Selasa, 31 Januari 2017

January Party & Markituka

Banyak cara untuk membuat hidup menjadi lebih  menyenangkan. Salah satunya dengan memberi hadiah pada diri sendiri dan bertukar hadiah dengan sesama. Dalam kasus saya, sesama penggila buku tentunya,

Pada tahun 2017 ini, ada dua kegiatan heboh terkait urusan hadiah buku. Saking hebohnya, saya sampai lupa membuat GA di blog sendiri. Hadeh.... faktor U memang tidak bisa dilawan.  Meski ada dua kegiatan, namun keduanya masih terikat dengan BBI alias pesertanya dari BBI.

Oh ya sampai lupa cerita. Pertama adalah Januari Party, pesertanya adalah teman-teman BBI yang berulang tahun pada bulan Januari. Jadi semacam saling memberi kado ulang tahun. Kedua adalah Markituka alias Mari Kita Tukar Kado (jangan tanya saya siapa yang punya ide kreatif memberi nama) sesama anggota BBI di Jabodetabek. Mekanisme keduanya nyaris sama. 

Pertama,  saya dan mereka yang ingin ikut harus membuat  daftar buku yang ingin dimiliki dengan maksimal harga Rp 150.000 diluar ongkos kirim. Sebaiknya dibuat agak banyak mengantisipasi ketersediaan buku di toko dan dana pengirim. Selanjutnya ada semacam admin (bisa disebut bandar ^_^) yang bertugas mengatur siapa target yang harus dikirimi buku sesuai keinginan. Hanya si admin ini yang tahu siapa target dan siapa pengirim, plus sebagai tempat perantara jika ada yang ingin disampaikan  antara pemberi dan penerima hadiah. Nah,  si target tidak hanya menerima buku tapi juga menerima semacam petunjuk yang harus dipecahkan agar bisa menebak siapa yang mengirim buku.  Jika teman-teman BBI pernah ikut kegiatan Secret Santa pasti paham dua kegiatan di atas.

Bodohnya saya!
Saking terlalu bersemangat dan bergembira menerima buku impian, saya jadi lupa mana buku yang berasal dari Januari Party, dan mana yang dari Markituka. Tidak hanya buku, petunjuknya pun saya nyaris tertukar. Hadeh. berkat ilmu ala-ala Conan KW bisa membedakan dan memecahkan misteri yang ada *semoga benar*

Baiklah, mari kita bahas satu-persatu paket misterius yang mendarat. Paket pertama lumayan tebal, ternyata isinya Sycamorerow. Agak sebal juga dengan pak petugas dengan pedenya mempergunakan steples hingga nembus buku. Untung bukunya tipe bantal jadi tidak terlalu berpengaruh.
Kebetulan saya masih menyimpan kertas bungkusnya, maka saya bisa menemukan tulisan Markituka. Ok artinya ini paket dari salah satu teman di Jabodetabek. Abaikan nomor ponsel yang ada, pastilah sudah ada jebakan batman di sana ^_^

Untuk menyakinkan saya coba pasang kertas bungkus paket pada kedua buku, ternyata untuk buku Racketter ukurannya terlalu tebal. Positif sudah, buku dari Markituka adalah buku bantal

Selanjutnya baca petunjuk yang ada. Nah lho....... hobi membaca kisah detektif tidak berguna kalau gini. Ingat ada teman yang sering diamnggap kembaran, namun mendadak lupa satu nama yang juga sering dianggap sama. Lalu meras apenasaran dengan kata di bagian bawah. Sepertinya mengarah pada blog teman-teman BBI. Mulai iseng menelusuri daftar blog yang tergabung dalam BBI hingga akhirnya menemukan satu nama yang seperti pas, Ferina.

Selanjutnya melipir pada  kertas berisi gambar yang membuat meringis. Hem... apa hubungannya kartu dengan buku ya. Meski tidak yakin dengan nomor telepon yang ada di kertas pembungkus, tetap saja penasaran. Ada tulisan Surabaya selain nomor ponsel. 

Pada ingatan saya, hanya Nina yang tinggal di Surabaya dalam January Party. Tapi sepertinya tidak mungkin Nina, karena saya sudah pernah ketiban memecahkan petunjuk dari Nina dan gayanya bukan seperti ini (sok tahu sekali). 

Mendadak saya ingat seorang sahabat yang hobi bermain dan mengoleksi kartu. Langsung saya tanya apa yang ia bayangkan jika menerima gambar tersebut. Sebelas, jawaban yang ia berikan.

Saya langsung membongkar chatt di ponsel saya. Sialnya ponsel saya rusak sehingga harus ganti dan percakapan tidak terlihat (jangan tanya kenapa saya gaptek urusan begini). Setelah berjuang super duper semangat saya bisa mengaktifkan ponsel lama dan mulai mencari riwayat percakapan dalam group. 

Di sana saya menemukan bahwa nomor urut kesebelas dari peserta January Party adalah Mide. Tapi..... saya agak ragu, apakah ia berasal dari Surabaya. Bongkar FB, daftar anggota BBI dan menemukan fakta bahwa Mide juga berasal dari Surabaya. Baiklah, saya menebak Mide adalah orang yang bertanggungjawab membuat kepala saya cekot-cekot.

Kesimpulan sementara, Ferina dan Mida adalah orang yang membuat impian saya memiliki kedua buku di atas terwujud. Begitulah saya, sibuk belanja buat kantor, lalu  lupa untuk diri sendiri ^_^

Oh ya pada salah satu paket saya menemukan bonus kopi dalam kemasan. Makin mumet kan saya. Masalahnya saya bukan penyuka kopi jadi bingung mau diapakan kopi instant tersebut. Tapi kopi itu berguna untuk mencari inspirasi he he he












Senin, 30 Januari 2017

2017 #007: Petualangan Jake di Circus Maximus

Judul asli: The History Keeper: Circus Maximus
Penulis:  Damian Dibben
Penerjemah: Linda Boentaram
Penyunting: Dyah Agustine
ISBN: 9789794339916
Halaman:388
Cetakan: Pertama-Desember 2016
Penerbit: Mizan
Harga: Rp 85.000
Rating: 3.75/5


"Sejarah itu menakjubkan ..." bisiknya takzim.  
"Benar-benar menakjubkan!"

Sungguh,  ingin sekali saya bisa berkata seperti Jake. Memandang  sejarah sebagai sesuatu yang layak dikagumi. Mungkin jika saya seperti Jake, pandangan terhadap sejarah akan berbeda. Selama ini saya selalu dijejeli dengan hafalan tanggal peristiwa sejarah, bukannya makna dari sebuah peristiwa sejarah. Tentunya bagi orang yang tak suka menghafal, hal tersebut sangat tidak menyenangkan.

Jake  boleh merasa bangga menjadi anggota organisasi terbesar dan paling misterius sepanjang masa; Dinas Rahasia Penjaga Sejarah, mengikuti jejak orang tua dan kakaknya. Tapi sepertinya belum banyak hal yang dapat ia sumbangkan kepada organisasi tersebut selain berbagai kekacauan yang ia timbulkan. Begitu ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan menghilangkan citra negatif yang disandangnya, Jake akan berusaha semaksimal mungkin.

Salah satu cara adalah dengan mengikuti misi rutin mengantar atomium ke tahun 27 Masehi. Tidak semua agen dianggap mampu melakukan misi tersebut, hanya yang termasuk agen belah ketupat yang bisa melakukannya. Dan seluruh keluarga Jake termasuk dalam golongan tersebut. Kesempatan emas!
Versi Bahasa Perancis

Semula Jake dan yang lain merasa tugas itu memang hanya sekedar tugas ringan semata. Apa susahnya mengantar atomium untuk agen yang berada di suatu tempat lalu kembali lagi ke markas. Tak ada yang mengira misi rutin ternyata berubah menjadi misi yang sangat berbahaya. Mereka tidak saja harus berurusan dengan  burung-burung ganas, dikejar tentara, singa kelaparan, beruang buas yang terluka, angin puting beliung,  tapi juga ada musuh dalam selimut.

Musuh utama mereka, Agata Zeldt menemukan cara baru untuk menguasai dunia. Tidak hanya dunia sebenarnya, ia juga ingin menguasi seluruh alam semesta. Termasuk dengan mengubah nama rasi bintang menjadi namanya dan nama orang dekatnya. Sangat ambisius bukan? Untuk mencapai tujuannya ia tak segan menyandera putrinya sendiri, Topaz.

Dibandingkan buku pertama, buku ini makin seru. Meski kekonyolan Jake menjadi hal yang membahayakan. Sungguh, harus ada yang memberikan Jake pengertian untuk mengubah sikap gegabahnya. Untunglah ia belajar banyak dari hal tersebut. Meski kadang niat baiknya untuk membereskan  kekacauan tidaklah cukup berhasil, minimal Jake belajar bertanggung jawab untuk segala tindakannya. Bagi yang ingin mengingat kembali isi buku pertama, silahkan ke sini.

Bukan saja mengajak pembaca menikmati aneka petualangan seru, namun pembaca mendapat pengetahuan mengenai banyak hal. Jika diperhatikan, ucapan para agen memberikan kita informasi yang lumayan beragam. Misalnya mengenai bagaimana perkembangan busana pada suatu zaman, ciri bangunan, kehidupan masyarakat dan masih banyak lagi  hal menarik.

Circus Maximus yang dijadikan sebagai judul buku misalnya. Merupakan sebuah  stadium Roma kuno dengan peruntukan balapan kuda pada mulanya. Seiring kebutuhan,  pertunjukan gladiator dan  acara-acara hiburan bagi masyarakat banyak juga diadakan di sana. Belakangan setelah dipugar tempat ini sering digunakan untuk berbagai acara, seperti konser Rolling Stone pada tahun 2014
Versi Bahas Czech

Ada hal kecil yang mengganjal bagi saya. Pada halaman 191 tertulis, "Charlie berhenti dan mendorong kacamatanya ke atas hidung." Pada halaman 219 tertulis, "Charlie hanya memutar bola mata dan mendorong kacamatanya ke atas hidung,...." Terakhir halaman 282, "Charlie masih menggeleng-geleng,.... Dia mendorong kacamatanya ke atas hidung." Bagi orang yang mempergunakan kacamata seperti saya, kadang kita mendorong kacamata yang dirasa posisi kurang pas di atas hidung. Masalahnya bukan pada mendorong tapi pada kacamata. Penasaran, kapankah kacamata ditemukan? 

Jika tidak salah, kacamata baru ditemukan sekitar tahun 54-68 Masehi. Sementara mereka berada di tahun 27 Masehi, bukankah kacamata menjadi barang yang aneh? Apakah tidak ada yang merasa aneh melihat ada orang memakai kacamata saat itu? Bisa-bisa Charlie langsung dikerumuni banyak orang. Kenapa tidak mempergunakan lensa kontak saja? Atau saya kelewatan detail mengenai hal tersebut? Penasaran saya.

Dan kali ini saya mendapat pencerahan mengenai sebuah kata baru yang terdapat di halaman 179, jeri. Kalimat lengkapnya adalah,"Tanpa jeri sedikit pun, Agata mengulurkan tangan ke dalam dan mencengkram seekor tikus gendut..." Menurut KBBI, kata jeri bisa bermakna cemas; takut;bimbing. Artinya memang menyerupai tapi terasa beda saja nuansanya jika ditulis menjadi, "Tanpa takut sedikit pun....". Bagi saya pemilihan kata jeri menimbulkan nuansa lebih mencekam, pas dengan suasana yang akan digambarkan. Jempol buat tukang alih bahasa.

Sudahlah, saya enggan bercerita banyak. Baca dan nikmati saja kisah Jake dan sahabatnya di Roma. Bingung bagaimana mereviewnya he he he.






































Rabu, 25 Januari 2017

2017 #006: Ayo BaPer

Judul asli: Baper, Bawa Perubahan
Penulis: Rhenald Kasali
ISBN: 9786023851751
Halaman: 184
Cetakan: Pertama-November 2016
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 89.000
Rating: 4/5

Pingin men-scan lalu diprint dan pasang di dinding

Begitulah kesan saya ketika sambil lalu membuka-buka halaman buku ini. Warna-warni  menawan dan memanjakan mata yang membaca. Ditambah dengan aneka kata motivasi yang menggugah jiwa, layak dijadikan hiasan dinding eh maksudnya dikoleksi buku ini ^_^.

Belakangan kata baper sering diucapkan orang. Baper yang dimaksud dalam buku ini bukanlah bawa perasaan tapi bawa perubahan. Sebuah strategi jitu untuk membuat orang ingat akan ajakan untuk membawa perubahan bagi lingkungan sekitar. Jargon tersebut akan lebih mudah diterima masyarakat dari pada mempergunakan kata baru.

Buku ini dibuat guna sebagai kado ulang tahun, hasil mengerjai seorang Rhenald Kasali dari pasukan di Rumah Perubahan. Isinya adalah ucapan, nasehat, candaan langsung yang mereka dengar. Sangat jauh dari unsur saran manajemen untuk perubahan. Seru! 

Membuka halaman pertama, kita akan disambut dengan ilustrasi yang menggugah rasa nasionalisme. Gambar seseorang sedang berlari dengan membawa bendera yang diikatkan pada semacam tongkat. Meski gambar tersebut lumayan kecil dibandingkan dengan luas dua halaman yang dipergunakan, namun pesan yang disampaikan sangat mengena. Halaman yang sama juga berada di bagian belakang buku.

Setelah saya mulai membaca (tidak sekedar membalik-balikan halaman dan membaca sekilas), saya menemukan banyak hal unik dalam isi buku ini. Meski dimanjakan dengan aneka atata letak tulisan yang indah, ternyata tidak semua isi buku ini merupakan kata kutipan dan catatan inspiratif, namun terdapat juga gambar-gambar  tanpa teks yang membuat pembaca berimajinasi akan makna yang terkandung dalam gambar itu. Ukuran dan gambarnya juga beragam. Ada yang menghabiskan dua halaman, tapi ada juga yang hanya satu halaman. Terdapat  gambar  dua anak perempuan sedang bermain sepeda, ruang kelas yang terendam air dan banyak lagi. 

Kata-kata yang ada tidak hanya terbatas untuk melakukan perubahan pada sikap dan kepribadian diri seseorang namun juga melakukan perubahan sikap yang berdampak pada lingkungan sekitar. Misalnya uraian Babe, begitu beliau biasa disapa di Rumah Perubahan pada sikap penguji dan pembimbing mahasiswa S-3. Ada juga kisah diri dan keluarga yang dicantumkan dalam buku ini karena dianggap dapat memberikan inspirasi pada banyak orang. Contohnya adalah ketika Babe dan istri dipanggil oleh guru sang anak ketika berada di Amerika.

Sebuah uraian dalam dunia marketing sudah sering saya dengar sejak dahulu, tapi masih membuat saya tersenyum ketika membaca hal tersebut dalam buku ini. Perihal anak marketing yang tidak bisa memasarkan diri sendiri alias masih jomblo. Secara teori mereka sangat menguasai bahan, namun prakteknya belum tentu. Bagaimana mereka bisa dianggap layak memasarkan sebuah produk jika memasarkan diri sendiri untuk mendapatkan pacar saja gagal.  Walau kelihatan konyol, tapi begitulah adanya penerapan sebuah ilmu. Terapkan pada diri sendiri, baru pada yang lain.

Ada beberapa bagian yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya kalimat Train your eyes to look up to the future, don't value things just based on their current value dialih bahasa menjadi Jangan hanya melihat sesesutu berdasarkan current value, latih mata kamu melihat kedepan! Meski demikian sebaiknya kata current value juga dicarikan padanan kata dalam bahasa lokal.

Namun ada juga yang tidak mengalami alih bahasa, seperti kalimat, Every humans being has their liminations but a smart person will use their limits to achieve their goals, not see it as a constraint. Tidak paham? Silahkan mempergunakan alat bantu alih bahasa ^_^ 
Membaca kalimat di sebelah membuat saya agak menahan diri melihat kejadian unik di kereta hari ini. Di gerbong khusus perempuan, saya duduk di kursi prioritas karena itu yang tersedia kosong. Paham, saya akan berdiri jika ada yang berhak membutuhkan. Saya merasa pengguna  yang lain saya menatap ke arah saya dengan kesal. 

Ternyata seorang perempuan yang duduk di sebelah saya asyik menguyah makanan seperti lontong atau bacang (saya hanya melihatnya terbungkus daun), ia tidak mengeluarkan dari kantong plastik agar tidak menimbulkan serpihan. Meski si ibu dalam kondisi hamil namun tetap saja menurut saya makan di atas kereta api adalah salah. Pantas penumpang yang lain menunjukan wajah tak suka ke arah saya.

Saya melihat sekeliling mencari petugas. Biasanya bapak atau ibu petugas yang melihat akan memberikan peringatan. Kejutan!Ternyata petugas yang saya cari justru berdiri di depan saya bersandar di dinding gerbong. Timbul pertanyaan saya kenapa dia diam saja ya melihat ada pelanggaran seperti itu. Ternyata si bapak petugas berdiri namun matanya terpejam alias tidur sambil berdiri! Beberapa kali dia nyaris terjatuh ketika kereta berjalan. Kantuk yang tak tertahankan tentunya tidak bisa dibayar dengan tidur sambil berdiri seperti itu.

Nyaris saya melakukan hal konyol dan memotret keduanya. Pelanggaran terjadi karena sikap masa bodoh penumpang dan petugas tertidur! Namun, segera saya urungkan niat tersebut dan berusaha berkompromi dengan situasi. Bagaimana kalau postingan saya malah membuat si bapak di PHK, bagaimana nasib mereka yang menjadi tanggungannya? Bagaimana kalau si ibu muda mendapat komentar pedas orang lalu stres dan kandungannya mengalami gangguan? Saya terpaksa "menutup mata" dan berharap segera sampai tujuan. 

Mungkin yang saya lakukan salah tapi saya merasa tidak bisa melakukan perubahan saat itu, untuk itu saya tidak akan melakukan pengerusakan. Semoga lain kali saya menemukan cara untuk mengatasi situasi tidak enak tersebut.
Tata Letak yang Kurang Pas

Sepertinya ada huruf yang  hilang pada kalimat "...Ketujuh hal tersebut adalah: urang gigih, kurang tekun,...." Mungkin yang dimaksud adalah kurang, kurang satu huruf "K" di awal kata. Demikian juga dengan tata letak pada salah satu halaman, terlalu kepinggir sehingga membacanya menjadi tidak nyaman. 

Salah satu tata letak malah mengingatkan saya pada kover buku. Dengan latar kuning dan gambar lingkaran melebar yang menjadi dasar, otomatis ingatan saya langsung mengarah ke kover buku Maze Runner. Lumayan mirip bagaimana lagi. 

Meski demikian, saya agak bingung ketika ingin mengulas isi buku karena tidak ada angka untuk halaman yang tercetak pada tiap lembar. Saat saya menyebutkan tentang suatu hal, saya tidak bisa menuliskan kalimat yang ada di halaman X. Kecuali jika saya iseng menghitung halaman sendiri. Mungkin saja maksudnya agar pembaca bisa membaca sembarang halaman yang menarik tanpa harus mempertimbangkan urutan halaman.  Padahal dengan memberikan angka di pojok bawah halaman dengan ukuran huruf yang kecil, tidak akan mengurangi keindahan. Juga bisa diberikan pesan untuk menikmati buku ini tanpa harus terpaku pada urutan halaman.

Oh ya, di bagian belakang buku, pembaca akan menemukan uraian singkat mengenai sosok Babe. Plus informasi singkat mengenai para "oknum" yang berada di balik terbitnya buku ini. Para generasi muda yang memandang dunia dengan cara yang unik. Terdapat juga informasi mengenai donasi dari sebagian pendapatan dari penjualan buku ini. Pustaka kaki Gunung disebutkan sebagai gerakan sosial mendistribusikan dan membangun perpustakaan di desa-desa terakhir sebelum titik pendakian.  Gunung yang dimaksud tentunya gunung yang ada di seluruh tanah air.

Jadi tertarik buat mengajak bekerja sama dengan BBI nih. Memberikan sumbangan buku untuk anak sama saja dengan mulai menanamkan rasa cinta pada bacaan sejak diri. Plus memberikan kesempatan bagi mereka untuk menambah pengetahuan melalui bacaan. Namun jika tidak ada buku yang bisa dibaca lalu bagaimana bisa menumbuhkan rasa cinta buku? Bagaimana bisa memberikan pengetahuan ? Semoga lain waktu bisa ikutan bergabung dalam kegiatan tersebut.

Catatan yang paling saya suka adalah,
Profesi-profesi yang dianggap tidak penting pada era orangtua kita, bisa saja berubah menjadi sangat penting di era berikutnya. Yang perlu kita lakukan hanyalah memahami dari kacamata anak-anak kita
 Hem....mungkin juga, profesi  yang sekarang dianggap penting menjadi tidak penting kelak. Saat saya hendak memilih jurusan di perguruan tinggi, profesi sebagai ahli bahasa alias orang yang memahami banyak bahasa masih kurang mendapat apresiasi. Bahkan jurusan bahasa di sekolah saya ditutup karena dianggap kurang ada peminatnya. Hingga jika ada yang berminat mengambil kelas A-4 Ilmu Bahasa harus pindah ke sekolah lain. Makin susah lagi karena di Jakarta sangat sedikit sekolah yang menyelenggarakan program tersebut.

Sekarang, orang dengan kemampuan bahasa sering dicari. Sementara kemampuan berbahasa Inggris dianggap hal yang wajar. Mungkin saat cucu saya ingin mengambil kuliah jurusan yang diincar bukan jurusan yang populer saat ini atau bahkan ia tekun mempelajari keterampilan yang saat ini dianggap hal aneh. Siapa yang tahu bagaimana kelak.

Tapi begitulah perubahan, selalu berkembang dinamis menuju ke arah yang lebih baik. Mereka yang tak mau melakukan perubahan dan berubah tak akan menjadi sosok yang tak mengisi hidup dengan makna.

Ayo BAPER untuk bangsa dan negara!

Sumber gambar:
Buku Baper







Selasa, 24 Januari 2017

2017 #005: Curhat Tentang Ninja dan Utusan Setan


Judul asli: Ninja dan Utusan Setan
Penulis: Sidik Nugroho
ISBN: 9786020337623
Halaman: 256
Cetakan: Pertama-Januari 2017
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 50.000
Rating: 3.5/5

Mayat yang lenyap
Pelita orang-orang malang
Sebagai ganti hidupnya
Mereka ambil... entahlah
-Duka ->II

Banyak cara untuk mendukung seorang sahabat berkarya. Bisa dengan "mencela" habis, tentunya dengan alasan yang jelas,  serta membeli karyanya. Dua hal tersebut  yang saya lakukan pada buku teman-teman saya, termasuk karya Sidik Nugroho.

Setelah gagal menikmati karya pertama, saya mencoba menikmati karya ketiga. Lumayan bisa dinikmati. Oh ya, saya sudah bisa menerima cara Elang bekerja dibanding buku terdahulu karena pada buku ini saya menganggap Elang sudah cukup dikenal oleh pihak kepolisian hingga layak diajak bekerja sama. Seperti kisah Gozali dan Kapten Kosasih ^_^

Lalu,  apakah karya ini lepas dari urusan "cela"? Jelas tidak! Selama seorang Sidik Nugroho masih menulis, maka selama itu saya akan memberikan "celaan" guna mendukung proses menuju karya yang kian berkembang dengan baik (jieee).

Kisahnya masih mengenai sosok Elang Bayu Angkasa dan kesukaannya melakukan penyelidikan. Kali ini, dia terseret pada kasus hilangnya mayat dari rumah sakit. Bukan sembarang rumah sakit, namun rumah sakit dimana  Thesa, kekasihnya bekerja. Semula Elang bersikap masa bodoh dengan kasus tersebut hingga sebuah surat mengenai kasus tersebut mendarat di rumahnya.

Elang merasa tertantang! Mengirim surat tersebut sama saja membangunkan singa tidur. Nalurinya untuk melakukan penyelidikan berbanding lurus dengan keinginannya untuk memuaskan hasrat diri, "...keinginannya untuk menyelidiki misteri sama besarnya dengan keinginan untuk meniduri wanita yang sudah telanjang bulat di depannya. Membiarkan misteri itu lenyap di depan mata, sama saja dengan mengabaikan seorang wanita yang siap dibelai dan dicumbu mesra." 

Bagaimana cara Elang memadukan dua keahliannya? Silahkan simak saja buku ini he he he. Pastinya cukup seru dan membuat penasaran. Meski ada beberapa bagian yang membuat alis saya bertemu, namun buku ini cukup membuat saya enggan berhenti sebelum selesai.

Hal pertama setelah selesai membaca buku ini adalah mencari tulisan Novel Dewasa di kover belakang. Silahkan tuduh saya orang kuno, tapi bagi saya kegemaran Elang  bercinta  dan memecahkan misteri layaknya tokoh 007, perlu disikapi dengan lebih bijak. Pandangannya mengenai misteri dan wanita, terutama menikahi seorang wanita,  lumayan berbeda. 

Mari dibaca yang ada di halaman 206, "Menikahi seorang wanita bukan semata-mata untuk mencari kepuasan seksual. Tanpa harus berduit banyak pun, kepuasan seksual bisa ia peroleh karena ia selalu berhasil mencari tahu di mana mendapatkan wanita-wanita kesepian, bahkan ia dicari-cari beberapa wanita."  Begitulah Elang dengan prinsipnya. Namun jangan sampai remaja ababil menjadikannya sebagai contoh, untuk itu perlu ada tulisan Novel Dewasa sekedar sebagai  peringatan karena tak ada yang bisa menjamin mereka mematuhi tulisan tersebut ^_^

Sekali lagi, seperti buku pertama, penulis terlalu menganggap setiap  orang ramah dan mudah bergaul hingga dalam kisah ini sering kali terjadi keramahan yang kurang pas. Bukan melarang orang bersikap ramah, tapi ada saatnya. Dan dalam kisah ini ramah yang ada terkesan serba kebetulan dan dipaksakan untuk memuluskan aksi Elang.

Agak aneh, satpam yang sudah  kecolongan bisa dengan enteng  menawarkan kopi pada  Elang yang baru dikenal saat itu. Bahkan memberi izin untuk ikut memeriksa kamar mayat. Akan lebih terkesan nyata jika Elang melakukan beberapa kali pendekatan, beberapa hari datang berkunjung dan menjalin perteman dengan satpam sebelum akhirnya bisa melakukan banyak hal di sana.

Demikian juga dengan beberapa sosok yang dengan mudah percaya ia adalah polisi tanpa melihat lencana terlebih dahulu. Salah seorang malah dengan gampang memberikan fotocopy KTP ketika diminta. Bukankah kita harus berhati-hati jika ada orang yang meminta hal tersebut? Maksud saya, jika ada seseorang yang datang ke rumah saya dan mengaku sebagai polisi, memberikan pertanyaan lalu meminta fotocopy KTP, tentunya saya juga akan meminta bukti bahwa ia memang seorang polisi bukan orang iseng yang menyamar dan akan memanfaatkan fotocopy KTP saya untuk hal-hal buruk kelak. 

Kegemaran Elang mengumpulkan fotocopy KTP terbukti  bermanfaat pada halaman 68. Meski saya merasa hal tersebut bisa terjadi karena petugas sedang dalam kondisi mengantuk. Setahu saya, untuk melakukan apa yang ada di halaman 68 membutuhkan  KTP asli bukan fotocopy. Tapi, mungkin saja beda tempat beda kebijakan.

Selain hobi mengumpulkan fotocopy KTP, Elang juga sering kali disebutkan meminta nomor ponsel seseorang. Untuk satpam di kamar mayat mungkin wajar karena ia baru kenal. Tapi meminta nomor ponsel Lilis, model telanjang yang sudah berulang kali ditidurinya, menjadi agak aneh. Ok, mungkin saja Lilis berganti nomor atau Elang kehilangan seluruh nomor yang ia simpan. Apa saja bisa, hanya kurang pas saja dalam paragraf tersebut. Ada sekedar uraian mengapa sampai Elang harus meminta nomor ponsel Lilis  lagi akan membuat kisah lebih pas.

Demikian juga dengan kebijakan untuk menerima telepon atau mengirim pesan singkat di area stasiun pengisian bahan bakar  umum alias pom bensin. Beberapa SPBU langganan saya dengan tegas menerapkan kebijakan larangan tersebut. Pelanggan yang menerima telepon atau mengutik-utik ponsel langsung mendapat teguran.   Hal tersebut ada pada halaman 136, "Ketika mengisi bensin, sebuah pesan pendek ia terima .... Elang membalas pesan itu...." Saya menangkap kesan ketika mengisi bensin motor, sebuah pesan masuk ke posel Elang dan ia segera membaca dan membalasnya di area SPBU. 

Meski disebutkan bahwa penulis mendedikasikan buku ini untuk teman-teman dan seorang pengasah batu akik kenalannya, namun keberadaan bab 5 terkesan dipaksakan. Tanpa keberadaan bab tersebut sepertinya kisah tetap akan berjalan tanpa kehilangan greget. Mungkin lebih pas jika dihubungkan dengan sosok pengemudi motor misterius yang melempar surat ke halaman rumah Elang. Misalnya Elang sempat melihat batu akik tertentu di tangan pengemudi motor, atau melihat sekilas stiker penggemar batu akik yang sering berkumpul di Pasar Tengah terpasang di motor. Bisa juga merasa pernah beberapa kali melihat sekumpulan pemuda mempergunakan jaket dengan lambang tertentu di sekitar Pasar Tengah.

Saya paham sekarang zaman  narsis, sehingga banyak orang yang sering berfoto dan mengunggahnya di media sosial. Tapi foto bersama seperti yang diuraikan pada halaman 214 harusnya tidak dilakukan oleh para tokoh dalam kisah ini. Sebagai orang yang sedang menyamar, setiap tindakan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Bagaimana jika pihak lawan menemukan ponsel salah satu dari mereka dan melihat ada foto tersebut? Bisa kacau urusannya. Untunglah tidak disebutkan akan diunggah ke media sosial, bisa jadi pembaca nyinyir saya ^_^.
Penulis ketika Berkarya

Sebaliknya,  si penulis harus narsis. Saya tidak menemukan bagian yang menyebutkan prestasi dalan dunia menulis serta  buku yang sudah diterbitkan. Padahal hal tersebut bisa menarik minat pembaca untuk menjajal karya lainnya. Kemudahan merupakan kunci. Pembaca akan lebih  cepat menangkat apa yang  disajikan dibanding harus meluncur ke blog penulis. 

Biasanya penerbit juga sering memasang kover buku lain dari penulis yang sama di halaman akhir sebagai sarana promosi. Apa lagi di kover ditulis Misteri Ketiga, tentunya pembaca awam juga ingin tahu apa judul kisah misteri pertama dan kedua. Buku ini benar-benar "bersih" dari unsur promosi, padahal promosi merupakan salah satu pendukung penjualan karya seseorang. 

Pada akhir kisah, disebutkan bahwa Elang pergi ke Garut. Rutenya naik pesawat ke Jakarta lalu menuju Terminal Lebak Bulus. Dari sana disambung bus ke Garut. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk berpergian. Saya akan memilih mempergunakan bus ke Bandung dari bandara, disambung angkutan darat ke Garut. Lebih cepat rasanya.

Terdapat beberapa kesalahan pemenggalan kalimat yang kemungkinan besar terjadi saat  proses tata letak berlangsung. Misalnya kata pan-dangi  yang berada di tengah baris di hal 24, sehingga tidak perlu diberi tanda seperti itu. Kata memu-tuskan  di halaman 105, dan sete-ngah di halaman 171. 

Kalimat favorit saya dalam buku ini ada di halaman 138, "Kecantikan adalah modal menipu paling jitu. Beberapa pria tenggelam dalam kecantikan wanita-cenderung memadukannya dengan kelembutan, keindahan, atau kasih sayang. Padahal, wanita cantik yang pernah dilukai dapat menjadi liar, tak terduga, cermat melaksanakan tugas-tugas penting dan rahasia." Saya jadi ingat salah seorang tokoh novel yang menjadikan sakit hati sebagai kekuatan. 

Dan...., tolong beri ilustrasi pada buku-buku berikutnya, sekedar memanjakan mata pembaca. Selingan diantara kepungan huruf yang menghayutkan.

Eh.... apa?
Kelebihan kisah ini? Hem... selain kronologis kisah yang  pas, cara bercerita yang mengalir, permainan logika penulis menarik untuk disimak, sisanya cari sendirilah! Makanya beli dan baca supaya tahu ^_^


Semoga penggemar kopi dan pencinta warkop ini bisa terus berkarya.
Bukan! Saya bukan tahu dari biodata, tapi mengambil kesimpulan  karena sering penulis mempergunakan kalimat kopi-kopi yang dipesan datang serta tempat pertemuan di warung kopi.

Ah! Teh yang saya pesan dan Kopi yang dipesan penulis sudah datang. Mari berdiskusi tentang Elang ^_^

Sabtu, 21 Januari 2017

2017 #004: Penciptaan Maze Runner (sedikit spoiler)

Penulis: James Dashner
Penerjemah: Eka Suryana Saputra
Penyunting Yunita Candra
ISBN: 9789794339794
Halaman:460
Cetakan: Pertama-September 2016
Penerbit: Mizan Fantasi
Harga: Rp 89.000
Rating: 3.75/5

Suatu hari kita akan lebih hebat

Masih ingat dengan Thomas, Teresa, Newt, Rachel dan anak-anak lain di Maze Runner? Ada yang bertahan, ada juga yang tersingkir. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana nasib mereka. Satu-satunya yang pasti adalah mereka harus bersatu agar bisa bertahan.

Buku ini merupakan prekuel kedua dari seri  The Maze Runner. Kita akan menemukan berbagai hal yang mengejutkan.  Banyak penjelasan mengenai hal yang masih samar pada buku satu hingga tiga. Bahkan mungkin juga dari prekuel pertama seri ini. Semua yang semula abu-abu menjadi hitam atau putih dalam buku ini.
Versi Polish

Sebagai bocoran,  tokoh utama kita, Thomas, nama sebenarnya bukanlah Thomas. WICKED membawanya untuk diteliti karena Thomas dianggap kebal akan wabah. Tak terhitung berbagai test yang harus ia jalani, banyak jarum suntik yang sudah mampir ke tubuhnya, belum lagi berbagai tekanan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah memaksa dirinya untuk memercayai dan mengakui namanya adalah Thomas. Berbagai hal menyakitkan ia alami hingga akhirnya ia merasa bahwa ia adalah Thomas.

"Siapa namamu?"
    xxx hampir tidak sanggup berkata, "Thomas"
    "Aku tidak memercayaimu."
    "Tidak." anak itu merintih.
    Rasa sakit itu  tidak lagi mengejutkan, demikian pula kegelapan yang datang setelahnya.

Dahulu kita selalu mendapat kesan WICKED baik, setelah membaca buku ini apakah tetap saja atau berubah menjadi kejam? Menurut saya dan mungkin (beberapa) pembaca pastinya kejam. Rachel  malah menyebutkan seharusnya slogan resmi WICKED adalah tujuan menghalalkan segala cara.  Tapi ada beberapa orang yang malah mengaggap apa yang dilakukan oleh WICKED merupakan hal yang patut dihargai. Kembali,tergantung hati nurani seseorang.

Banyak bagian yang mengisahkan tentang pertentangan bathin seseorang.  Mungkin ia tidak ingin melakukan suatu hal, namun dibandingkan dengan efek yang dihasilkan adalah menyelamatkan umat, maka kadang ia harus melakukan sesuatu yang tak ia inginkan. Misalnya ketika Thomas dan kawan-kawan harus menghabisi  staf yang terjangkit wabah di WICKED. Semuanya demi menjaga penyebaran wabah. 

"....Kecuali dirimu kebal, tentu saja, dan sampai kita memiliki obat. Jika tidak, ada dua pilihan. Menjadi salah satu dari...makhluk-makhluk yang kalian lihat di balik kerangkeng, atau mengakhiri semuanya sebelum mencapai fase Gone, menyudahi hidupmu."

Pilihannya mereka hidup dengan menyingkirkan yang terjangkit atau mereka bisa ikut terjangkit melalui wabah yang berevolusi. Ngeri membayangkan anak usia muda melakukan pembunuhan, tapi begitulah situasi yang terjadi di sana.Hidup memang penuh dengan pilihan.

Walau sejak usia dini Thomas dan yang lainnya dibawa dan tinggal bersama dalam fasilitas yang disebut paling aman, tetap saja mereka adalah anak-anak. Remaja yang sedang mencari jati diri. 

"Karena kami terpaksa tumbuh dengan cepat, kami pantas diperlakukan layaknya orang dewasa. Bukan bayi, bukan pula seperti tikus dalam kandang, bukan seperti orang idiot...."Begitulah Thomas berujar pada dr Paige.
Versi Bahasa Swedia

Ada hal-hal yang tak bisa diubah walau bagaimana juga. Seperti ikatan kasih antara salah seorang anak laki-laki dan adik perempuannya. Nama mereka boleh berubah, tempat mereka tinggal juga berpisah namun rasa mereka tetaplah sama. Mengharukan.

Bagi saya, kisah ini tidak hanya tentang kekuatan fisik  untuk mampu bertahan hidup semata. Namun juga menempatkan urusan psikologis seseorang sebagai hal utama. Jika orang tersebut mampu mengendalikan emosi dan perasaan, kuat menghadapi berbagai tekanan dan situasi yang serba tak jelas, maka ia secara teori dianggap mampu bertahan di lingkungan yang keras. Jika mentalnya sedikit saja goyah, bahkan melemah maka ia akan segera kalah. Tak akan mampu bertahan di sana.

Alurnya agak lambat pada bagian awal. Baru sampai bab 16 saya bisa menikmati kisah. Mungkin dikarenakan pada bagian awal hanya mengisahkan tentang bagaimana  WICKED berusaha mencari anak-anak yang sesuai dengan kriteria percobaan guna menemukan obat penawar

Setelah tamat membaca buku ini, saya merasa ingin membuka kembali buku pertama dari Maze Runner sekedar untuk mengingat bagaimana awal Thomas memasuki Maze. Ada rasa penasaran ingin mengetahui  bagaimana nasib Thomas selanjutnya.

Unik! Sepertinya pikiran saya memang diarahkan untuk berbuat begitu, atau kebetulan semata, sudah ada cara mudah untuk menuntaskan hasrat saya tersebut.  Bagian akhir, setelah Tentang Penulis, pembaca akan menemukan bagian yang memuat mengenai Thomas dan Teresa. Tertulis, "Buka halaman ini untuk pratinjau khusus tentang yang kemudian terjadi pada Thomas dan Teresa." Jika ingatan saya tidak salah, itu merupakan bagian awal dari buku Maze. Bagian yang mengisahkan Thomas berada dalam kotak.
Versi Bahasa Spanyol 

Sekedar mengingatkan, urutan seri ini adalah sebagai berikut:
1. The Maze Runner
2. The Scorch Trials
3. The Death Cure
4. The Kill Order
5. Fever Code
Untuk review buku pertama ada di link berikut. Sementara buku kedua di sini.  Untuk The Death Cure bisa diintip  pada link ini.  Review The Kill Order ada pada ini.

Saya juga mendapat satu kata baru, jerih. Kata tersebut ada di halaman 512. " Thomas jerih mempersiapkan diri untuk itu." Menurut KBBI, maknanya adalah kelelahan atau kepayahan. Lumayan tambah pintar satu kata ^_^

Dibandingkan buku-buku terdahulu, alurnya kisah ini lebih terasa ringan. Ketegangan memang ada namun tak sebanyak kisah yang lain. Saya jadi ingin membaca ulang kisah ini, namun mulai dari buku ini, lalu The Kill Order baru buku satu hingga tiga. Kira-kira pesan dan kesan yang saya terima apakah sama*penasaran*.

Sudahlah, baca saja buku ini. Emosi saya bercampur baur tiada tentu. Suatu saat saya setuju dengan apa yang dilakukan WICKED, lain waktu merasa marah atas perlakuan mereka pada anak-anak kecil itu. Ada bagian yang membuat saya merasa Thomas dan anak yang kebal lainnya egois karena lebih mementingkan diri mereka dibandingkan pentingnya ditemukan virus bagi wabah yang melanda. Lain bagian, saya merasa ingin memeluk dan menenangkan mereka, meski terlihat tegar mereka anak yang hidup tanpa kasih sayang orang tua.

Ah, sedikit bocoran (lagi).
Thomas merupakan salah satu orang yang membantu terciptanya Maze. Soal kenapa ia bisa ikut berada dalam Maze, urusan lain. Baca. Ada jawabannya dalam buku ini.

Rabu, 18 Januari 2017

2017 #003: Jatuh ke Matahari

Penulis: Djokolelono
Digambar oleh: A. Wakidjan
Halaman: 86
Cetakan: Pertama-1976
Penerbit: PT Dunia Pustaka Jaya
Rating: 4.75/5

Untuk urusan kreatif, sosok yang satu ini memang tiada tandingan. Karya-karyanya selalu menawarkan sesuatu yang berbeda, perpaduan antara hiburan dan mendapat ilmu pengetahuan secara bersamaan. Sekali membaca, banyak manfaat yang diperoleh.

Kisah Jatuh Ke Matahari sebagai contoh. Ide kisahnya sebenarnya sederhana mengenai enam siswa terbaik Akademi Ruang Angkasa yang dipilih untuk misi membawa dan menyebarkan jasad-jasad renik ganggang biru-hijau di sekitar permukaan Venus. Tujuannya agar Venus bisa menjadi planet untuk dihuni. Rincian bagaimana caranya silahkan dibaca di halaman 27 ^_^

Terdapat delapan bab dalam buku ini. Mulai dari Perjalanan ke Venus, Dua Antariksawan Berkelahi di Antariksa, Kecepatan Maut Menyosong Maut, hingga Penutup. Membaca judul bab saja sudah menggelitik rasa penasaran untuk segera membaca, eh itu saya ketika baru menerima buku ini he he he.

Pembaca akan diajak menikmati kisah bagaimana Sweta Kamandhalu, kadet antariksawan nomor 11-C-74 berupaya menjadi kapten yang baik dalam memimpin misi tersebut. Jika misi itu sukses maka tahun depan ia menjadi antariksawan kelas C-3. Itu artinya ia berhak menjadi awak pesawat antariksa antar planet. 

Misi yang sepertinya sederhana dan mudah tersebut ternyata nyaris membuatnya dan rekan yang lain celaka. Adalah Adrian Barry, kadet antariksawan 15-F-73 yang menjadi orang dibalik semua kekacauan. Meski ia merupakan pilihan pertama dari 5.310 orang calon, namun kecerdikannya tidak diimbangin dengan sikap yang baik. Ia dikenal sebagai orang yang sangat besar kepala, congak dan takabur. Karena hal tersebut ia tak dipilih menjadi kapten.

Tugas Sweta semakin berat. Selain harus memastikan misi mereka berhasil, ia juga harus berhadapan dengan Adrian yang berkeras untuk melakukan percobaan atas nama ilmu pengetahuan dan kepentingan umat. Mereka terlempar dari tujuan semula ke Venus, terlempar menuju Matahari. 

Setelah empat puluh  satu tahun (buku ini terbit tahun 1976), buku ini masih menarik untuk dibaca. Sebagai buku  science fiction, apa yang diuraikan Eyang Djokolelono masih sangat meyakinkan. Mampu menciptakan sebuah teori dan kondisi dengan penjelasan sebab-akibat yang sangat bisa diterima logika merupakan kelebihan utama dari penulis yang satu ini.  Mungkin saja teori tersebut bisa dipraktekan saat ini. Dengan perkembangan zaman dan teknologi, apa yang dulu tidak mungkin sekarang mungkin bisa terlaksana.

Unsur nasionalisme terlihat dengan disebutkannya dua tokoh merupakan bangsa Indonesia. Untuk menegaskan tokoh utama kisah ini adalah keturunan Indonesia,  sengaja diberikan nama  Sweta  Kamandhalu.  Ada juga  Ir Pangaribuan pada tokoh pendamping.  Nama Sweta langsung mengingatkan saya pada nama tokoh pendamping dalam serial Noni.

Meski merupakan kisah fiksi ilmiah yang bagi beberapa orang dianggap berat, buku ini juga mengusung unsur humor. Kegemaran beliau bercanda dituangkan dalam berbagai kata unik. Misalnya  orbit mantap dan jet panas untuk salam para antariksawan ketika sedang bertugas di luar angkasa, serta matahari basah untuk makian. 

Pesan moral banyak diselipkan dalam kisah ini disamping ilmu pengetahuan. Kebiasan berjudi dan bertaruh yang tidak baik juga mendapat perhatian. Melalui sosok Kapten O'Reily, peringatan bahwa hal tersebut tidak layak dilakukan, disampaikan dengan cara yang bijak. Sehingga sasaran pembaca buku ini yang umumnya anak-anak (saat itu) tidak mencontoh kebiasan buruk Kapten O'Reily. 

Demikian juga dengan sifat sombong, angkuh dan tak mau bekerja dalam tim yang dilakukan oleh Adrian. Walau apa yang ia lakukan bertujuan untuk kebaikan, namun jika cara mendapatkannya salah maka tak akan memberikan manfaat bagi orang banyak. Justru banyak pihak yang menderita karenanya. 

Sempat saya merenung, kira-kira jika buku ini saya baca ketika berusia 7-10 tahun dulu, apakah saya bisa menerima teori yang diciptakan Eyang Djokolelono. Mungkinkah kemampuan berpikir saya sudah mampu mencerna perihal membuat Venus menjadi layak huni. Atau bahkan menerima mentah-mentah teori yang diberikan dan menganggap merupakan bagian dari hiburan semata.

Saya sempat hendak memprotes kenapa kover yang ada bukan berwarna oranye atau kuning, warna yang sering dianggap orang merupakan warna Matahari (padahal konon warna matahari beragam). Dari sisi estetika, tentunya akan lebih menarik untuk dilihat dari pada warna biru (padahal saya penggemar berat warna biru). Tapi jika dipikir lebih lanjut, Eyang Djokolelono sepertinya sedang berusaha memberikan pengetahuan seputar Matahari. Saya jadi ingat aneka warna Matahari. Salah satu tulisan mengenai hal tersebut ada di sini.

Dalam buku ini juga terdapat beberapa ilustrasi yang lumayan menarik. Kenapa lumayan, karena saya melihatnya saat ini. Detail yang umumnya merupakan unsur menarik, tidak saya temukan dalam ilusrasi tersebut. Saat kecil mungkin saya akan menganggapnya sebagai ilustrasi yang luar biasa.

Secara keseluruhan, saya tetap menjadi pengagum karya Bocah Tua Nakal, begitu kadang beliau menyebut dirinya. Jadi sepertinya bintang 4.75 layak diberikan. 

Mulih aku.