Sabtu, 26 Maret 2022

2022 #7: Jalan Lurus Dan Kisah-Kisah Lainnya

Penulis: Sapardi Djoko Damono
ISBN : 9786028876117
Halaman: 75
Penerbit: editum
Rating:  3/5

"Saya sudah merasa letih sekali, Eyang. Itu sebabnya saya ke mari untuk mencari tahu di mana Air Kehidupan itu bisa ditemukan, Eyang."

"Nah, beristirahatlah kau sekarang, Cucuku. Di sini Air Kehidupan dan Air kematian telah menjadi satu. Kau tidak akan bisa membedakannya."

-Perihal Air Kehidupan, hal 61-

Setelah sekian lama tak mampir ke sini, rasanya malu juga dengan debu yang menempel ^_^. Padahal niatnya tiap minggu membuat ulasan satu buku. Niat menjadi sekedar niat, pelaksanaan harus diupayakan  lebih maksimal. Harusnya tak ada alasan he he he.

Kebetulan mendapat hibah sekresek buku dari editor favorit  saya Mr T. Beliau membongkar koleksi dan mencarikan tempat untuk beberapa buku, dan saya dengan rela menampungnya. Termasuk buku ini, sebuah buku dengan kover favorit karya penulis terkenal.

Dengan warna biru lembut, bahkan bisa disebut desain kover yang sangat sederhana, jika diletakkan di toko buku bisa jadi orang tak tertarik untuk membelinya. Baru ketika menemukan nama penulis besar tertera di kover, buku ini bisa menarik minat pembaca.

Terdapat 28 kisah dalam buku ini. Mulai dari Jalan Lurus yang diangkat menjadi judul buku, Sungai, Dalam Lift, Berhitung, Supir Taksi, Perihal Air Kehidupan, hingga Adam.  Namanya juga cerita singkas, tiap kisah menghabiskan antara 1-3 halaman, sehingga tak butuh lama untuk menikmati sebuah kisah,

Karena ini kumpulan kisah, maka sebagai pembaca, saya bebas menikmati kisah dengan urutan semaunya. Bisa menikmati dari awal kisah sesuai dengan urutan halaman, atau secara acak.

Biasanya, karena saya tak mau rugi terlewat kisah, saya memulai dari kisah yang diangkat menjadi judul buku. Selanjutnya membaca kisah berurut sesuai halaman. Karena dalam buku ini kisah yang dijadikan judul buku ada pada halaman awal, maka saya mulai dengan kisah itu, selanjutnya dengan kisah Surat, Sungai hingga tamat.

Jalan Lurus berkisah tentang jalan yang lurus. Lah memangnya tentang apa lagi? Sebuah Jalan Lurus memperkenalkan diri kemudian menyampaikan keluh kesah tentang panggilan banyak orang untuknya. "Bagaimana seandainya aku menjadi gila sebab tidak punya hak untuk berbuat lain kecuali terus-menerus agar tetap lurus Siapa yang mau bertanggung jawab? "Sungguh kasihan nasib Jalan Lurus.

Main Catur berkisah tentang perdebatan dua orang laki-laki. Sosok yang pertama menganggap hanya dalam permainan catur hak menentukan nasib sendiri benar-benar berlaku. Sementara satu lagi menganggap hanya melalui permainan catur ia bisa mengendalikan nasib bidak, menteri, dan raja.

Keduanya memiliki bayangan strategi apa yang akan dilakukan guna memenangkan permainan. Sementara masing-masing buah catur sudah memiliki langkah yang sudah disepakati dalam peraturan.  Misalnya bidk boleh menyantap kuda. Begitulah.

Kisah Supir Taksi merupakan kisah yang paling singlat. Hanya terdiri dari satu paragraf dalam satu halaman, dan terdiri dari 20 baris. Dipikir lagi, tidak satu halaman penuh, karena kisah ini dimulai dengan menyisakan ruang kosong seperempat bagian atas.

Seorang penumpang menyampaikan kekesalannya  menghadapi jalan macet. Saat itu ia sedang naik taksi. Sang supir sepertinya tidak serius mendengarkan keluhan penumpangnya. Tanggapan yang diberikan hanya jawaban singkat serta kalimat yang tak bisa ditangkap maknanya. Seolah-olah ia tak terganggu dengan kemacetan yang dialami.

Menurutnya, ia tak peduli akan  kemacetan. Ia akan berikir saja sehingga bisa menikmati dan menghayati kemacetan, maka kemacetan akan menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan bagi dirinya.  Ketika hal tersebut disampaikan pada penumpang yang menggerutu sejak tadi, ganti penumpang yang bersikap seolah-olah tak mendengarkan ucapannya.

Jika ditelaah lebih lanjut, kisah dalam buku ini memberikan filosofi yang mendalam. Dalam Testamen digambarkan bagaimana seorang gelandangan-lebih suka disebut Sang Kelana, mengucapkan terima kasih pada anjing kampung yang selama ini mengikutinya. Jika selama ini mereka berbagi makanan, maka ketika Sang Kelana menutup mata, anjing tersebut menyobek-nyobek jasad sampai tak berselera lagi.

Pada akhirnya seseorang akan sendiri. Meski semula ada yang menemani, namun ia akan pergi sendirian, seperti ketika ia datang. Sendirian juga. Jika perut dan rasa lapar sudah berbicara, maka tak ada yang tak mungkin. Tidak juga kesetiaan anjing kampung pada Sang Kelana. Lupakan ingatan indah masa lalu, urusan perut utama saat ini. Menyedihkan sekali nasib Sang Kelana.

Penasaran juga dengan sebuah judul yang juga mencantumkan nama, misalnya yang ada di halaman 20. Tertera SAKSI: Afrial Malna. Apakah maksudnya karya ini terinspirasi atau diperuntukan bagi sosok yang bernama Afrial Malna. Atau ada makna lain? 

Sempat menemukan ada beberapa salah ketik. Tidak terlalu bermasalah namun seharusnya hal tersebut tidak terjadi. Namun karena saya tak menemukan nama editornya, saya asumsikan buku ini minim proses pengeditan. Ya sudahlah, diterima saja dengan santai.

Pada keterangan di bagian belakang buku, disebutkan bahwa pernah diterbitkan sebagai bagian dari Pengarang Telah Mati 2022. Segera meluncur ke Goodreads untuk mendapat informasi lebih lanjut.

Hanya menemukan buku  dari pengarang yang sama dengan judul Pengarang Telah Mati: Segenggam Cerita yang diterbitkan pada tahun 2001 oleh  IndonesiaTera. Lebih lengkap bisa dilihat di sini.

Inspiratif!

Sumber gambar:
Buku Jalan Lurus
Koleksi pribadi