Rabu, 02 Februari 2022

2022 #6: Kisah Aku dan Toko Roti

Judul asli: Wizard Bakery
Penulis: Gu Byeong-mo
Alih bahasa: Lingliana
Editor: Juliana Tan
ISBN: 9786020657394
Halaman: 208
Cetakan: Pertama-2021
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Harga: Rp 65.000
Rating: 3/5

Dengan segenap amarah dan kebencianku, aku berharap xxx menerima apa yang pantas diterimanya (*Semua mantra yang mengikuti produk-produk yang ditawarkan di wizardbakery.com adalah mantra asli dari bahasa Latin dan bahasa Yunani kuno yang diterhemahkan agar lebih mudah digunakan. Oleh karena itu, khasiat mantranya sendiri mungkin lebih lemah. Jadi, pastikan mantra tidak diucapkan dengan lirih. Ucapkan dengan sunguh-sungguh dan tegas.)
-Wizard Bakery, hal 49-

Begitulah kehidupan, kadang mengalir indah bagi seseorang, namun tidak bagi yang lain. Tokoh dalam kisah ini, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang disebut Aku, mengalami perlakuan yang tidak adil dari keluarganya sendiri. 

Sang ayah menikah lagi  dengan seorang guru ketika ia berusia 10 tahun. Maka ia memiliki  ibu dan adik tiri perempuan. Layaknya kisah klasik, hubungan ibu tiri-anak tiri tidaklah harmonis.

Suatu hari, sang ibu tiri menemukan hal yang mencurigakan pada pakaian dalam anaknya. Lalu dari sekedar dimarahi karena dianggap tidak bersimpati pada masalah adiknya, ia sekarang menjadi tersangka.

Aku dianggap telah melakukan hal yang tidak senonoh, hal yang tak ia lakukan. Karena kondisinya gagap, ia tak mampu menyampaikan pembelaan diri dengan benar. Plus ketakutan yang ia alami, membuatnya seketika juga kabur dari rumah.

Tak sengaja ia berlari sampai ke toko roti yang ada di dekat rumahnya. Dari luar, toko itu tak berbeda dengan toko roti yang lain. Ia bahkan sempat merasa muak pada roti. Namun saat itu, hanyalah toko roti yang menjadi harapannya untuk berlindung.

Ternyata  itu bukan toko roti biasa! Produk roti dan kue yang dijual mengandung sihir. Mereka bahkan mempromosikannya dalam situs wizardbalery.com. Tukang Roti  dan asistennya Burung Biru  bersedia menampungnya dan memberikan tugas sebagai pengelola situs tersebut. 

Ada Stik Almond Kenangan  yang mampu membangkitkan ingatan yang paling tidak ingin diingat kembali. Puding Kustar Pikiran yang berguna untuk menyingkirkan kesialan serta baik dikonsumsi pada saat ujian atau dinas luar agar bisa berkonsentrasi. Juga ada Muffin Telur Bisnis untuk hadiah mereka yang baru memulai usaha. 

Hem..., kira-kira mereka punya tidak ya roti atau kue yang bisa membuat kita membelah diri sehingga bisa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam waktu bersamaan  sekaligus? Jadi curhat saya ^_^.

Meski sudah mendapat peringatan sebelum membeli dan mempergunakannya, namun tetap saja ada orang yang tidak memperhatikannya. Setelah muncul kekacauan, mereka baru panik dan kembali menghubungi toko untuk mendapatkan solusi.

"Kalau begitu, kau tidak membaca peringatannya?" 
"Tentang sihir yang berbalik menjadi bumerang? Kupikir itu hanya omong kosong. Memangnya ada berapa banyak orang yang percaya semua itu ketika membeli produk ini?"
Aku jadi mengetahui aneka karakter orang selama bekerja di sana. Bagaimana orang selalu ingin memperoleh apa yang ia inginkan  dengan segala cara tanpa mempertimbangkan kondisi orang lain.

Dan selama  Aku berada di sana, Tukang Roti tak banyak bertanya. Aku menjadi merasa aman di sana. Tukang Roti juga tak bertanya kenapa ia sempat merasa muak pada roti. Walau akhirnya ia bisa menyimpukan sendiri. Bagian ini menyentuh segala. 

Bagaimana juga Aku adalah seorang anak. Ia membutuhkan kasih sayang. Rasa tak nyamannya di rumah, terutama saat makan malam, membuatnya harus kreatif. Mungkin jika  kisah ini dibuat terjadi di tanah air, maka sang anak akan rajin memesan makanan secara daring atau membeli di tukang jajanan yang banyak mangkal atau mengelilingi area rumah.

Meski begitu, pada akhirnya Aku harus kembali ke rumah untuk menyelesaikan masalahnya. Penulis membuat bagian ini penuh dengan kejutan, sungguh tak terduga. Pada akhirnya, kebenaran memang akan terungkap juga, meski membutuhkan waktu dan proses.

Pertama melihat buku ini, yang terbayang oleh saya adalah cupcake produksi salah satu sahabat di UPT Perpustakaan UI. Tanpa sengaja, saya juga mengingat sebuah buku perihal memasak, tapi bukan buku resep  dari penerbit tetangga.

Tepatnya sebuah kisah fantasi dengan seting urusan memasak atau membuat makanan (bisa roti, kue, atau  lainnya) dengan mempergunakan bahan spesial. Komentar seputar cerita berseri tersebut bisa dilihat di sini

Cara penulis dengan  tidak membuatkan nama untuk tokoh dalam kisah ini, seakan menjadi keunikan tersendiri.  Meski ibu tiri dan anaknya diberikan nama. Pembaca juga tak perlu repot mengingat nama tokoh utama, apalagi jika mempergunakan nama Korea yang umumnya terdiri dari 3 kata. 

Cukup  dengan mengingat sosok anak laki-laki berusia 16 tahun sebagai tokoh utama. Pembaca tentunya bisa mengembangkan  imajinasi berdasarkan pengetahuan masing-masing akan kondisi seorang anak laki-laki pada usia 16 tahun.

Tentunya, pandangan saya akan  sosok Aku yang berusia 16 tahun, hidup tertekan dalam keluarga, serta mengalami ketakutan dituduh melakukan hal tidak senonoh, akan berbeda dengan pembaca yang lain. Ini akan membuat kisah ini menjadi kaya ketika dijadikan bahan diskusi sesama pembaca.

Pesan moral dalam buku ini yang mengajarkan agar kita tidak mudah putus asa dan tidak menyimpan demdam pada orang yang berniat jahat, disampaikan dengan cara yang menarik.  
..., lalu akhirnya menjatuhkan  boneka voodoo tanpa isi itu ke dalam api. Boneka itu tidak pernah diisi jeli, atau cokelat, atau apa pun yang melambangkan organ-organ tubuhku. Boneka itu hanya cangkang.
Betapa kuatnya Aku. Hidup diantara orang yang tak mencintai saja sudah sulit, apalagi mereka yang berniat jahat. Sementara tak ada yang berdiri di belakangnya.

Tokoh antogonis dalam kisah ini, si ibu tiri yang memilki profesi sebagai guru, menunjukkan bahwa kita tidak bisa menyamaratakan  kebaikan atau keburukan seseorang karena profesinya.  Pada dasarnya semua  disebabkan oleh kepribadiannya.

Meski berprofesi sebagai guru, namun ibu tiri Aku ternyata tak memiliki   kelembutan atau kebaikan hati pada anak tirinya.  Mungkin saja ia bersikap ramah dan baik pada muridnya di sekolah, namun tidak pada anak tirinya.

Dalam kisah ini, bagian yang memuat tentang hubungan antara Tukang Roti dengan makhluk astral, atau bagaimana hubungan mereka dengan Burung biru, sebenarnya bisa dikembangkan lagi menjadi bagian yang menarik.

Atau bagian ini hanya sekedar pancingan semata? Jika kisahnya mendapat sambutan hangat, makan akan ada kelanjutannya. Kalau tidak, pembaca bisa mengembangkan imajinasinya sendiri.

Ternyata buku ini meraih Penghargaan Sastra Pemuda Changbi Tahun 2009 (tulisan aslinya begini yaaa 창비청소년문학상 ku tak paham he he he), jadi mungkin saja bakalan ada sambungannya jika penulis berminat mengembangkan bagian tersebut.

Lumayan untuk akhir pekan.
Sudah lama dibaca namun belum juga dibuatkan komenter ^_^.

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com/