 1906


Menemukan buku ini secara tak sengaja. Sebenarnya Mas Teguh Affandi yang mewartakan buku ini, langsung ikutan pesan mumpung ada harga diskon he he he. Judul buku ini yang membuat beliau langsung ingat pada saya, penyuka minuman teh.

Buku ini memuat segala hal mengenai teh, minuman yang  bisa ditemui di seluruh penjuru dunia. Keberadaan teh sungguh unik, selain mampu mempengaruhi  budaya dan kehidupan suatu bangsa, teh bisa mempengaruhi perekonomian sebuah negara. Bahkan teh juga menjadi pemicu konflik yang berakibat timbulnya perang.

Tanpa kita sadari, teh ternyata memiliki pengaruh yang tak kecil dalam perkembangan dunia selama ini, baik secara langsung maupun tidak.  Dijadikan sebagai obat, nilai tukar, sogokan, hingga menyebabkan konflik global. Ternyata meski kelihatan sederhana, teh bisa  diolah menjadi minuman dan masakan yang berbeda.

Beberapa tempat bisa saja menyebut teh dengan nama yang berbeda. Rasa juga bisa berbeda tergantung  pada banyak faktior seperti di mana pohon ditanam, berapa usia daun teh, bagaimana  penyimpanan, serta bagaimana teh tersebut diolah. Namun pada dasarnya semua teh berasal dari  satu tumbuhan yang bernama Carmellia Sinensis dari keluarga Theaceae

Bermula didorong keinginan mengatasi perasaan tak nyaman yang dialami antara makan siang dan malam, Anna Maria Stanhope, Duchess of  Bedford (1783-1857) meminum teh ditemani kudapan. Sesudah meminum teh, ia  merasa lebih baik bahkan bahagia. Segera ia mengundang teman-teman untuk ikut menikmati secanggir teh di sore hari, tentunya juga kudapan.

Meski demikian, baru pada tahun 1865 Ratu Viktoria memperkenalkan Resepsi teh di istana Buckingham. Teh segera menjadi minuman favorit banyak orang di Inggris. Mulai bermunculan aturan tak tertulis mengenai bagaimana seseorang memegang cangkir teh. Bagi kaum bangsawan, cangkir harus dipegang dengan tiga jari, sementara jari kelingking harus dikeluarkan. Sementara masyarakat umum mempergunakan 5 jari.

Bisa dikatakan Inggris berupaya mengadopsi segala hal terkait teh dari Tiongkok. Mulai dari proses menanam, walau dilakukan di India,  hingga cara minum  mempergunakan cangkir yang dimodifikasi sesuai dengan cita rasa bangsa Inggris. Hanya cara minum teh dengan  menyeruput mengeluarkan suara keras yang tidak mereka adopsi.

Teh masuk ke Indonesia  sejak tahun 1700-an, melalui tanaman Tiongkok yang dibawa oleh Belanda. Meski awalnya kurang menjanjikan dari sisi keuntungan, namun belakangan terbukti teh menjadi hal yang menguntungkan, Terbukti dengan banyaknya perkebunan teh di tanah air. Produk teh yang berkualitas paling baik dipetik pada musim kering, antara bulan Agustus-September.

Minuman teh juga mengandung kafein,  urutannya adalah teh hitam, teh hijau, teh putih, terakhir oolong. Untuk menentukan  jumlah kafein yang dikandung agak susah, namun secara umum teh hitam mengandung 50% kafein dibanding kopi. Maka teh mulai dilirik banyak orang. Sehingga muncul aneka kedai teh dengan beragam menu.

Seriring dengan perkembangan zaman, yang berdampak pada perkembangan teknologi, teh juga bisa dinikmati dalam berbagai variasi. Baik dari sisi rasa seperti teh leci, teh madu, serta dalam berbagai bentuk praktis. Misalnya teh dalam kemasan kardus, cara penyajian yang kian praktis.

Sejak tahun 1980-an muncul minuman dari teh dengan nama Bubble tea atau teh mutiaradi Taiwan. Mutiara yang dimaksud merupakan olahan dari akar ubi jakar dicampur gula merah atau karamel lalu dibentuk seukuran kelereng kecil. Popularitasnya terus merambah ke negara Amerika.

Sebenarnya agak kaget juga mengetahui buku ini termasuk dalam sejarah untuk  usia pembaca 17+.  Sementara buku lain seperti Cosmos dari Carl Saga    justru masuk dalam usia pembaca 15+. Menurut saya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan sehingga masuk dalam kategori tersebut. Atau mungkin karena  ada beberapa gambar ada memperlihatkan tubuh manusia secara utuh.

Isinya sangat padat. Segala hal  tentang teh yang selama ini tidak saya ketahui ada dalam uraian buku ini. Sayangnya, alih bahasa kurang begitu baik. Beberapa kali saya harus mengulang bacaan agar paham dengan kalimat yang dimaksud. 

Selain itu, sepertinya urusan tata letak terkait gambar tidak dibuat dengan benar.   Kekacauan mulai muncul di halaman 148.  Awalnya keterangan gambar dibuat sesuai dengan halaman. Gambar di halaman 15 sebagai contoh, akan diberikan keterangan gambar halaman 15. 

Gambar di halaman 148 justru tertulis gambar hal 132, lalu gambar yang ada di halaman 155 tertulis gambar halaman 139. Gambar halaman 170 tertulis gambar halaman 154, ketika saya cek halaman 154 berisi tentang Robert Fortune.

Ini mungkin dikarenakan ada beberapa tambahan gambar mulai halaman 129 yang tertulis gambar 1, gambar 2, berulang beberapa kali, lalu muncul gambar 1, gambar 2, gambar 3. Cukup lumayan membingungkan bagi para penikmat buku.

Buku yang layak dibaca oleh para pengamat   kuliner dan foodblogger; penikmat kisah sejarah dan sosiologi; pengusaha kuliner; serta mereka  penikmat teh.

Laura C. Martin, lahir pada 12 Juni 1952, merupakan seorang sarjana botani yang menggemari teh. Kecintaan pada minuman teh mendorongnya membuat buku ini. Saat ini ia tinggal di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. 

Sejak tahun 1980, sudah sekitar 20 karya yang dihasilkannya. Antara lain; Tea: The Drink that Changed the World; The Japanese Tea Ceremony: Cha-no-Yu and the Zen Art of Mindfulness: Wildflower Folklore; dan lainnya.  Untuk mengenal penulis ini lebih jauh, bisa berkunjung ke laman https://naturebasedblog.com

Seperti yang diungkapkan oleh C.S Lewis, 
"Teh harus diminum dalam kesendirian".  
Saya mulai pagi ini dengan menikmati secangkir teh hangat, mumpung belum ramai kantor.