Kamis, 28 April 2022

2022 # 11: Dendam Kolektor Buku

Judul: Memory  Bookstore
Penulis: Choung Myung Seob
Penerjemah: Dwita Rizki
ISBN: 978-602-6486-69-1
Cetakan: Pertama-April 2022
Halaman: 310
Penerbit: BACA
Harga: Rp 88.000
Rating: 3.75/5

Buku memiliki nilai yang tak bisa diukur dengan uang
-Profesor Yoo Myeong Woo,  Memory Bookstore, hal 81-

Penggila buku seperti saya, dan juga Anda, tentu akan menyayangi dan menjaga buku koleksi dengan penuh perhatian. Bahkan  banyak yang mengatakan, para penggila buku bisa begitu mencintai koleksinya, melebihi kecintaan pada diri sendiri. Mungkin tak hanya penggila buku, tapi mereka yang mengoleksi sesuatu, bisa bertindak diluar nalar.

Maka, sangat wajar jika banyak yang terkejut ketika mengetahui  tokoh dalam kisah ini, Profesor Yoo Myeong Woo, seorang profesor  dan publik figur  yang terkenal akan kegemarannya mengoleksi buku-buku kuno, berniat membuat toko buku khusus untuk menjual buku-buku koleksinya.

Suatu saat, ketika menjadi narasumber pada acara Buku,Buku, Buku, Bersama TV, profesor mengumumkan akan mengundurkan diri dari urusan dunia, baik dari kampusnya atau sebagai narasumber terkait buku. Ia hanya ingin menghabiskan masa tua dengan mengurus toko miliknya.
Saya tidak bisa membawa buku-buku itu ke akhirat. Buku-buku itu berat, lho
Jelas banyak yang terkejut, bagaimana tidak! Menjual seluruh koleksi merupakan suatu hal yang jarang dilakukan oleh seorang kolektor buku, ditambah ada kemungkinan buku tersebut diberikan secara gratis! Tidak hanya harga buku dalam koleksi profesor yang menakjubkan, tapi kisah dibalik buku juga selalu membuat orang terpesona.

Tanpa sadar, saya langsung teringat koleksi saya. Dari buku Little Women terbitan tahun 1800-an hingga buku Pram. Pasti ada sesuatu yang sangat istimewa jika saya sampai merelakan mereka pindah ke rak penggila buku lainnya.

Ternyata betul, ada hal lain!
Toko buku tersebut didirikan sebagai upaya menepati janji pada sang putri tunggal. Meski sudah tak mungkin lagi ia mengetahui keberadaan toko tersebut, tapi setidaknya profesor sudah berupaya menepati janji. Plus, hal tersebut terkait dengan  pembunuhan anak dan istrinya 15 tahun silam! Peristiwa yang juga membuatnya harus berada di kursiroda seumur hidup.

Sang Pemburu, begitu julukan pembunuh keluarganya, ternyata juga mencintai buku. Terbukti dengan selamatnya profesor dari pembunuhan karena Sang Pemburu tak ingin menghancurkan buku kesayangannya yang tak sengaja dijadikan alat membela diri profesor.  

Profesor berencana akan menjadikan toko bukunya-Memory Bookstore sebagai alat untuk memancing Pemburu. Ia sangat yakin, di luar sana Pemburu selalu mengawasi dirinya. Profesor juga yakin, Pemburu sudah tahu bahwa toko buku itu merupakan jebakan. Seru!

Salah satu keunikan  adalah Memory Bookstore hanya bisa dikunjungi dengan perjanjian. Mereka yang ingin berkunjung, harus membuat janji dan datang sesuai dengan waktu kesepakatan. Diluar waktu tersebut, jangan harap bisa datang berkunjung.
Buku kuno adalah sebuah buku tua. Sebagian besar dari buku-buku itu aslinya tidak mahal atau langka. Harganya naik karena satu per satu hilang seiring waktu yang berlalu. Saya biasanya tidak suka membaca buku yang dibeli dengan harga mahal. Menurut saya, itu bukan esensi sebuah buku. Buku harus dibaca halaman demi halaman. Tidak dapat membali satu per satu halaman buku akibat harganya terlalu mahal merupakan ejekan besar bagi buku itu. Buku harus dibaca dan disayangi. Jangan sampai hanya diberi label harga, disimpan di brankas, atau dijadikan benda pameran.
Sejauh ini, sudah lumayan banyak yang datang berkunjung. Mereka yang memang menyukai buku kuno, atau sekedar orang yang ingin tahu tentang  Memory Bookstore.  Tak butuh lama bagi profesor untuk menyusun daftar nama orang yang diduga adalah Pemburu. Ide profesor memancing pembunuh keluarganya 15 tahun lalu sepertinya akan berhasil!

Ketika sampai pada bagian yang mengisahkan profesor menyebutkan tentang 4 tamu yang ia duga adalah Sang Pemburu, saya secara acak menebak salah satu nama. Dan ternyata benar! Alasan saya menuduh Mr X-kita sebut saja begitu supaya tidak spoiler ^_^, karena tingkah lakunya  agak mencurigakan.

Ia memang datang sebagai salah satu pengunjung, tapi digambarkan tidak fokus, agak gelisah, mata menatap sekeliling, dan tingkah yang seakan tidak memperhatikan ucapan profesor, menjadi tanda tanya tersendiri bagi saya. 

Belum lagi, mengaku tidak menyukai buku tapi memiliki  pengetahuan lumayan tentang buku. Belakangan, profesor menyebutkan bahwa Pemburu melakukan kebiasaan lama tanpa ia sadari. Sehingga profesor bisa mengetahui jati dirinya.
 
Saya penasaran, dalam 15 tahun wajah seseorang bisa berubah. Maka profesor  mengandalkan ingatan ciri khas  dari Pemburu. Lalu kira-kira berapa usia Pemburu saat ia membunuh istri dan anak profesor? Karena dalam kisah ini profesi yang dipilihnya untuk mendekati profesor sepertinya agak aneh mengingat usia serta gambaran tentang dirinya.

Hem...,susah menjelaskan maksud saya tanpa membocorkan kisah.  Silakan baca, mungkin setelah sampai pada bagian siapa sesunguhnya Pemburu, Anda paham maksud saya. Serius, ini termasuk buku yang agak susah saya berikan komentar tanpa harus membocorkan kisah. 

Meski urusannya seakan sederhana, ternyata tak seperti itu. Biasa dikatakan keluarga profesor terbunuh karena berada di waktu dan tempat yang salah. Dan profesor, sebagai sosok yang membuat mereka berada dalam situasi seperti itu hingga terbunuh, memendam rasa bersalah sumur hidup.

Bagaimana selama 15 tahun profesor selalu mengutuk dirinya sendiri karena keputusan yang ia ambil membuat keluarga terbunuh, serta bagaimana dengan sabar profesor menyusun rencana menangkap Pemburu, menjadi bagian yang luar biasa.

Sumber: Buku Memory  Bookstore
Penulis menciptakan kedekatan emosi yang rumit antara Sang Pemburu, profesor dan buku. Seperti diuraikan di atas,  Pemburu  menghentikan upayanya  membunuh profesor karena dapat berakibat pada rusaknya buku kesayangannya. Dilain waktu, Pemburu merasa marah ketika menduga buku kesayangannya dibakar profesor.

Sementara  profesor, walau mencintai buku, tapi ia tetap merasa menemukan siapa yang membunuh anak dan istinya merupakan hal utama. Melebihi kecintaannya akan koleksi buku kuno yang ia miliki. Profesor akan membakar buku yang mana saja, tanpa pandang bulu, jika dianggap mampu membuat kesal Sang Pemburu. Hal yang berlawanan dengan kecintaannya pada buku.

Jadi menurut Anda, siapakah yang lebih mencintai buku diantara keduanya? Profesor atau Si Pemburu? Masing-masing memiliki alasan kuat tentang bagaimana mereka memperlakukan buku. Keduanya menunjukkan cara unik mencintai buku. 

Jangan tertipu dengan kisah yang sepertinya akan berakhir. Saya sempat mengomel, mempertanyakan kenapa semudah ini penjahat alias Sang Pemburu tertangkap. Ternyata saya salah!

Itu sekedar bagian dari proses melindungi diri yang dilakukan oleh Sang Pemburu yang asli. Dengan cerdik ia memperdayai banyak pihak. Banyak pihak memang, tapi bukan profesor. Lima belas tahun menunggu, membuat profesor sudah mempertimbangkan banyak hal.

Melihat kover buku ini ketika tiba, saya menduga akan membaca kisah yang suram. Tidak terlalu salah, namun jika memakai ilustrasi yang menandakan bab baru dibandingkan kover, sepertinya akan menimbulkan kesan yang lebih dramatis. Tentunya penerbit punya alasan sendiri memilih kover yang sekarang.

Apa yang dialami oleh profesor memang sangat menyakitkan. Tapi hal tersebut tidak menjadi pembenaran terhadap apa yang ia lakukan pada Sang Pemburu. Jika demikian, maka ia tak lebih baik dari Si Pemburu.

Saya berusaha mencari informasi mengenai buku yang disebutkan sebagai buku kesayangan Pemburu, namun sepertinya saya belum berhasil menemukan, Atau judul buku dan pengarangnya hanya sekedar karangan semata? Tapi seakan nyata ada judul buku dan pengarang terssebut. Satu lagi nilai tambah bagi penulis.

Setelah buku-buku dengan tema buku, seperti Libri di  Luca (Mikkel Birkegaard), The Book With No Name (anonymous),  The Man Who Loved Books Too Much (Allison Hoover Bartlett),  People of The Book (Geraldine Brooks), Fahrenheit 451 (Ray Bradbury), The Fantastic Flying Books of Mr Morris Lessmore (William Joyce), serta Trilogi Perpustakaan Kelamin (Sanghyang Mugni Pancaniti), buku ini layak berada dalam rak buku para penggila buku.

Semoga buku dengan tema sejenis makin sering bermunculan dan menyajikan aneka kisah yang menarik.

Sumber gambar:
Buku Memory  Bookstore





Sabtu, 23 April 2022

2022 #10: Kisah Persahabatan Garda dan Si Pintu

Judul: Dua Muka Daun Pintu
Penulis: Triskaidekaman
Editor: Teguh Afandi
ISBN: 9786020656397
Halaman: 191
Cetakan: Pertama-September 2021
Harga: Rp 82.000
Rating: 3.75/5

Manusia memang gemar membanting pintu kalau marah, tetapi jangan dikira pintu tak bisa membalas. Mau sepintar pun manusia membongkar rahasia, selalu ada pintu yang lebih pintar menutupinya

Dua Muka Daun Pintu, hal 132-

Apapun yang ada di sekitar kita, merupakan sumber inspirasi yang bisa diolah menjadi sebuah kisah yang menarik. Mulai dari cara belajar matematika yang tak hanya urusan tambah, kurang, kali,  serta bagi, tapi menjadi sesuatu yang bermakna lebih dalam kehidupan ini, hingga urusan pintu yang menjadi sahabat baik.

Demikianlah kesan yang diperoleh jika kita menikmati karya  Triskaidekaman. Sesuatu yang sepertinya biasa-biasa saja, bisa berubah menjadi hal yang tak biasa. Soal huruf 'e' misalnya. Butuh tenaga ekstra untuk membuat sebuah kisah tanpa menggunakan salah satu vokal. Tak mudah memang, karena penulis harus mencari padanan kata yang tidak menggunakan huruf 'e' namun tetap sesuai dengan apa yang ingin dikomunikasikan. 

Demikian juga dengan kisah kali ini.  Tokoh dalam kisah ini-aku, adalah sebuah pintu yang ditempatkan di sebuah kandang, tempat untuk "menjaga" orang yang dianggap berbahaya. Ia berteman dengan sosok yang berada di  dalam. Garda, begitu ia dipanggil.

Bagi pintu si tokoh kisah, Garda bukanlah sosok manusia yang  perlu ditakuti. Ia bersikap baik, sering mengajak bercakap-cakap, membacakan potongan koran yang terima diantara kiriman. Garda juga meletakkan koran di  lubang intip yang ada pada  tokoh kita hingga ia belajar membaca aksara.

Semula kisahnya menggambarkan kedekatan Garda dengan  Pintu Penjara Fasiltas Khusus-begitu panggilan resmi tokoh kita dalam dunia pintu. Makin ke belakang, kisahnya berkembang menjadi sesuatu yang lebih luas lagi.

Suatu ketika, mereka berdua menemukan iklan menarik tentang pintu. 

"Dicari: pintu penjara. Forum Pintu Sedunia siap merangkul. Hubungi nomor sekian-sekian."

Baru kali pertama Pintu Penjara mengetahui tentang Forum Pintu Sedunia. Ia tertarik untuk bisa bergabung, tapi bagaimana cara pintu bisa menelpon? Sepertinya hanya angan-angan yang harus dilupakan.

Namanya juga Triskaidekaman. Dengan piawai ia membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin, tanpa pembaca merasa hal itu terlalu dipaksakan alias mengada-ngada. Singkat kata, Si Pintu bisa menghadiri  Forum Pintu Sedunia.

Di sana ia bertemu dengan aneka pintu (jelaslah! Namanya juga  Forum Pintu Sedunia ^_^). Mulai dari pintu museum, pintu pengakuan dosa, pintu apartemen, dan lainnya. Selain bertemu dan belajar bergaul dengan sesama pintu, ia juga mendapat pembelajaran dari seminar yang ia ikuti.

Meski tampak bahagia, Si Pintu merasa janggal dengan seminar yang ia ikuti. Jika memang tujuan seminar adalah untuk menjadikan pintu tebal yang aman, lalu mengapa panitia  tidak mengkhususkan peserta hanya pintu penjara saja? Justru yang menghadiri seminar nyaris semua bukan pintu penjara.

Pada halaman 65, terlihat sekali penulis menguraikan pendapatnya mengenai fungsi pintu. "Ada tiga fungsi pintu.  Melindungi, merahasiakan, dan membawa perubahan.  Sebagian pintu hanya punya satu fungsi yaitu melindungi. Ada pintu yang bisa dua, karena menyimpan rahasia juga.  Yang sedikit adalah pintu yang melindungi bisa menyimpan rahasia, dan bisa mengubah  keadaan juga."

Mari lupakan Pintu Penjara sejenak, kita  serap informasi  asal mula Garda  bisa berada dalam tahanan. Semula saya mengira Garda terlibat urusan seperti makar dan sejenisnya, jika merujuk pada  buku terakhir karya penulis.

Sungguh memilukan ternyata.  Kita tak pernah tahu dalamnya hati seseorang. Garda begitu tergores hatinya. Sakit hati yang ia alami berbuntut panjang. Hanya permintaan maaf yang ia butuhkan untuk membuat segala hal menjadi baik-baik saja. Tapi maaf tak jua terucap, sang pembuat luka bersikap tak acuh.

Kemunculan dua manusia lain dalam kisah ini seakan menjadi bumbu perumit situasi. Kenapa ada dua sosok manusia pintar yang mau bekerja seadanya di penjara? Keberadaannya menjadi tanda tanya besar bagi rasa ingin tahu,  sebenarnya mau apa mereka berdua di sana? Apakah ada hubungannya dengan Garda?

Bicara soal hati,  penulis juga menjadikannya sebagai salah satu perbedaan pintu dengan manusia.  Pintu sebagai benda mati hanya boleh menyerap sejarah dan cerita, tapi tidak boleh memendam perasaan. Apalagi memiliki rasa kasihan, karena kasihan adalah asal mula ketumpulan otak dan kekacauan di dunia.

Hem..., benar juga! Seandainya seluruh pintu mengandalkan rasa kasihan, maka tak terhitung berapa banyak pintu di penjara yang menolak menutup dengan alasan kasihan pada pelaku kejahatan yang ada di dalamnya.

Siapa yang mengira, pada akhirnya  persahabatan dan cintalah yang menjadi bahan dasar kisah kehidupan Garda. Persahabat erat dengan mengesampingkan segala perbedaan, namun hancur karena ego takut dihukum. Piawai dalam Pramuka, namun berujung pada pemecatan gara-gara cinta. 

Persahabatan bisa terjalin tidak hanya sesama manusia, bahkan dengan pintu seperti kisah ini. Persahabatan Garda dengan sesama manusia ternyata berujung dengan sakit hati dan pengkhianatan. Sementara persahabatannya dengan pintu, justru membantunya berjalan keluar dari penjara. Unik.

Bagian yang mengisahkan tentang pintu dari Perancis, bikin meringis. Panggilannya juga disesuaikan dengan tempat ia berasal.  Kalimat berikut, "Di sebelahnya, terlihat seseorang bermantel panjang menghilang di balik pintu hitam mulus bernomor 211B." Tahu kan rumah siapa itu 221 B? 

Apakah pintu rumah 221B juga serupa dengan pemiliknya? Setiap hari mendengarkan gumanan tokoh bermantel panjang bukan tak mungkin membuatnya juga memiliki permikiran yang sama. Jadi pingin usul supaya dibuatkan kisah detektif dengan pintu rumah 221B sebagai tokoh utama.

Dibandingkan dengan buku-buku terdahulu, buku ini cenderung ringan. Mudah dipahami, meski masih mengundang beberapa pertanyaan. Tapi begitulah cara seorang Triskaidekaman berkisah. Pembaca tidak hanya menikmati kisah, namun bisa mengembangkan kisah dalam imajinasi masing-masing.

Akhir kisah, ditutup dengan dramatis, menurut saya lho. Si Pintu baru menyadari jati dirinya. Ternyata ia bukan pintu penjara! Sebuah pukulan telak bagi kepercayaan dirinya. Sementara Garda, mendapatkan yang ia inginkan. Lebih tepatnya sedikit lagi bisa meraih impiannya, sayang nasib tak berpihak kepadanya.

Seperti disebutkan di atas,  manusia sering membanting pintu sebagai cara mengungkapkan amarahnya, namun menurut sejarah tradisi tersebut baru muncul ketika manusia mulai mengenal penggunaan batu dan perunggu. Awal peradaban, pintu masih terbuat dari kain atau kulit hewan, entah bagaimana efeknya jika dibanting saat marah ^_^.

Saat ini, beberapa pintu yang dianggap tertua  didunia adalah Pintu Antik India yang Terukir, Pintu Ka Mesir, Pintu Pantheon,  Pintu Sensor Kaki China, serta Pintu Itakarado. Kira-kira, mana ya yang merupakan leluhur dari tokoh kita?

Jika tertarik mendapatkan pengetahun tentang pintu, silakan mengunjungi laman berikut,  atau ini.  Adapun artikel perihal Dewa Pintu-dewa yang bertugas untuk menjaga keselamatan, keharmonisan keluarga serta menghalau makhlus halus yang jahat dari rumah yang dijaganya bisa dibaca di sini.

Ah, saya mengharapkan ada  karya duet penulis dan editor kesayangan  muncul dalam waktu dekat. Meski belum lama meramaikan kancah literasi, karyanya telah mendapat pengakuan tingkat  nasional.

 Informasi lengkap menegnai penulis bisa dilihat di http://triskaidekaman13.wordpress.com






Jumat, 15 April 2022

2022 #9: Kisah Petualangan Robinson

Judul asli: Kisah Robinson Si Babi Kecil
Penulis:  Beatrix Potter
Penerjemah: Titik Andarwati
Editor: Yudhi Herwibowo
ISBN: 9786237245896
Halaman: 84
Cetakan: Pertama-Februari 2022
Penerbit: bukuKatta
Harga 50.000
Rating: 4/5
Laman: http://bukukatta.blogspot.com/2022/02/kisah-robinson-si-babi-kecil-beatrix.html

Bacaan saya ketika anak-anak ternyata kurang beragam! Meski aneka kisah fabel menemani masa kecil saya, layaknya anak-anak yang lain, tapi saya tak ingat kisah ini. Selain kisah lokal seperti Kancil, saya juga tahu tentang kisah Peter Rabbit,  memori saya mengingatnya sebagai kisah tentang kelinci. Namun saya tak ingat tentang tokoh Robinson Si Babi Kecil. 

Jangan-jangan malah saya belum pernah membacanya. Walau tak ingat 100%, tapi umumnya saya memiliki kenangan akan buku yang pernah saya. Rugi rasanya terlewat kisah dari penulis hebat!

Dalam buku setebal  84 halaman, pembaca akan diajak mengikuti petualangan  babi kecil bernama Robinson   yang  tinggal   bersama kedua bibinya di sebuah kota kecil,  di muara sungai Pigsty, Stymouth. 

Kedua bibi Robinson-Bibi Porcas dan Bibi Dorcas, sangatlah gemuk sehingga menyulitkan bagi keduanya untuk melalui tumpuan-tumpuan kaki untuk melintasi pagar yang sangat sempit. 

Biasanya untuk ke pasar mereka memakai jasa tukang angkut. Sialnya saat ini si tukang angkut sedang mengalami masalah dengan kereta keledainya sehingga tidak bisa membantu terkait urusan angkutan. Mustahil juga kedua bibi untuk berjalan ke pasar.

Tak ada jalan lain!  Keduanya bergegas memandikan Robinson dengan sisa sabun terakhir sehingga ia menjadi secerah pin baru. Kemudian mengutusnya untuk menjual hasil bumi ke pasar, lalu  membeli barang-barang yang mereka butuhkan. Tas biru, sabun, ragi, benang wol. benih kubis, dan teh.

Robinson menikmati perjalannya menuju pasar. Selama menjual barang dagangannya dan membeli semua pesanan kedua bibi, banyak hal yang terjadi. Tapi tak ada satu pun yang mengurangi semangatnya hari itu.

Tanpa sengaja, Robinson berkenalan dengan seorang pelaut di dekat penginapan bernama Crown and Anchor. Dengan mulut manisnya, si pelaut berhasil membujuk Robinson untuk datang ke kapalnya-Pound of Candles di dermaga.

Robinson  yang selalu sungkan untuk menolak, segera terbuai bujuk rayu, sehingga mengikutinya hingga ke kapal. Di sana ia begitu dimanjakan dengan kue muffin serta roti manis. Ia makan begitu banyak hingga kekenyangan lalu tertidur,  tak sadar kapal sudah bertolak meninggalkan pelabuhan.

Semua Robinson meratapi nasibnya terbawa berlayar. Namun hanya sebentar ia merasa sedih. Di sana, ia boleh makan semaunya. Para pelaut memberi banyak cemilan, mualim menjadikannya binatang peliharaan. Semua bersikap baik padanya.

Sebenarnya tidak semua. Kucing di kapal sering bersikap aneh dan selalu melarangkan makan terlalu banyak. Juga menyebutkan tanggal misterius. Robinson benar-benar merasa heran pada si kucing. Siapa yang mengira, kelak justru si kucing yang menyelamatkan nyawanya.

Kisah ini diakhir dengan epik! Membuat saya teringat  kisah Robinson Crusoe.  Nama tokohnya juga sama ^_^. Pada akhirnya, Robinson hidup dengan bahagia di suatu tempat. Dan bertambah gemuk! 

Bagaimana tidak, di pulau itu banyak pohon sukun yang berbuah kue es dan kue muffin siap dipanggang. Belum lagi  aneka permen yang tumbuh di pohon. Urusan makanan  bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan oleh Robinson.

Pesan moral yang terkandung dalam buku ini, agar selalu berhati-hati dalam bertindak.  Jangan  begitu saja percaya pada orang tak dikenal, bersikap tegas merupakan hal yang wajar. Tak perlu merasa sungkan untuk berkata tidak, pada orang tak dikenal. Selain itu, memberi bantuan bagi seseorang yang sepertinya berada dalam bahaya sangat disarankan.

Apa yang terlihat, belum tentu yang sebenarnya. Robinson yang semula merasa terganggu dengan sikap kucing di kapal, menjadi berterima kasih karena telah diberikan peringatan jauh hari, walau tidak ia sadari. Ia juga bersyukur diberikan pertolongan.

Sebuah buku yang menarik! Sangat layak koleksi. Terjemahannya mudah dipahami dengan pilihan kata yang singkat, padat, namun tepat sasaran. Bisa dibacakan sebagai pengantar tidur, atau dibaca sendiri oleh anak-anak yang sudah bisa membaca. Tentunya bimbingan orang tua tetap dibutuhkan.

Selain cerita, ilustrasi juga menjadi daya tarik kuat dari buku ini. Apalagi, beberapa halaman dicetak dengan warna. Andai  lebih banyak halaman berwana tentu makin menawan lagi. Kembali, urusan beban cetak yang akan berpengaruh pada biaya jual.

Cetakan pertama  buku ini diterbitkan pada bulan September 1930 di Inggris oleh Frederick Warne & Co, sementara di Amerika oleh David McKay Publications.

Pada tahun 1990 Dreamscape Company merilis buah adaptasi film televisi Inggris tahun 1990 disutradarai oleh Alan Bridges dan dibintangi oleh Timothy Spall sebagai Robinson Si Babi Kecil.

Semoga ada yang berbaik hati membeli buku ini dalam jumlah banyak dan membagikan pada taman bacaan serta perpustakaan Sekolah Dasar, sehingga lebih banyak yang bisa menikmati kisah klasik ini.

Mungkin bisa dimulai dari Anda?

Sabtu, 09 April 2022

2022 #8: Pertarungan Pamer Kebahagiaan

Judul asli: Happpines Battle
Penulis: Joo Youngha
Alih bahasa: lingliana
Editor: Juliana Tan
ISBN: 9786020658001
Halaman: 296
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Harga: Rp 95.000
Rating: 3.5/5

      "Omong-omong, kau tahu apa yang harus dilakukan untuk memenangi perak kebahagiaan"
      Mi-ho menggeleng menjawab pertanyaan tadi.
      "-"
      "Kita hanya perlu menghancurkan kebahagiaan orang lain"

- Happpines Battle, oleh Joo Youngha-

Kebahagiaan.
Tidak ada orang yang tak ingin bahagia. Semua ingin merasakan kebahagian, jika bisa sepanjang hayat. Tidak ada standar baku untuk kebahagiaan. Seorang ibu bahagia mendengarkan celoteh sang anak. Sementara ibu yang lain, standar bahagia adalah jika anaknya lulus menjadi sarjana.

Pada zaman  media sosial nyaris menguasai kehidupan  kita, kebahagian menjadi hal yang acap kali dipamerkan. Dengan berbagai cara penyampaian, ajang pamer meramaikan media sosial sebagai panggung utama. Demikian juga kehidupan tokoh dalam kisah ini. Komentar positif pada postingan mereka menjadi standar kebahagian.

Tiga remaja putri, Jang Mi-ho, Oh Yoo-jin serta Se-Kyeong bersekolah di SMA yang sama.  Ketiganya  menjalani hari-hari seperti umumnya para siswa SMA.  Mi-ho berambut pendek dengan tubuh tinggi, kekar, bersifat datar, serta acuh  tak acuh.  Yoo-jin  populer karena kecantikannya, selalu bersikap anggun, tenang, serta terkendali. Sementara Se-kyeong bersifat spontan dan blak-blakan dengan penampilan mencolok.

Semula ketiga hanya sekedar kenal. Suatu kejadian  tak terduga membuat ketiganya mengetahui rahasia kelam masing-masing. Sejak itu, ketiganya menjadi sahabat karib. Makin banyak rahasia, dan juga kebahagian yang mereka bagikan bersama. Seakan tak ada rahasia diantara mereka. 

Mereka bersama hingga lulus SMA. Waktu membuat mereka menjauh tanpa sadar. Hingga 17 tahun kemudian Mi-ho tak sengaja membaca nama Yoo-jin  sebagai pengirim  foto yang menampakkan keluarga bahagia dalam lomba yang digelar oleh perusahaannya.  Yoo-jin berpotensi sebagai pemenang.

Meski berkali-kali dihubungi melalui telepon genggam dan email, Yoo-jin tidak memberikan respon sama sekali. Belakangan, pada 4 Oktober, sekitar pukul 21.20, polisi menerima laporan perihal insiden di apartemen 702, Gedung 102, Apartemen High Prestige, Banpo-dong.

Yoo-jin ditemukan tewas bergelantung di pagar balkon, sementara suaminya ditemukan dengan pisau menancap di punggung. Para penghuni Apartemen High Prestige, Banpo-dong yang dikenal sebagai tempat tinggal  bergengsi langsung geger! Berbagai spekulasi mengenai peristiwa tersebut bermunculan.

https://www.goodreads.com/book/
show/60748880

Mi-ho mendadak teringat akan ucapan Yoo-jin belasan tahun lalu. "Kalau aku mati, berarti aku bunuh diri, Mi-ho, kau harus membalaskan dendamku." Ia merasa perlu mencari tahu bagaimana Yoo-jin bisa tewas. Apakah memang bunuh diri atau dibunuh? Di apartemennya ditemukan banyak darah berceceran. Yoo-jin sendiri disebutkan meninggal karena kehabisan darah.

Penyelidikan yang dilakukan oleh Mi-ho tidaklah mudah. Ia bahkan sempat dianggap sebagai  orang aneh yang mengganggu ketentraman lingkungan karena terlihat berkeliaran dan mengajukan berbagai pertanyaan yang aneh. Fotonya terpampang sebagai orang yang harus diwaspadai.

Belakangan, Mi-ho menemukan fakta bahwa Yoo-jin  terlibat dalam Mom cafe premiun. Sebuah komunitas daring eksklusif dengan syarat pendaftaran yang sangat ketat dan brutal. Misalnya harus tinggal di apartemen tertentu, bukti domisili, surat keterangan kerja suami, bukti pembayaran pajak properti, serta tentunya rekomendasi dari anggota lain.

Bersama dengan dua ibu yang anaknya pergi ke TK Internasional Heritage, Yoo-jin juga tercatat sebagai anggota. Yoo-jin mengusung konsep sebagai sosok ibu super yang pandai memasak, mengasuh anak, serta sempurna dalam segala hal. 

Sosok yang lain, Jeong-ah merupakan ibu yang acuh tak acuh namun tetap mendapatkan limpahan cinta serta kasih sayang dari  suami dan anak-anaknya, kadang hal ini malah membuat kesal hatinya. Sementara ibu yang lain, Na-yeong, merupakan wanita tak bisa melakukan apa-apa dengan benar namun tetap  dicintai suami dan anak-anaknya,

Penyelidikan Mi-ho menunjukkan hal yang mencengangkan. Para anggota Mom cafe premiun acap kali pamer kebahagian mereka dengan berbagai hastag. Ada anggota lain yang memberikan pujian, namun tak sedikit yang memberikan berbagai komentar untuk menghancurkan kebagian yang sedang dirasakan oleh anggota yang lain

Jadi, ini pembunuhan atau bunuh diri?
Kisah ini  terbagi dalam tiga bagian utama, ditambah dengan Prolog dan Epilog. Dimulai dengan  Tatapan Orang-orang; Yang Dicari Semua Orang; dan diakhiri dengan Melangkah ke dalam Kegelapan.

Beberapa bagian sempat mengusik naluri penasaran saya.Misalnya bagaimana Mi-ho digambarkan bisa dengan mudah memukul pingsan seorang pria lalu memasukkan ke kursi belakang mobilnya serta mengikat  kedua tangan di punggung dengan jaket.

Meski digambarkan memiliki tubuh kekar, seperti sulit juga membawa sosok pria tersebut ke kursi belakang mobil. Apalagi berat badan orang yang pingsan alias tak bergerak biasanya menjadi lebih berat dibandingkan orang yang sadar.

Kemudian, ada bagian yang mengisahkan kebingunga Mi-ho karena wajah seseorang yang diakui sebagai  sahabat saat SMA oleh  Yoo-jin, sama sekali tak dikenalnya. Apalah diam-diam Yoo-jin memiliki sahabat lain? Aneh rasanya jika perteman mereka yang digambarkan begitu dekat masih menyimpan rahasia.
"Manusia adalah makhluk yang lebih dekat dengan kesedihan daripada kebahagiaan"
Benarkah begitu? Menilik para anggota yang sibuk memamerkan kebahagian demi mendapat pengakuan keluarga bahagia dari sesama, sepertinya kalimat tersebut perlu dtelaah lebih lanjut. Pamer kebahagian sudah begitu luar biasanya, sehingga nyaris tak bisa dibedakan mana yang benar-benar kebahagian atau rekayasa agar bisa dianggap bahagia.

Biasanya saya mendapat kesulitan menikmati kisah terjemahan bahasa Jepang, China, dan Korea. Maafkan, daya ingat saya yang rendah untuk menghafalkan nama tokoh dengan tiga kata ^_^. Namun kali ini, kendala tersebut bisa saya atasi.

Akhir kisah yang luar biasa!  
Salah seorang sahabat buku merekomendasikan buku ini. Menurutnya, hal utama yang membuat buku ini layak dibaca adalah pada cara penulis membuat akhir yang tak terduga. Dan saya setuju sekali!

Pembaca harus sangat jeli untuk bisa menangkap sesuatu yang tersembunyi. Rasanya sulit, sudah terlena dengan kisah yang disajikan, hingga bisa melewatkan twist  yang diolah dengan apik oleh penulis.

Selain itu, kondisi yang mengisahkan bagaimana   media sosial begitu  begitu berpengaruh dalam kehidupan para tokoh, begitu mirip dengan kehidupan nyata saat ini. Masih banyak orang yang merasa hidupnya akan baik-baik saja jika mendapat pujian dari banyak orang terhadap kehidupan,  tindakan atau pemikirannya yang dibagikan melalui sosial media. Ia begitu meendapakan pujian dan persetujuan pada segala hal yang ia lakukan.

 Jika ada haters  yang memberikan komentar dalam postingannya, seakan  hidupnya tak bermakna lagi.   Menyedihkan sekali! Kebahagian  baru dirasakan dan ditentukan oleh banyaknya komen positif.

Bagaimana seseorang wajib  mempergunakan media sosial dengan bijak, menjadi penekanan dalam kisah ini. Kita tak bisa membuat semua orang senang dan menyukai diri kita. Akan ada saja yang tidak suka dengan diri kita. Biarkan saja, fokus pada mereka yang menerima kita apa adanya.

Urusan pamer bahagia ternyata juga bersinggungan  trauma masa kecil beberapa orang dalam buku ini.  Sungguh mengkhawatirkan. Anak-anak harusnya mendapat perlindungan dari orang sekitar, bukan mengalami hal buruk yang berdampak masa kehidupan mereka kelak.

Pelampisan rasa kesal Mi-ho pada ibunya,  yang diuraikan pada akhir kisah ini sangat tidak dibenarkan. Rasa kesal dan amarahnya bisa dipahami. Tapi bersikap seperti itu pada orang tua, tentunya sangat tidak bisa diterima.

Persahabatan, merupakan bagian yang tak boleh dilupakan dalam kisah ini. Kehidupan bersama sahabat bagaimana juga selalu penuh dengan kisah. Kadang bahagia bersama, ada kesedihan bersama, kesal dan marah pada sesama. Tapi seorang sahabat akan selalu ada untuk yang lain.

Apakah Mi-ho juga demikian?
Hem...... silakan baca sendiri buku ini ^_^

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com