Senin, 31 Maret 2014

Review 2014 #21: Kisah Peter Nimble dan Mata Ajaib

Judul: Peter Nimble and  His Fantastic Eyes
Penulis: Jonathan Auxier
ISBN : 978-602-03-0152-5
Halaman:  432 
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga : Rp. 75.000,- 

Ada banyak raja, tidak ada pangeran
Burung-burung gagak berkeliaran dan samudra menarik diri.
Hanya orang asing yang akan membawa kelegaan,
Namun kegelapam berkuasa, kecuali ia...

Tak ada yang bisa menyangsikan kemampuan Peter Nimble dalam urusan mencuri. Tangannya sanggup membuka gembok apapun, bahkan saat tidur dan diikat ia akan secara spontan membuka ikatannya tanpa terbangun. Peter seakan terlahir untuk meloloskan diri dan membuka gembok atau kunci apapun di dunia ini.

Namun ia tak bisa membuka tabir masa lalunya. Ia hanya seorang anak yang ditemukan pelaut mengapung dalam sebuah keranjang bayi dekat kapal mereka. Di atas kepala bayi bertengger seekor burung gagak besar yang diduga telah mematuk habis mata bayi laki-laki tersebut. Para pelaut membunuh burung gagak dan menyerahkan bayi itu kepada aparat setempat.

Walau dianggap tak berguna, mereka harus memberi nama bayi tersebut maka muncul nama Peter Nimble. Peter hidup dengan menyusu dari seekor kucing sebagai balas budi karena Peter membunuh kutu-kutu yang hidup di tubuh sang kucing. Tak butuh lama bagi Peter untuk mandiri dengan cara mencuri padahal usianya masih sangat belia.

Suatu saat ketika sedang "bertugas", Peter tergoda mencuri  sebuah kotak yang berada di kereta penjaga keliling. Ternyata isinya tiga pasang benda bulat seperti telur yang terbuat dari emas, onix dan zamrud. Tanpa menyadari barang curiannya, ternyata Peter  telah mencuri tiga pasang mata ajaib. Ketika Peter memasang sepasang mata yang disangka telur tersebut ke rongga matanya, mendadak ia berada di dalam air dan selanjutnya hidupnya berubah dengan cepat.

Sepasang mata yang dipakainya membawanya pada sebuah petualangan tak terlupakan. Sekarang Peter bukalah Peter Nimble sang pencuri ulung lagi. Ia adalah Peter Nimbel bersama kesatria sahabatnya sedang merusaha memberikan pertolongan pada seseorang yang membutuhkan bantuan dengan cara mengirim pesan dan melembarnya ke laut hingga sampai ke Danau Galau bersama botol-botol pesan yang lain.

Peter bersedia menjawab permintaan bantuan berupa teka-teki aneh. Untuk itu ia harus berlayar hingga sampai ke Kerajaan yang Lenyap.  Konon, di kerajaan itu penduduk hidup damai dengan hewan yang bisa bicara dan berpikir seperti manusia. Bersama mereka membangun istana yang luar biasa indah. Butuh waktu yang lama untuk membangun istana itu, namun malam ketika akhirnya istana itu selesai seluruh tempat itu lenyap hilang tak berbekas.

Tidak ada yang tahu dimana letak kerajaan itu. Mereka akan berlayar dengan mengikat botol tempat pesan  ke haluan kapal dengan tali kecil sebagai petunjuk jalan. Begitu botol terpasang akan terdengar siulan pelan, bunyi angin yang mengenai mulut botol yang terbuka. Angin akan membawa mereka cukup dekat ke lokasi kerajaan itu. Mereka terus berlayar hingga sampai pada sebuah gurun pasir. 

Selanjutnya kita akan diajak berpetualangan bersama Peter dan kesatria sahabatnya. Banyak hal yang menghibur namun tetap pesan moral juga terkandung dalam buku ini misalnya bagaimana Peter harus tegar menghadapi segala cobaan hidup dan tidak mengeluh. Dan pastinya meremehkan dan menghina seseorang dalam kondisi tidak bsia melihat bukanlah perbuatan baik.

Tiga pasang mata yang ditermukan Peter ternyata memiliki kegunaannya masing-masing. Kapan saat yang tepat untuk menggunakan salah satu dari mata itu tidak ada yang tahu. Peter hanya perlu merasa saatnya sudah tepat untuk mempergunakan salah satu mata tersebut. Jika ia merasa saatnya belum tepat maka mata tersebut tidak akan berfungsi sebagaimana yang ia harapkan.

Ilustrasi buku ini hanya ada pada awal bab saja. Namun walau demikian ilustrasi yang ada cukup menawan. Jika diperhatikan secara seksama, ilustrasi itu merupakan inti dari bab tersebut. Andai Anda adalah tipe pembaca yang sering melewati halaman karena bosan atau ingin segera sampai pada akhir kisah, cukup nikmati ilustrasi yang ada saja. Meski demikian, cara membaca seperti itu tidak saya rekomendasikan.

Pembaca juga bisa memahami sebuah istilah karena langsung  diuraikan secara singkat. Misalnya pada halaman 53 disebutkan tentang flashback, "Ini istilah medis keren yang berarti mengingat sesuatu dari masa lalu kita." Pada halaman 229 disebutkan, "Mereka sempat menyaksikan Peter melakukan aksi Drowsy Dodger. Drowsy Dodger merupakan trik kuno ... tahun-tahun lalu; dalam trik itu jari-jarimu dilatih membuka simpul tali saat kau tidur...."

Saya memang menikmati kisah petualangan Peter, pada awalnya. Banyak hal yang mengundang rasa penasaran dak takjub akan kemampuan penulis menciptakan hal-hal fantasi. Namun memasuki halaman 250 saya sudah bisa menebak arah ceritanya. Rasa penasaran segera lenyap. Entah kenapa para penulis selalu begitu, kebanyakan begitu.

 Maksud saya,  setelah mengaduk-aduk rasa penasaran pembaca mendadak ada suatu hal yang membuat segala hal yang menarik tersebut menjadi sangat sederhana, penjelasannya sangat mudah. Kenapa semua hal harus berkaitan pada akhirnya? Tidak bisakah ada misteri yang tetap dibiarkan tak terpecahkan. Jika sudah membaca sampai halaman 250 pasti bisa memahami apa maksud ocehan saya dengan kenapa semua hal harus berhubungan dan misteri terpecahkan dengan sangat mudah. Semangat membaca saya langsun turun melewati halaman 250.

Setelah menempuh perjalanan jauh, selanjutnya Peter akan  berurusan dengan penguasa kejam yang menggulingkan saudara sendiri demi tahta. Bukan hal baru dalam dongeng, tapi masih bisa dinikmati. Pada bagian penguasa meracuni pikiran orang tua untuk tidak ingat pada anaknya ini membuat saya bergidik. Apakah pantas kisah ini dibaca oleh anak-anak? Bagaimana pun orang tua pada akhirnya memang akan ingat pada anaknya, penulis juga membuat adegan seperti itu. Tapi tetap saja hal itu tidak layak dimasukan dalam buku anak apapun alasan para orang tua lupa pada anak. Dalam kisah ini karena meminum ramuan teh dengan campuran tertentu setiap beberapa kali sehari.

Lalu ada bagian para orang tua yang tidak sadar mendapat perintah untuk menghabisi anak-anak yang disebut sebagai mosnter oleh Raja tersebut. Mengajarkan kekerasan pada anak? Adegan ini tidak layak bagi anak-anak. Apapun alasannya menyakiti seorang anak atau membuat orang tua menyakiti anak bukanlah hal yang bagus untuk dimasukan dalam buku bacaan anak. Bayangkan jika suatu saat ada orang tua yang menyakiti anaknya lalu mengatakan tidak sadar berbuat begitu. 

Atau anak yang bersikap tidak sopan dalam buku ini dengan alasan tidak tahu siapa mereka juga tidak bisa diterima. Pada halaman 241 disebutkan bahwa Raja takut pada anak-anak karena anak-anak tidak suka diperintah oleh siapa pun.  Lebih lanjut disebutkan bahwa orang dewasa bisa diintimidasi dan ditipu, tapi prinsip seorang anak jauh lebih kuat. Kalimat ini agak sedikit penakutkan seakan membenarkan bahwa wajar jika seorang anak membangkang karena tidak mau diperintah. Padahal kebanyakan perintah yang diberikan oleh orang tua adalah untuk kebaikan sang anak.

Selanjutnya ada kalimat yang menyebutkan, "... fakta yang juga menjelaskan kenapa anak-anak tidak memercayai para ibu tiri jahat dan guru-guru pengganti."  Tidak semua ibu tiri dan guru pengganti jahat. Kalimat ini seakan menanamkan pandangan bahwa setiap ibu tiri dan guru pengganti memiliki perilaku buruk dan cenderung kejam menyiksa anak-anak.

Jika yang dimaksud anak-anak lebih jujur sehingga tidak mudah diintimidasi mungkin bisa diganti bahasanya. Anak-anak memang selalu jujur. Ingat saja kisah Pakaian baru Kaisar hanya seorang anak yang mau menyebutkan kaisar telanjang dan mengaku tidak melihat apa-apa sementara seluruh negeri mengaku melihat aneka warna menawan dan betapa halusnya pakaian sang kaisar.

Perkelahian salah satu tokoh yang berusia belasan tahun dengan sang raja yang usianya jauh lebih tua juga menjadi hal yang tidak masuk akal. Ini memang kisah fantasi tapi bukan berarti bisa berfantasi dengan seluasnya tanpa landasan.

Jika biasanya kita menemuka kisah fantasi dengan burung Gagak sebagai tokoh yang menyebalkan dan membahayakan maka dalam buku ini justru terbalik. Gagak adalah burung yang setia pada pimpinannya. Begitu pimpinannya terbunuh dan digantikan dengan yang baru, maka seluruh koloni akan menunjukan kesetiaan pada pimpinan yang baru.

Buku ini mungkin lebih cocok dibaca bagi mereka yang sudah berpikiran matang bukan anak-anak atau remaja labih yang sedang mencari jati diri. Penerbit sebaiknya lebih memperhatikan terjemahan serta cerita sehingga lebih cocok untuk anak-anak  atau remaja jika benar buku ini ditunjukan bagi mereka. Terlepas dari itu saya memberikan bintang 3,5 saja.

Jika ingin lebih mengenal penulis silahkan mengunjungi http://www.thescop.com/ Luangkan waktu juga untuk berkunjung ke http://www.peternimble.com/ dimana kita bisa mengenai segala hal yang berhubungan dengan buku ini.

Now, there is a wonderful thing in this world called "foresight". It is a gift treasured above all others because it allows one to know what the future holds. Most people with foresight end up wielding immense power in life, often becoming great rulers or librarians.”
Jonathan Auxier 


Sumber gambar:
 http://www.peternimble.com
 http://www.thescop.com/
 http://www.kidsreads.com
 

Sabtu, 29 Maret 2014

Review 2014 #20: Kelompok 2&1, Kutukan Akik Biru


Penulis: Dwianto Setyawan
Sampul & Ilustrasi:
Halaman:152
Penerbit: PT Gramedia

Kakek Wiro mewariskan sebuah batu akik kepada Nenek Katin.
Konon menurut cerita, akik biru yang disebut aquamarine itu mengandung kutukan. Barang siapa menyimpannya -- akan diganggu arwah yang punya hubungan dengan batu akik itu!

Lalu, apakah karena itu, kemudian Nenek mendengar ratapan yang memilukan dari bawah jendela? Dan kemudian lagi -- malam-malam didatangi arwah?

Yan, Dede, dan Ira yang harus menyingkapkan tabir misterinya.
Dan tugas kali ini sungguh merupakan tugas yang berat. Sebab, perkaranya demikian rumit, pelik, serta amat membingungkan


Begitulah sinopsis buku ini. Ceritanya memang jelas untuk anak-anak atau ABG tapi penulisan dan isinya bisa dibilang juga menarik bagi orang dewasa. Bukan kerena buku ini membuat saya bernostalgia pada masa lalu tapi karena memang serial ini menawan.


Ceritanya tentang tiga orang sahabat yaitu Ira,  dan kakaknya Yan lalu seorang sahabat mereka Dede. Yan dan Ira merupakan anak seorang dosen, tak heran jika mereka berdua diharapkan menjadi anak yang pandai mengingat saat itu citra dosen sangat identik dengan kepandaian. Sang ibu digambarkan sebagai  seorang ibu rumah tangga yang cakap dan handal mengurus rumah tangga dan sangat memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak-anaknya. 


Mungkin ada pertanyaan bagaimana saya bisa tahu? Karena pada salah satu buku ada adegan yang menceritakan bagaimana sang ibu sedang sibuk memotong bahan baju untuk blues Ira. Memang buku ini terbit tahun 1985, tapi meski begitu pada saat itu bisa dibilang tidak banyak ibu yang meluangkan waktu untuk menjahit sendiri pakaian anaknya.


Sementara sahabat mereka, Dede merupakan anak tunggal sepasang pengusaha kaya yang sukses. Keduanya memiliki kesibukan segudang sehingga sangat sedikit waktu yang tersisi bagi anak. Keduanya memang memberikan banyak limpahan materi bagi Dede tapi sedikit waktu. Bukannya tidak menyayangi Dede tapi bagi keduanya apa yang dikerjakan sekarang merupakan bekal bagi kehidupan Dede Kelak.
  
Setelah membaca sinopsis di atas,  sepertinya pembaca sudah bisa menebak kisah dalam buku ini. Ira, Yan dan Dede diajak berlibur oleh salah seorang teman sekolah mereka yang bernama Putri Yugianto ke rumah neneknya yang ada di tepi laut. Menilik kisah yang menyebutkan Putri pindah ke Cirebon dan kemungkinan akan kembali ke Jakarta, maka mungkin saja rumah sang nenek berada di sekitar pantai di Kota Cirebon.

Sang nenek yang dipanggil Nenek Katin memiliki sebuah batu akik berwarna biru peninggalan suaminya. Batu Akik tersebut mempunyai riwayat yang kurang baik. Kakek Wiro suami Nenek Katin tidak mempercayai riwayat buruk akik biru yang dikenal dengan nama aquamarine. Ia tetap membeli dan menyimpannya hingga mewariskan pada sang istri. Selanjutnya kisah ini bergulir seputar benar atau tidaknya ada kutukan yang melekat pada batu tersebut. Kutukan yang membuat Nenek Katin sering diganggu suara-suara aneh. Anehnya hanya sang nenek yang mendengar, para penghuni rumah yang lain tidak ada yang mendengar.


Sebagai kisah anak-anak, minimal ABG, buku ini menawarkan kisah misteri yang tidak sederhana seperti yang terlihat. Kisahnya memang jelas seputar teror yang dialami oleh Nenek Katin. Tapi bagaimana pemecahan misterinya yang tidak biasa. Penulis sengaja membuat pembaca merasa penasaran akan kasus tersebut. Penulis tidak dengan gampang membawa pembaca ke akhir cerita. Pembaca juga diajak berpikir saat ketiga anak tersebut berusaha memecahkan msiteri yang terjadi.

  
Seperti juga buku anak pada umumnya, pasti ada pesan moral yang disampaikan. Dalam buku ini, pesan moral yang ada disampaikan dengan cara yang unik hingga tidak berkesan menggurui. Misalnya saat Putri yang tidak mempercayai cerita neneknya tentang gangguan yang dialami pada halaman 78. Penulis memberikan pesan moral bahwa bagaimana pun seorang anak harus menghormati sosok yang lebih tua dengan bersikap sopan. Jika ada perbedaan pendapat maka harus disampaikan dengan hormat bukan dengan cara seperti yang Putri lakukan hingga membuat Nenek Katin marah dan sakit hati.

Walau begitu ada beberapa hal yang mengusik saya untuk memberikan komentar. Misalnya tentang sebutan Nenek Katin. Dengan nama asli R.A Sukatin maka bisa dikatakan bahwa beliau merupakan sosok perempuan Jawa keturunan bangsawan hingga memiliki gelar Raden Ajeng yang saat menikah berubah menjadi Raden Ayu atau R. Ay. Maka sangat jarang ada yang memanggil perempuan dengan kondisi demikian dengan sebutan nenek, umumnya memanggil dengan Eyang Putri. Apalagi di halaman belakang ia menyebut suaminya dengan sapaan Eyang. Hal tesebut juga kontras dengan sinopsis di belakang buku yang menyebutkan Kakek Wiro, bukan Eyang Wiro. Seharusnya penulis konsisten. 


Juga tentang kebiasaan sang nenek yang masih berdandan rapi. Memangnya kalau nenek-nenek harus berkesan kumuh begitu? Eyang putri saya sejak beliau muda hingga wafat selalu menjaga penampilannya. Wajahnya selalu dipolosi make up lengkap dan tak ketinggalan minyak wangi. Meski menggunakan baju rumahan, kecuali pergi menggunakan kain kebaya lengkap dengan sanggul, tapi baju rumahan yang dipergunakan juga bukan daster lusuh. Bahkan kain batik tulis beliau beberapa diubah menjadi baju rumahan. Belakangan sepupu saya dengan percaya diri menggunakan baju rumahan eyang untuk ke kantor dipadu dengan legging atau rok pendek. Menawan.

Ilustrasi yang ada dahalam buku ini juga menghibur. Detail menjadi hal yang mengagumkam untuk dilihat. Ilustrator juga tidak pelit membagikan Karyanya. Pembaca dimanjakan dengan ilustrasi sebesar satu halaman penuh.


Sayang sekali belakangan jarang ada buku remaja yang seperti ini. Memberikan muatan hiburan namun juga ada moral tanpa berkesan menggurui hingga pesan moral yang ingin disampaikan tercapai. Belakangan yang ada lebih banyak buku tentang percintaan yang kurang mendidik. Bukannya tidak boleh, mengajarkan urusan cinta memang perlu tapi bukan berrti membuat kisah yang picisan dan tidak mendidik dengan mengajarkan hidup konsumtif dan merasa rendah diri karena cinta oleh 

 
Di tanah air, batu Aquamarine lebih dikenal dengan nama batu biru laut. Aquamarine memiliki ciri khas berwarna biru muda langit atau biru kehijauan. Batu ini dianggap mampu membuat pemiliknya memancarkan aura positif bagi kesehatan, percintaan serta memberi kebahagiaan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan laut. . 

Aquamarine dan zamrut  sering disebut bersaudara karena warnanya. Aquamarine yang artinya “air laut” adalah sejenis batu yang tergolong dalam mineral beryl (beryl dalam bahasa Yunani yang artinya biru kehijau-hijauan) sama seperti Zamrut. Keduanya sama-sama mempunyai nilai keras 7.5-8 berdasarkan daftar keras Mohs. Keduanya menempati urutan kelima setelah batu intan, corundum, chrysoberyl dan topaz.

Konon batu ini memancarkan spektrum cahaya yang penuh dan berkilau dibandingkan dengan batu mulia lainnya. Mitos kuno menyebutkan batu ini merupakan kesukaan para putri duyung. Juga diyakini sebagai batu mulia pelindung bagi kebanyakan pelaut Aquamarine dengan kualitas tinggi berasal dari Russia dan Brazil

Biasanya batu ini dijadikan perhiasan seperti cincin, liontin, kalung, ataupun anting-anting. Untuk perawatan ternyata cukup mudah, bersihkan Batu Aquamarine ini dengan air sabun dan usap perlahan dengan kain halus.  

 

Sumber Gambar:
http://elevenmillion.blogspot.com/2009/05/batu-aquamarine-atau-batu-biru-laut.html

Kamis, 27 Maret 2014

Review 2014 #19: The Bear Came Over The Mountain



Penulis: Alice Munro
Penerjemah: Anton WP
Cover & Layout: Yudhi Herwibowo

ISBN: 978-979-1032-80-3
Halaman:63
Penerbit: PenerbitKATTA

Mengapa mereka memotong rambutmu?

Ah, aku tak pernah merasa kehilangan rambutku

Grant mencintai istrinya, itu sudah sangat jelas. Tapi perihal ia berselingkuh dengan perempuan yang lain itu hal yang berbeda. Grant mencintai Fiona hingga mau menerima dan tetap mengusahakan pengobatan yang terbaik saat Fiona menderita Alzheimer.

Penyakit Alzheimer adalah suatu kondisi di mana sel-sel saraf di otak mati, sehingga  sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan dengan baik. Gejala penyakit Alzheimer sulit dikenali sejak dini. Seseorang dengan penyakit Alzheimer punya masalah dengan ingatan, penilaian, dan berpikir, yang membuat sulit bagi penderita penyakit Alzheimer untuk bekerja atau mengambil bagian dalam kehidupan sehari-hari. Kematian sel-sel saraf terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun. Gejala mungkin tidak diperhatikan sejak dini. Sering anggota keluarga penderita menyadari adanya gejala ketika sudah terlambat. <a>http://health.diwarta.com/</a>

 Atau secara mudahnya Alzheimer merupakan penyakit yang mengakibatkan menghilangnya sebagian ingatan seseorang serta cara berpikir mereka. Dengan demikian kemampuan mental dan daya ingat mengalami suatu penurunan.

Selama empat puluh lima tahun Grant dan Fiona mengaruhi bahtera rumah tangga. Seperti rumah tangga yang lain, semua berjalan dengan baik diantara riak-riak perselisihan. Hingga suatu saat Fiona mulai menunjukan gejala lupa yang tidak biasa.

Seluruh rumah nyaris dipenuhi oleh aneka kertas kuning yang ditempel dimana-mana. Di  atas meja, di depan rak dimana saja. Isinya beraneka macam. Ada lagu yang pernah didengar Fiona, isi rak, buku yang dibaca, jadwal harian dan masih banyak lagi. Kertas kuning tersebut menjadi semacam pengingat.
Terkadang Fiona bercerita tentang hal-hal yang telah lampau dengan sangat jelas. Namun dilain waktu ia bertanya hal konyol seperti kapan mereka pindah ke rumah itu? Apakah tahun lalu atau tahun sebelumnya. Padahal sudah sekian belas tahun mereka pindah. Bahkan Fiona pernah menghubungi Grant untuk bertanya jalan mana yang harus ditempuh untuk pulang ke rumah mereka.

Membawa Fiona untuk berobat bukanlah hal sulit. Meninggalkannya di sana adalah urusan yang berbeda. hari-hari Grant memang terasa berbeda tanpa Fiona meskipun banyak perempuan yang bersedia menghangatkan tempat tidurnya.  Belakangan Grant dilanda rasa cemburu karena Fiona sepertinya melupakan dirinya dan malah dekat dengan sosok pria lain. Ada rasa sakit dihatinya. Mungkin Grant melupakan perselingkuhannya yang juga bisa membuat Fiona sakit seandainya tahu.

Membaca buku ini hingga tuntas membuat saya bertanya-tanya, apa urusannya dengan beruang? Judul yang ada menyebutkan tentang beruang tapi seluruh kisah ini tidak ada sepatah kata pun yang menyebutkan beruang.

Konon,sang penulis mengambil judul karena terinspirasi dari lagu Bear went over the mountain, syairnya sebagai berikut:

The bear went over the mountain,
The bear went over the mountain,
To see what he could see.
And all that he could see,
And all that he could see,
Was the other side of the mountain,
The other side of the mountain,
The other side of the mountain,
Was all that he could see.
The bear went over the river, 3×
To see what he could see.
And all that he could see, 2×
Was the other side of the river,
The other side of the river, 2×
Was all that
he could see.

Beruang hanya melihat sisi gunung yang lain saja  kearah manapun  ia mendaki. Tidak ada yang bisa dilihat kecuali gunung, dan gunung lagi. Sebuah lagu singkat tapi mengandung filosopi yang dalam.

Sepertinya penulis ingin memberitahu bahwa apa pun yang dilakukan oleh Grant, berapa banyak perempuan yang dipacarinya, seperti apapun tipe perempuan yang menjadi selingkuhannya serta berapa lama ia berselingkuh, pada akhirnya ia akan kembali melihat hal-hal yang dulu membuatnya jatuh cinta pada Fiona. Ia akan kembali pada Fiona, Fiona dan hanya Fiona seorang.

Grant terbakar api cemburu saat Fiona justru melupakan semua kenangan indah mereka dan malah menunjukan kedekatan dan kepedulian pada seorang pria di Meadowlake, tempat Fiona berobat. Ia begitu terpukul saat Fiona menunjukkan gejala rindu ala remaja sedang jatuh cinta saat pria itu kembali ke rumahnya. Demi Fiona juga Grant bersedia melakukan hal yang tidak masuk akal. 

Begitulah jika cinta sudah  berbicara. Cinta memang merupakan bahasa yang paling mudah dipahami. Mudah diucapkan tapi susah dilaksanakan. Pada akhirnya kekuatan cintalah yang menang.

Sumber gambar:
http://www.openculture.com



Rabu, 26 Maret 2014

Review 2014 #18: Ilustrasi Grafis Cheng li

Penyusun: Hermanu
ISBN: 9791879435, 9789791879439
Halaman: 294
Penerbit: Bentara Budaya
Harga Rp 65.000

"Kurang ajar!...Aku tidak sudi beristri padamu!"

"Tidak suka sudahlah, aku pun tidak tergila-gila pada kau."


"Kau minta bangsat perempuan?!"

"Minta apa buaya lelaki?"

"Aku labrak kepalamu!"

"Cobalah?"

(Hal 208)

Gambar bisa mengungkapkan banyak hal. Kadang gambar malah lebih mudah dipahami dari pada uraian panjang lebar. Tak heran jika kita bisa menemukan sebuah buku petunjuk atau instruksi penggunaan yang dibuat ala komik guna mempermudah pemahaman pengguna produk tersebut.

Cheng Li, bisa diartikan sebagai  bagus, bukanlah buku antik. Buku setebal 294 halaman memanjakan mata dengan banyak karya grafis warga keturunan yang unik. Grafis disini adalah ilustrasi yang dimuat dalam sebuah media misalnya koran, majalah dalam wujud iklan atau komik potongan.Tak ketinggalan  aneka kisah roman atau cerita yang populer saat itu. Lengkapnya bisa disimak di  http://indonesia-tempodoeloe.blogspot.com/2011/07/buku-ilustrasi-grafis-antik-tionghoa-di.html

Komik Potongan (Comic Strip)  merupakan penggalan gambar yang di gabungkan menjadi  sebuah cerita pendek. Dalam sekali penerbitan  mungkin hanya memuat sekian bagian gambar  atau panel, sisanya dibuat bersambung. Komik Potongan bisa berupa kisah humor, silat bahkan roman.


Secara keseluruhan isi buku ini adalah:
- Rasa Perimbangan Dasar Hidup Beruntung & Bahagia
- Ko Put On
- Ilustrasi Tionghoa
- Ilustrasi Grafis
- Hikayat Lou Djeng Ti
- Rahasia Sragen
- Nyonya Tjan Hoei
- Teekenan Tionghoa
- Huruf Tionghoa
- It Kie Bwee
- Riwayatnya Si Tukang Nangis

Cheng li  bisa disebut sebagai  buku rangkuman ilustrasi grafis yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta 3-11 Mei 2011 yang lalu. Pameran tersebut menampilkan ilustrafi grafis dari Tionghoa dalam bermacam visual. Cover-cover kisah cerita memberikan imajinasi pada simbol kultur Tionghoa pada masa lalu, setidaknya tahun 1930-an sampai tahun 1942, atau sebelum Indonesia merdeka. Cerita yang banyak ditulis pada masa itu, setidaknya dari ilustrasi grafis yang dipamerkan ini kebanyakan adalah cerita silat dan cerita roman. Maka, ada cover yang bertuliskan ‘Tjerita Roman’ dan ‘Tjerita Silat’

 Satu iklan yang paling menarik perhatian saya adalah iklan pasta gigi. Dalam salah satu serial Tintin, ada adegan dimana Tintin dan sang kapten sahabatnya sedang berada di sebuah kapal yang penuh dengan orang Afrika yang rencananya ingin naik haji. Sayang mereka tertipu dan akan dijual menjadi budak. Berkat Tintin mereka selamat. Satu yang menarik perharian saya adalah gigi mereka yang terlihat sangat cemerlang.

Iklan yang mempergunakan sosok orang Afrika yang memamerkan gigi putih cemerlang sebenarnya merupakan sebuah bujukan. Jika ingin mempunyai gigi seperti gigi orang Afrika yang terkenal, maka pakailah pasta gigi tersebut. Sayangnya iklan tersebut sempat dianggap sebagai pelecehan. Jika menilik iklan yang ada dalam buku ini terlihat bawah iklan tersebut mempertahankan sosok seorang pria sebagai identitas.

Darkie, sekarang dikenal dengan Darlie, adalah merk pasta gigi yang dibuat oleh Hawley & Hazel, yang diakuisisi pada tahun 1985 oleh perusahaan Colgate-Palmolive. Darky, atau darkie, adalah istilah yang digunakan di Amerika Serikat dan Inggris, yang menunjukkan orang berkulit hitam. Kemasan depan pasta gigi ini dikatakan terinspirasi oleh performa Al Jolson, seorang pria kulit hitam yang menggunakan topi serta tersenyum lebar. Karena gigi kontras sekali dengan kulitnya, adalah persepsi umum bahwa gigi orang-orang keturunan Afrika sangat putih. Karena banyaknya protes, kemasan dan nama merk ini diganti pada akhir 1950-an (http://segiempat.com/aneh-unik/unik/6-produk-teraneh-buatan-manusia/)

Ternyata buku juga sudah mendapatkan perhatian. Iklan sebuah buku juga bisa ditemukan dalam buku ini. Tidak hanya iklan yang bisa kita temui namun ada juga sebuah kutipan syair iklan yang ditulis oleh Ting Sam Sian di Semarang tahun 1886 guna mempromosikan roman Cina yang dijual di tokonya. Syair tersebut dikutip dari buku Sastra Cina Peranakan Dalam Budaya Melayu.

Banjak lah tabe hormat besrenta,
Pada pembaca sekalian rata.
Dari hal segala boekoe tjerita,
Njang ada terdjoewal di toko kita

Die bawah ini saja menbrita,
Pada sekalian pembatja kita.
Dari hal segala boekoe tjerita,
Harganja djoega poen ada besrenta.
Dari hal dagangan itoe.
Harep pembatja priksa njang tentoe.
Saja terangken satoe-satie,
Boekoe Sam Kok terseboet njang kesatoe

Sam kok ini boekoe pertama,
12berikoetnya
ehh bukan seharusnya 12 berikoetnja yah?
Sudahlah kita teruskan mengutip saja.

13 boekoe How Kiaw Lie Tan.
Soedagar  Tjiong Hok Liong poenja boewatan.
Soedah tetep die djoewal contan,
Satoe roepiah dia iket rotan

-----
-----
-----

Memang saja belom bisa mengarang,
Djadi tjeritanja koerang lah terang.
Toeloeng tambahken njang mana koerang
Tida djoega hendak larang.

Ternyata menjual buku saat itu tidak bisa dibilang gampang walau saingan tidak sebanyak sekarang hingga sang pemilik toko harus membuat pantun yang menggoda hati

Membaca aneka kisah roman membuat saya membayangkan betapa kerasnya kehidupan saat itu. Bahasa yang dipergunakan memang berkesan kasar jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, tapi beberapa daerah memang mempergunakan gaya bicara yang seperti itu.

Urusan pembauran juga mendapat perhatian dan dibuat dalam buku ini. Seperti yang terkandung pada syair dengan judul Ko Put On karya Sindhunata, April 2011

Namaku Put On, Cina peranakan Betawi,
Aku Cina, tapi tiada bedanya aku dari pribumi,
Mamaku gemuk pakai kain dan baju kebaya,
rambutnya dikonde seperti orang Jawa.

Mengapa Cina mesti dibedakan dari pribumi,
padahal perut kita sama keroncongan akan nasi,
lidah kita sama mengiler melihat warteg dan kebuli,
derita  nasib pun sama-sama kita alami.

---
---
---

Di warung murah aku makan gado-gado tambah sepiring nasi,
mau bayar, uangku kurang, aku malu setengah mati.
kurangnya kubayar dengan sebungkus rokok yang tadi kubeli.
ternyata Cina juga bisa miskin seperti pribumi.
 
---
---
---

Begitulah, dalam hidup harian di tanah Jawa,
pribumi dan Cina itu sama saja, sama susah sama gembira,
apa mau dikata, kan kita sama-sama diciptakan di tanah Jawa,
hanya Tuhan yang tahu, kenapa?

Mata saya benar-benar dimanjakan oleh aneka grafis dan kisah menawan. Pada bagian foto keluarga, saya jadi teringat foto pada bude dan tante saya. Bagi saya gaya mereka terlihat lucu dan agak-agak gimana begitu. Beda generasi, selera dan mode. Tapi mungkin saja kelak, cucu saya akan tertawa lepas melihat goto-foto saya yang baginya bisa aja berkesan ndeso.

Sayang sekali buku ini dijual terbatas. Seorang dosen Program Studi Budaya Jawa yang tahu kecintaan saya pada buku berkenan menghadiahkan buku ini.Jika dijual bebas tentu banyak yang bisa menikmati dan mendapat informasi mengenai kebudayaan Cina saat itu, bahkan yang sudah membaur dengan kebudayaan setempat. Butuh waktu lama bagi saya untuk mereview karena bagi saya semua yang ada dalam buku ini sangat menarik hingga perlu dibagikan.


Sabtu, 22 Maret 2014

Review 2014#17 : Terjemahan Dongeng2 Andersen 1949


Judul: Dongeng2 Andersen
Sanduran: Darmawidjaja
Gambar: Mochtar Apin
Halaman: 108
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: 1942
Harga: f 2,50

Bagaimana kau bisa sampai di sini?” tanyanya. “Bagaimana kau bisa lebih cepat dari aku?”

“Aku seorang ibu,”jawabnya.

Seorang ibu pasti ingin memberikan dan mendapatkan yang terbaik bagi anaknya. Kadang cara yang ditempuh  mungkin tidak masuk akal, tapi begitulah seorang ibu. Namun pada akhirnya yang terbaik jualah yang dipilih oleh seorang ibu untuk anaknya walau mungkin menyakitkan bagi dirinya. Bahkan kasih ibu tak layak melawan kehendakNYA.

Kurang lebih begitulah inti kisah dengan judul Kasih Seorang Ibu dalam buku ini. Kisah tentang seorang ibu yang sangat bersedih karena anaknya meninggal. Setelah tidak tidur selama tiga hari tiga malam menunggui anaknya yang sakit, tanpa bisa ditahan sang ibu terlelap sesaat. Walau hanya sesaat cukup untuk membuat sang maut membawa anaknya.

Sang ibu yang sangat menyayangi anaknya tidak mau merelakan. Ia bergegas mengejar sang maut. Berbagai rintangan ditemuinya. Dari malam yang memintanya menyanyikan semua lagu yang pernah  dia nyanyikan untuk menidurkan sang anak tanpa perduli air matanya mengalir deras. Memeluk belukar duri hingga menusuk,  bola mata yang copot dan masih banyak lagi. Akhirnya ia  sampai ke sebuah taman.

Di taman itu  tanaman bunga dan pohon tumbuh saling melilit di sana. Tanaman-tanaman itu semua nampak terawat dan disayangi. Semua tanaman memiiki nama dan di dalam mereka ada nyawa manusia yang masih hidup. Ibu yang sedih itu mendekati semua tanaman yang terkecil dan mendengarkan detak jantung mereka. Di antara jutaan tanaman di sana dia dapat mengenali detak jantung anaknya. Namun pada akhirnya ia harus merelakan sang anak karena itu yang terbaik bagi anak tersayangnya.

Secara lengkap kisah ini bisa dibaca pada http://www.resourceful-parenting.com. atau simak juga http://youtu.be/-UU_Tu6lHsUhttp://youtu.be/BtTrnrOxpwc serta  http://vimeo.com/1896422

Kisah ini unik dan layak dibaca oleh anak-anak maupun orang dewasa karena memuat tentang kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Sayangnya jarang dimuat dalam buku kumpulan kisah Andersen yang ada di tanah air. Beberapa buku yang saya punya juga yang saya intip di toko buku umumnya hanya memuat kisah-kisah seperti Pakain Baru untuk Kaisar, Si itik Buruk Rupa, Kisah Putri Duyung dan Gadis Korek Api.

Buku ini sebenarnya merupakan sebuah buku kumpulan cerita karangan Hans Christian Andersen   yang sudah diterjemahan dalam bahasa Indonesia. Menilik tahun terbit 1949, maka tak heran jika masih menggunakan ejaan lama. Kisah yang ada di dalamnya adalah:
1. Siput dan Mawar
2. Serdadu Timah Jang Teguh Hati
3. Berjinta-Tjintaan
4. Anak Perempuan Pendjual Api-Api
5. Si Tjantik Ketjil
6. Anak Itik Buruk Rupa
7. Kisah Seorang Ibu
8. Pakaian Baru Seorang Kaisar
9. Kisah Seekor Burung Bulbul
10.Putri Dujung

Kita juga bisa menikmati kisah dengan judul  Siput dan Mawar Kisahnya agak berat jika diperuntukan bagi anak-anak. Mungkin itu juga yang membuat kisah ini jarang kita temui. Kisahnya tentang sebuah pohon mawar dan seekor siput. Keduanya tinggal di taman yang sama.

Pohon mawar selalu berpikir positif sementara sang siput selalu bersikap masa bodoh pada dunia. "Tapi, bukanlah semua kita diatas dunia ini harus memberikan apa jang terbaik dari pada jang kita punjai kepada jang lain? Menghasilkan apa-apa jang dapat kita hasilkan?-Ja, aku haja dapat memberikan bunga mawar!- Tapi engkau? Jang begitu banjak menerima, apakah jang telah kauberikan kepadanja?" 

Selanjutnya, "...Tapi kulihat bahwa sekuntum dari bungaku ditaruh orang dalam kitab njanjian sutji seorang ibu, jang satu lagi mendapat tempat diatas dada seorang gadis muda jang manis, dan jang sekuntum jang lain lagi diketjup oleh mulut anak ketjil dalam kegembiraan jang penuh bahagia. Sedap benar rasa hatiku semua oleh itu, itulah rahmat jang sebenar-benarnya. Itulah kenang-kenanganku, hiduplu!"

Pendapat siput sangat berbeda, "...Aku ludahi dia! Ia tak ada gunaja! Aku tidak mempedulikan dia...masing-masing mereka itu mempujai langganannja sendiri; aku mempunyai langgananku dalam diriku! Aku turun kedalam diriku sendiri, dan disitulah tempatku tinggal. Apa peduliku dunia ini!"

Urusan cinta ternyata tidak hanya dimiliki oleh manusia. Dalam Berjinta-Tjintaan kita menemukan tragedi percintaan sebuah  bola dan sebuah gasing. Ya namanya juga cerita apa sih yang tidak mungkin.

Gasing mengajak sang bola untuk "bersuami-istri" karena bersama-sama berada dalam laci. Bola yang terbuat dari kulit halus memandang rendah gasing meskipun gasing telah dicat merah dan emas serta diberi paku kuningan pada bagian atasnya.


Pada akhirnya bola yang sombong malah berakhir pada talang kotor. Sementara gasing berkat sikap rendah hatinya kembali dengan segala kehormatannya dalam laci. Rasa yang selama ini dimilikinya terhadap sang bola telah hilang seiring waktu, ditambah melihat kondisi bola tidaklah secantik dahulu. Kesombongannya hancur oleh cuaca dan waktu. Rasa kasih yang didasari oleh fisik tentunya tak akan bertahan lama seperti kisah ini. Untuk itu sayangi pasangan tidak hanya karena kecantikan fisik tapi juga karena kecantikan budi.

Menemukan buku ini seakan menemukan harta karun bagi saya. Buku ini berada diantara buku-buku yang sedang mengikuti seleksi untuk layak dialih menjadi digital he he he. Salah satu syarat adalah sebelum  tahun 1963 dan berbahasa Indonesia atau mengusung tema tentang tanah air.

Bagi saya buku ini layak dikoleksi eh digitalisasi sebagai pembelajaran bagaimana perkembangan alih bahasa di tanah air. Meski demikan butuh tenaga ekstra untuk menikmati buku ini mengingat ejaan yang digunakan adalah ejaan lama.

Beberapa kisah mungkin tidak cocok untuk anak-anak. Hal ini mungkin sesuai dengan pendapat Maey Kennedy seorang koresponden seni dari surat kabar The Guardian di Inggris. "Pembunuhan, mutilasi, siksaan psikologis, penganiayaan anak-anak atau child abuse... sebenarnya hal-hal inilah yang diceritakan oleh Hans Christian Andersen".Dalam artikel berjudul Dancer in The Dark, Maev Kennedy menyatakan kalau saja H.C. Andersen menuangkan idenya dengan media film dan bukan dongeng, maka film tersebut terlarang bagi anak-anak.  

Contoh nyata dalam buku ini ada pada kisah Anak Itik Buruk Rupa pada halaman 40. "Aku ingin sekali engkau ini ditangkap kutjing, tukang ribut jang buruk rupa!" Tidak hanya saudaranya yang mengejeknya. Ayam dan itik yang tinggal di dekat sana mengusiknya, bahkan anak perempuan yang memberi makan binatang menyepaknya jauh-jauh. Atau bagaimana Si Tjantik Kecil dihina oleh kumbang-kumbang karena hanya memiliki dua kaki dan wajahnya mirip manusia. Pada saat ini, perlakuan seperti ini bisa disebut penindasan atau Bullying, penggunaan kekerasan atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi dalam wujud pelecehan secara terus-menerus.

Hans  Christian Andersen  lahir pada 2 April 1805 di Odense, Denmark.  Sang ibu yang sering menceritakan tentang kisah Seribu Satu Malam  merupakan sosok yang membuatnya mengenal dan mencintai dogeng. Meskipun dikenal sebagai penulis dongeng ia juga menciptakan banyak novel, puisi dan naskah drama. Dogengnya sudah diterjemahkan lebih dari 125 bahasa dan telah diadaptasi dalam berbagai bentuk

Meninggal di Kopenhagen, Denmark pada 04 Agustus 1875. Sebagai bentuk penghormatan dibangun  Museum Hans Christian Andersen  di Odense, kota kelahirannya. Di museum ini dipamerkan 175 cerita, 14 novel, 50 naskah drama, dan 800 puisi   Hari kelahiran Andersen pada 2 April dijadikan Hari Buku Anak Internasional untuk menghormati kontribusinya terhadap genre buku anak.

Dongengnya antara lain:
  • The Angel (1843)
  • The Bell (1845)
  • The Emperor's New Clothes (1837)
  • The Galoshes of Fortune (1838)
  • The Fir Tree (1844)
  • The Happy Family (1847)
  • The Ice-Maiden (1861)
  • It's Quite True! (1852)
  • The Little Match Girl (1848)
  • The Little Mermaid (1836)
  • Little Tuck (1847)
  • The Nightingale (1843)
  • The Old House (1847)
  • Sandman (1841)
  • The Princess and the Pea (1835; also known as The Real Princess)
  • Several Things (1837)
  • The Red Shoes (1845)
  • The Shadow (1847)
  • The Shepherdess and the Chimney Sweep (1845)
  • The Snow Queen (1844)
  • The Steadfast Tin Soldier (1838)
  • The Story of a Mother (1847)
  • The Swineherd (1841)
  • Thumbelina (1835)
  • The Tinderbox (1835)
  • The Ugly Duckling (1844)
  • The Wild Swans (1838)
Terlepas dari urusan pro dan kontra, tidak bisa  kita pungkuri dongeng merupakan jembatan antara orang tua dan anak. Pesan moral serta nasehat bisa disampaikan melalui dogeng. Sementara bagi anak-anak dongeng merupakan hiburan selain mengembangkan imajinasi. Kegiatan mendongeng membuat keakraban antara anak dan orang tua.

Sumber gambar:
http://sonhosdeletras.com.br/

Selasa, 11 Maret 2014

Review 2014 #16: Lockwood & Co. #1 - The Screaming Staircase: Undakan Menjerit


Pengarang: Jonathan Stroud
Penerjemah: Poppy D Chusfany
Editor: Barokah Ruziati 
Desain Sampul: Martin Dima
ISBN 13: 9786020301365
Halaman: 424
Gramedia Pustaka Utama  
Harga : Rp. 70.000

Peraturan Pertama: Jangan pernah ragu-ragu

Peraturan Kedua: Listrik adalah Pengganggu
Peraturan....

Ingat selalu bahwa kucing tidak suka hantu sementara laba-laba sangat menyukainya.

Waktu kecil, kita sering mengintip dari balik lubang kunci. Kaget bukan kepalang jika melihat hal tak terduga di balik pintu. Rasanya seperti itu saat saya pertama kali melihat kover ini lalu membukanya. Jrengggggg kaget dan terpesona. Perpaduan warna hijau kontras dengan warna pakaian si hantu.


Selama lima puluh tahun lebih London dan seluruh kepulauan Britania terserang wabah hantu.
Hal tersebut bahkan menyebabkan dibentuknya sebuah Kementerian khusus, Departement of Psychical Research and Control disingkat DEPRAC. Sebagai Departemen Riset dan Kendaki Cenayang maka DEPRAC adalah salah satu organisasi paling berkuasa di negeri itu.


Selama ini kita, setidaknya saya bisa merasakan perubahan suhu yang mendadak menjadi lebih dingin ketika ada sesuatu.  Sosok  sesuatu  dalam kisah ini disebut Pengunjung digambarkan sebagai sosok yang melayang-layang transparan, dengan piawai  Stroud mengubahnya menjadi sesuatu yang berbahaya dan mampu melukai manusia. 

Seperti pakem tidak tertulis terkait dunia lain, hanya anak-anak dalam buku ini menjurus ke ABG yang bisa melihat mereka. Orang dewasa cenderung menyikapi dengan perasaan was-was hingga mengalami depresi. Dengan demikian hanya para ABG yang mampu berurusan dengan para hantu.

Lucy Joan Carlyle dengan kemampuan mendengar dan daya sentuh,Anthony Lockwood dengan kemampuan melihat dan George yang handal dalam hal riset dan data  merupakan sebagian dari mereka yang mampu berurusan dengan para makhluk astral, sejenis makhluk hidup yang esistensinya tidak dapat dijangkau panca indera manusia. Mereka tergabung dalam  Lockwood & Co  semacam
Ghostbuster  atau tim pemburu hantu di tanah air. 

Bedanya  Ghostbuster mempergunakan semacam penyedot hantu dan menyimpan hantu tangkapan dalam semacam mesin, pemburu hantu mengurung tangkapan dalam botol, sementara ketiga remaja tersebut justru mencari sumber dimana makhluk itu berasal. Setelah menemukan sumber mereka lalu menghancurkan sumber tersebut sehingga memutus rantai penampakan.

Ketiga anggota Lockwood & Co dihadapkan pada masalah besar. Biro mereka menghadapi berbagai masalah, dari tuntutan pelanggan yang tidak puas, kecelakaan saat bekerja  hingga kemungkinan ditutupkan biro tersebut. Bukan hal yang mudah bagi remaja usia sekitar enam belas tahunan.

Kisah dalam buku ini terbagi dalam dua jenis "ketakutan" Bagian pertama ketakutan yang disajikan sekedar memberikan rasa takut yang biasa dialami saat membaca kisah horor. Berbagai urusan dengan hantu tidak terlalu berarti.

Bagian kedua, kira-kira sudah setengah buku suasana kian mencekam. Ketegangan kian memuncak seiring halaman yang kian bergulir. Judul buku ini ternyata juga merupakan sebuah lokasi yang cukup menakutkan. Berbagai peristiwa mencekam terjadi di sana. Urusannya tidak cukup dengan suara yang terdengar tanpa wujud tapi juga urusannya dengan darah, tulang belulang dan pembatanain.
 
Nuansa suram yang ditawarkan sungguh membuat merinding. Saya tidak bisa cerita banyak. Ketegangan yang saya alami nyaris menuju ketakutan. Saya memang menikmati sensasi menegangkan yang disajikan dalam buku ini. Bahkan saya melalap dengan lahap segala ketegangan yang ada. Hanya saja sebuah hembusan angin dari pintu yang kurang tertutup rapat bisa membuat saya menjerit histeris, efek membaca buku ini dengan tekun. Sangat dianjurkan untuk tidak membaca buku ini sendiri, apa lagi dikeheningan malam. Seram dan mencekam!!!!

Sekedar saran, sebelum menikmati buku ini ada baiknya jika dicermati dulu glosarium. Penulis sering sekali mempergunakan istilah yang hanya bisa kita temui dalam buku ini dan kata tersebut lumayan sering diucapkan. Saya sempat harus mengulang bacaan saat sampai di halaman 55. Kata Spectre terulang lagi. Saya penasaran apakah saya terlewat membacanya atau memang tidak. Segera kirim pesan ke dua orang yang paling berperan membidani kisah ini di tanah air. Ternyata keterangannya ada di halaman 416.

Ada sebuah pernyataan yang membuat saya meringis. " Jangan berisik. Pustakawan-pustakawannya galak" Weh pasti merekabakalan terkejut jika berkunjung ke kantorku. Pustakawan tidak galak hanya disiplin jika berurusan dengan koleksi buku dan ketenangan suasana ruang baca. Mereka cukup modis dan jauh dari kesan kusam seperti yang sering ditampilkan dalam film.

Kalimat yang menyebutkan tentang pemburu hantu dari tanah air membuat saya tak sabar menunggu buku selanjutnya. Apakah mereka bakalan berurusan dengan Tante Kunti, Om Pocong atau yang lainnya.Hemm bagaimana mereka mempersiapkan diri jika hasil riset George menyebutkan bahwa hal yang membuat hantu di tanah air takut sangat berbeda dengan hantu di sana. Penasaran

Dalam wikipedia disebutkan bahwa hantu secara umum merujuk kepada roh atau arwah yang meninggalkan badan karena kematian. Definisi dari hantu pada umumnya berbeda untuk setiap agama, peradaban, maupun adat istiadat. Meskipun secara umum hantu merujuk pada suatu zat yang mengganggu kehidupan duniawi, dalam banyak kebudayaan, hantu tidak didefinisikan sebagai zat yang baik maupun jahat. Sebutan setan, iblis, genderuwo, dan sebagainya, lebih umum digunakan untuk merujuk kepada hantu yang jahat. Sedangkan hantu yang baik yang dianggap mempunyai kemampuan untuk menolong manusia, disebut dengan bermacam nama yang berbeda, seperti sebutan untuk Datuk, Te Cu Kong (penguasa tanah, dalam agama Kong Hu Cu), dan lainnya. Tetapi di dalam kebanyakan agama, meminta hantu untuk membantu manusia adalah dilarang.

Jangan lupa berkunjung ke http://www.jonathanstroud.com/lockwoodandco.html