Senin, 30 Maret 2015

2015 # 42: Kisah Persahabatan yang Unik


Judul asli: The Golem and The Jinni
Penulis: Helene Wecker
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman
Penyunting: Primadonna Angela
ISBN: 9786020314259
Halaman: 664
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 110.000

"Kau ini apa?" dia bertanya.
Wanita itu diam saja, sepertinya tidak mengerti. Sang Jin mencoba lagi: "Kau bukan manusia. Kau terbuat dari tanah."
Akhirnya wanita itu berbicara, "Dan kau terbuat dari api," ucapnya.

Jangan mengira kisah ini adalah tentang Jinni, sosok cantik yang ada dalam botol, atau dalam versi sinetron kita berada dalam kerang.  Setidaknya saya sempat mengira akan menemukan sosok perempuan cantik dengan pakaian timur tengah yang meliuk keluar dari semacam botol jika digosok.  Harap maklum, perkenalan pertama saya dengan sosok Jinni adalah melalui film saat kecil,dan begitulah gambaran yang saya tahu saat itu. 

Kesan tentang Jinni tersebut melintas begitu saja dalam kepala saya saat membaca judul buku ini. Begitu membaca sinopsis yang ada di bagian belakang, barulah saya tahu urusan Jinni dalam buku ini berbeda dengan jinni yang ada dalam gambaran saya, Jinni dalam buku ini merupakan pria.

Jin pria itu lahir di Gurun Suriah pada abad ketujuh. Ia dijebak secara licik oleh seorang penyihir Bedui yang memasang borgol besi ke pergelangan tangannya. Rasa dingin menyakitkan serta kengeriaan yang sangat kuat, reaksi alami pada besi membuat Ahmad tidak bisa berbuat apa-apa ketika ia dikurung
dalam guci tembaga hingga berabad-abad lamanya. 

Tak ada yang menyadari apa yang ada dalam guci tersebut hingga suatu saat Arbeely, seorang pandai besi di Lower Manhattan, membetulkan guci milik tetangganya dan tanpa sengaja menyentuh lalu menggosok motif gelung yang ada di guci. Jin itu bebas bebas! Tidak bebas sepenuhnya karena borgol besi masih masih mengikatnya ke dunia fisik. 

Borgol tersebut berbentuk unik. Logamnya yang lebar menempel ketat di kulit sang jin, seakan dibuat sesuai dengan ukuran tangannya. Logamnya dibentuk separuh lingkaran, yang disatukan dengan dua engsel. satu engsel tebal dan solid, sementara satu lagi jauh lebih tipis, dan dikunci dengan semacam peniti kecil berhias. Kepala penitinya datar dan bundar, mirip koin. Ia harus menemukan cara untuk membuka borgol besi itu, baru ia bisa bebas seutuhnya.

Selanjutnya setiap orang memanggilnya dengan nama Ahmad. Ahmad merupakan nama pemberian Arbeely, sekedar agar mudah diingat dan diucapkan semata. Dengan nama itu, semoga tidak ada warha yang curiga akan asal-usulnya.

Otto Rotfeld ingin memiliki istri. Celakanya tidak ada wanita yang bersedia menikah dengannya.  Standar yang ditetapkan untuk sosok calon istrinya juga tidak masuk akal jika melihat kondisinya. Maka memiliki Golem sepertinya merupakan jalan keluar yang masuk akal. Karena Golem akan mengikuti apapun kemauan pemiliknya. Untung itu ia rela menghabiskan nyaris seluruh harta miliknya.

Chava merupakan  Golem yang dibuat sesuai dengan keinginan majikannya,Otto Rotfeld.  Selama perjalanan ke Amerika ia diletakkan di peti. Takut Golem miliknya tidak bisa berfungsi maksimal, maka Otto membangunkannya. Padahal semula ia baru akan membangunkannya setelah tiba ditujuan. Sepertinya itu keputusan yang tepat.

Selain fisik yang lumayan, sifat patuh pastinya, rasa ingin tahu, serta  kecerdasan merupakan hal yang diharapkan ada pada Golem miliknya. Sang suami yang memesan pembuatan dirinya, tewas dalam perjalanan laut dari Poland. Padahal dirinya baru dihidupkan dalam hitungan menit. Nama Chava diperoleh dari seorang  Rabi, Rabi Avram Meyer yang mengetahui dirinya adalah Golem. Saat itu tahun 1899 dan Chava baru berada di New York selama dua hari.

Versi Asli
Chava membawa misteri sendiri, terutama sekali karena selain ia bisa dibangunkan, ia juga bisa dimatikan dengan cara dihancurkan. Sejak Otto Rotfeld meninggal, ketika hubungan itu meninggalkannya, ia tidak memiliki tujuan yang jelas. Sejak itu ia terikat pada semua orang meski hanya sedikit. Ia harus melawannya karena ia tidak bisa memenuhi harapan setiap orang. 

Baik Ahmad dan Cheva sama-sama menjalani kehidupan yang berat. Tidak saja mereka harus berbaur dengan masyarat serta berupaya bersikap normal, sesuai ukuran manusia tentunya agar tidak ada yang curiga. Mereka juga harus menghadapi perbedaan yang ada diantara keduanya. Persahabat mereka sungguh unik.

Meski bersahabat, sering kali mereka berdebat untuk hal yang tak penting. Perdebatan itu terjadi dengan begitu saja. Semuanya bisa dikendalikan hingga suatu saat memuncak dan membuat keduanya memutuskan untuk saling menjauh demi kebaikan bersama. 

Sekali golem mengembangkan sikap destruktif hampir tak ada yang bisa menghentikannya selain kata-kata untuk menghancurkannya.Dan hal itulah yang dilakukan oleh Chava. Tanpa sengaja karena ingin melindungi sahabatnya, ia menyakiti seseorang. Jin yang berniat membuat situasi terkendali dan menyelamatkan Chava justru melukai perasaannya tanpa sengaja.

Menyedihkan sekali, dua sosok  yang dianggap asing tentunya akan saling menguatkan dan menjadi sandaran saat yang lain sedang membutuhkan bantuan. Dengan memutuskan untuk tidak saling bertemu, artinya mereka tidak lagi bisa berbagi pengalaman hidup di antara manusia, kekawatiran serta kebahagian.

Ternyata mereka harus bersama lagi, bekerja sama untuk menghancurkan musuh bebuyutan keduanya. Alam bekerja dengan caranya yang unik. Masa lalu pencipta Chava ternyata terkait erat dengan kehidupan Ahmad. Dan untuk menghancurkan kekuatan jahat maha dasyat tersebut dibutuhkan kerja sama keduanya serta pengorbanan dari pihak-pihak yang tak terduga selama ini.

Pada awalnya saya agak merasa lelah membaca buku ini. Banyak detail yang disajikan penulis. Seakan-akan pembaca harus decekoki sebanyak mungkin gambaran mengenai tokoh utama dalam kisah ini golem dan jin. Agak kebelakang mulai bermunculan sosok lain yang saya duga nantinya akan menjadi tokoh pembantu dalam kisah ini. Alur yang lambat dan berat bagi saya mulai berubah menjadi berirama cepat dan menarik ketika melewati nyaris sepertiga buku. 

Bagian favorit saya adalah ketika Golem bertemu dengan jin untuk pertama kali. Jin terkejut melihat   sosok terbuat dari tanah berjalan dengan santainya, sementara Golem kaget melihat bendaran cahaya dari wajah  Jin. 
Penulis terlihat sangat konsisten dalam menyusun cerita. Misalnya ketika menyebutkan Golem memiliki rasa ingin tahu, maka penulis juga memberikan bukti yang menunjukan bahwa Golem ciptaannya memiliki rasa ingin tahu. Bukti Golem memiliki rasa ingin tahu bisa dibaca pada halaman 182. Sesungguhnya adegan yang mengharukan sekaligus menyedihkan  bagi saya. 

Diceritakan bagaimana Cheva penasaran akan rasa roti. Ia menguyah hingga lumat lalu mendorongnya ke belakang mulut berusaha menelan. Mengharukan sekali bagaimana Cheva berusaha menelan dan duduk diam menunggu ada sesuatu peristiwa yang terjadi.
Sang Penulis

Nah, bagian yang membuat saya tertawa adalah ketika membayangkan wajah sang Rabi mendapat laporan Cheva soal penemuannya setelah berjam-jam duduk dengan gugup di meja semalam. 

"Tapi yang membuatnya agak kecewa, malam itu berlalu tanpa kehadian apa pun. Namun, esok siangnya, dia merasakan nyeri aneh di perut bawahnya. Karena enggan pergi-lorong rumah susun itu dipenuhi tetangga, dan sang Rabi sedang ke luar rumah-dia mengambil mangkuk besar dari dapur, mengangkat rok dan menurunkan celana dalam, lalu membuang ke dalam mangkuk sedikit roti yang telah hancir, namun sepertinya tidak terlalu berubah dalam perjalanannya. Ketika sang Golem dengan penuh semangat menceritakan apa yang terjadi kepada sang Rabi, lelaki itu  merona merah dan mengucapkan selamat atas penemuannya, lalu memintanya tidak berbuat itu lagi." 

Ahmad digambarkan suka bercerita mengenai masa lalu serta kehidupan Jin. Ia mengisahkan tentang permadani tenun yang sangat indah dan empat jin tercepat akan mengangkat permadani itu dan membawanya terbang bersama mereka.  

Unsur religius juga bisa kita temui dalam buku ini. Simak saja kalimat, "Hari-Hari Raya Besar akan tiba sebentar lagi. Sinagoge-sinagoge hanya separuh terisi karena banyak yang memilih berdoa di rumah." Sayangnya penulis tidak memberikan keterangan tentang apa yang dimaksud Sinagoge, atau saya saja yang tidak tahu atau kurang teliti membacanya ya.

Pesan moral yang disampaikan oleh penulis sangatlah patut untuk direnungi. Segala perbuatan ada konsekuensinya, siapkah kita menanggung konsekuensi dari perbuatan kita. Kadang kita harus berhati-hari dengan apa yang kita inginkan, karena apa yang kita inginkan belum tentu yang cocok dan terbaik untuk kita.

Galilah kemampuan diri, kembangkan minat dan bakat kita sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Ahmad memanfaatkan panas tubuhnya untuk bekerja dan membuat kerajinan dengan indah. Cheva dengan perhitungan dan konsistenitas kegiatan bekerja di toko kue.

Beberapa bagian mengisyaratkan secara samar mengenai hubungan badan. Hal ini membuat saya merasa buku ini kurang cocok bagi abg yang masih terbawa emosi dan belum bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, meski ada pihak-pihak yang melalukan. Misalnya kalimat, "Kali ini xxx mengizinkannya membawanya ke tempat tidur." 
Tukang Alih Bahasa

Terdapat  hal-hal juga masih menjadi tanda tanya saya, tapi apakah memang ini dibiarkan begitu saja agar bisa dikupas dalam buku kedua, atau memang sengaja dibuat berkesan misterius oleh sang penulis.  Seandainya ada ilustrasi, tentunya buku ini akan menjadi makin menarik. 

Hal yang tak kalah menarik dari buku ini adalah  kover yang dibuat menawan dengan cutting membentuk wajah dari sisi samping. Warna kover luar hitam terlihat serasa dengan gambar biru yang ada. Kesan misterius yang ditonjolkan cocok dengan judul kisah ini. Hanya bagi saya yang suka membawa buku kemana-mana cutingan begini membuat agak susak untuk memangku buku saat membaca dalam perjalanan. Ada saja bagian yang nyangkut. Untuk tidak merusak kover, ya minimal hanya meninggalkan berkas tekuk sedikit,


Saat membaca nama tukang alih bahasa, mata saya langsung melotot sambil  tertawa lepas. Ok salah atau jaminan buku ini menarik. Maklum beberapa buku yang menurut teman-teman menarik versi aslinya menjadi biasa-biasa saja saat mengalami proses alih bahasa. Biasanya, Sis Lulu mampu membuat buku yang memang menawan menjadi tetap menawan setelah diterjemahkan.

Dahulu ketika Sis Lulu masih bekerja pada penerbit di daerah Pondok Labu-Cinere, saya paling menunggu postingan kover buku terbaru yang sudah selesai diterjemahkan melalui FB. Maklum penerbit itu menerbitkan kisah-kisah fantasi yang bermutu. Sayangnya penerbit itu tutup hingga jarang bisa menikmati hasil kerja Sis Lulu. Tapi kalau jodoh pasti ketemu lagi (halah). 

Jangan lupa mampir ke http://lamfaro.com/2015/03/10/the-golem-and-the-jinni-kesempatan-setelah-tujuh-tahun, ada kisah seru tentang bagaimana proses menerjemahkan buku ini. Menarik juga ya.

Eh.... jangan lupa ke situs resmi penulisnya juga ya.  http://www.helenewecker.com/the-golem-and-the-jinni-by-helene-wecker 

Bagi saya, buku ini merupakan buku yang menarik tapi susah untuk direview. Karena semua hal menawan. Susah untuk tidak spoiler. Setelah selesai membaca buku ini, kita tidak begitu saja bisa melupakan kisah yang ada. bayang-bayang para tokoh melekat dalam benak saya. Sepertinya saya masih sibuk mengikuti langkah kaki Ahmad menelusuri jalan-jalan di malam hari, sibuk mengikuti Cheva melayani pembeli serta was-was mengawasi musuh besar mereka yang mulai mendekat. Atu......t!

Tak heran jika buku ini mendapat aneka penghargaan. Nebula Award Nominee for Best Novel 2013, World Fantasy Award Nominee for Best Novel 2014, Mythopoeic Fantasy Award for Adult Literature 2014, James Tiptree Jr. Award Nominee 2013, serta Goodreads Choice Nomine for Debut Author Best Fantasy 2013. VCU Cabell First Novel Award 2014. Untuk karya pertama saja penulis sudah membuat kisah seperti ini. Bayangkan bagaimana jika ia berkiprah lebih lama lagi. Tentunya kita akan dimanjakan dengan aneka kisah menawan.

Golem merupakan salah satu makhluk mitologi yang terbuat dari tanah liat, kayu atau batu. Golem dihidupkan oleh sipembuat, begitu hidup Golem akan bertindak sebagai penjaga dan pelindung serta takluk pada majikan yang menghidupkannya.

Beberapa kisah menyebutkan aneka cara untuk menghidupkan Golem. Salah satunya menuliskan kata "Emet" berarti kebenaran di kening Golem, Untuk memusnakannya cukup dengan menghapuskan huruf "E" . hingga menjadi "Met" yang berarti mati. Ada juga yang menyebutkan menuliskan semacan jampi lalu memasukankan dalam mulut Golem. Dalam kisah ini, pemiliknya cukup membaca jampi yang dituliskan dalam sebuah kertas.

Menakjudkan!
Spektakuler!

Sumber gambar:
http://www.goodreads.com

http://www.helenewecker.com
https://www.facebook.com


Kamis, 26 Maret 2015

2015 #41: Bayar Pajak Lebih Murah, Mau?



Penulis: Ai Nur Bayinah, S.E.I., M.M.
Penyunting: Zulfa  Simatur
Penyunting grafis: RNuruli KWM
Halaman: 174
Penerbit: Visimedia Pustaka
Harga: Rp 59.000

“Pembayaran zakat telah mendapat akomodasi dari pemerintah untuk menjadi potongan atas penghasilan kena pajak. Dengan adanya regulasi ini, masyarakat tidak perlu membayar pajak lebih besar dari sebelumnya.”
Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. - Ketua Umum BAZNAZ


Siapa yang ingin membayar pajak lebih murah?
Pasti tidak ada yang menolak jika ada kesempatan membayar pajak lebih murah. Apa lagi hal tersebut merupakan hal yang resmi, bukan akal-akalan semata.

Jika kita perhatikan pada SPT, terdapat point mengenai zakat dan sumbangan keagamaan, ternyata jika kita membayar zakat atau memberikan sumbangan keagamaan pada badan resmi yang diakui pemerintah, maka bukti penerimaan tersebut bisa diajukan sebagai dokumen guna mengurangi pajak yang kita bayarkan.

Meski sudah sering melihat, tetap saya tidak merasa perlu mencari tahu bagaimana bisa memasukan point tersebut. 
Secara pribadi saya merasa membayar zakat itu kewajiban dan merupakan urusan saya seorang, tidak perlu diinformasikan pada banyak orang bahwa saya sudah membayar zakat. Apa lagi meminta keringanan atas sesuatu yang sudah merupakan kewajiban.



Ternyata Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009 tentang Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan, sudah memuat tentang hal tersebut. 

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010, Wajib Pajak diberikan fasilitas berupa diperbolehkannya zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Jadi hal ini merugakan hal yang legal dan bisa dilakukan guna mengurangi pajak.

Buku setebal 174 halaman ini memberikan petunjuk  untuk secara tepat dan mudah   menjadikan zakat dan sumbangan wajib keagamaan sebagai pengurang penghasilan bruto, sehingga nilai beban pajak yang harus dibayar lebih murah merupakan hal yang bisa dilakukan karena sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

Tepat karena sesuai dengan UU Pajak Penghasilan dan peraturan perundang-undangan terkait. Mudah karena prosedurnya tidak akan menemui hambatan atau birokrasi yang berbelit. Pembayaran zakat dan sumbangan keagamaan wajib dapat dilakukan di lembaga-lembaga yang telah dibentuk atau disahkan oleh pemerintah. Kemudian, Wajib Pajak pun hanya perlu melampirkan bukti pembayaran zakat dan sumbangan  wajib keagamaan saat pelaporan SPT selama Tahun Pajak. Sederhana dan tak berbelit-belit kan?

Terdapat 5 bab penting yang memuat perihal pajak.  Hak pembayar Pajak, Pengertian Zakat dan Sumbangan Wajib Keagamaan Bisa Mengurangi Beban Pajak, Zakat dan Sumbangan Keagamaan Mengurangi Pembayaran Pajak, Hal-hal Penting yang Wajib diketahui. Dan yang tak kalah penting Pertanyaan seputar Zakat dan Pajak.

Guna menjadikan pembayaran zakat atau sumbangan keagamaan Wajib Pajak dapat melampirkan bukti setor pajak yang dikeluarkan oleh lembaga zakat atau keagamaan lainnya.  Misalnya BAZ atau LAZ yang membuat bukti setor zakat yang telah memenuhi persyaratan sebagai tanda terima zakat  isi bukti yang diminta dalam peraturan perpajakan. 

Direkorat Jenderal Pajak  memalui peraturan Direkorat Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2012, menyebutkan ada 21 bdan atau lembaga yang ditetapkan sebagai penerima zakat atau sumbangan keagamaan yang penerimaannya dapat dikurangkan pada penghasilan bruto. Ada satu badan amil zakat nasional, lima belas lembaga amil zakat serta tiga lembaga amil zakat, infaq dan shadaqah (LAZIS0, satu lembaga sumbangan agama Kristen Indonesia, dan satu lembaga sumbangan agama Hindu Indonesia.

Antara lain ada LAZ Dompet Dhuafa Republika, Badan Amil Zakat Nasional, Laz Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia, LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid, Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI), Badan Dharma Dana Nasional Yayasan Adikara Dharma Parisad (BDDN YADP), semuanya bisa dilihat di halaman 84-87 di buku ini.

Guna memudahkan pembaca, penulis juga memberikan banyak ilustrasi perhitungan pajak. Juga hal-hal lain yang perlu diketahui oleh seorang Wajib Pajak, seperti bagaimana cara mendaftar guna mendapatkan NPWP bagi yang belum memiliki, bagaimana cara melaporkan pajak bagi mereka yang belum setahun bekerja, dan lain sebagainya. Bahkan tersedia CD guna menghitung pajak sebagai bonus. Cara mengoperasikan istem tersebut juga cukup mudah. 

Mengenai berapa besarnya zakat yang harus dibayarkan, penulis juga memberikan ilustrasi yang memudahkan pembaca menghitung berapa besar zakat yang harus ia keluarkan. Seingat saya kita juga bisa menemukan kalkulator zakat di internet.

Oh ya ada sedikit kesalahan cetak pada halaman 84, baris kelima dari bawah. Sepertinya terdapat kelebihan huruf n.

Buku ini menjawab keraguan saya mengenai memasukan Zakat guna mengurangi pajak. Jadi bahan pertimbangan untuk menyerahkan zakat pada badan resmi yang terdapat dalam siaran pers Direktorat Jenderal Pajak. Sangat membantu.




























Rabu, 25 Maret 2015

2015 #41: Kitchen #3



Penulis : JO Joo-Hee
Penerjemah: Mayang Ratu Negara
Penata aksara: Nurul Miftahul Jannah

Desain sampul: Kim Hee-gyonh (Design Plus)

ISBN : 9786021306529
Halaman: 174
Cetakan: Pertama- Februari 2015
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 59.000 

Kenapa selalu sosok perempuan yang ada di kover? Baik kover depan atau pada halaman belakang.

Pertanyaan (kurang) penting itu mendadak muncul dalam benak saya ketika selesai membaca buku ketiga dari serial Kitchen ini. Bukan masalah gender, tapi buku ini disebut sebagai Kumpulan Kisah Inspiratif, dengan demikian tidak harus untuk perempuan khan?

Dewasa ini dapur juga bukan hanya menjadi daerah kekuasan perempuan. Banyak pria yang gemar, bahkan jago memasak. Jadi sayang saja dengan memberikan ilustrasi sosok perempuan membuat buku ini seakan-akan dikhususkan untuk pembaca perempuan semata.

Dalam buku ketiga ini kembali kita diajak merenungi kehidupan melalui  masakan lezat menggugah selera. Ada sembilan kisah dalam buku ini dimulai dari Kimchi Jjigae, Hari yang Indah, Impian Tentara Wajib Mileter, Chaichai, Ikan Sarden, Satu Titik Azalea, Raja Puasa, Hai Churros, dan ditutup dengan Wanita-wanita Musim Gugur. 

Oh ya ada tambahan bonus kisah. Pada buku kedua bonus berupa kisah mengenai masakan yang paling enak di negara lain, maka pada buku ini kebalikan dari kisah buku kedua, dengan judul Temukan Rasa yang Paling Tidak Enak.

Kisah  Temukan Rasa yang Paling Tidak Enak perlu dibaca oleh para backpacker. Gara-gara mendapat buku kupon makan di restoran cepat saji dengan ikon badut, penulis sibuk memesan aneka makanan yang ada di sana sampai lupa untuk mencicipi masakan setempat. "Ketika berjalan-jalan kita harus mencoba makanan khas tempat kita pergi," merupakan nasehat yang sangat penting untuk diperhatikan.

Urusan masakan cepat saji juga dibahas sekilas pada kisah Kimchi Jjigae, Sup Kimchi. Seorang pemuda yang belajar di Amerika begitu menderita karena dilarang memakan masakan nasionalnya, Kimchi Jjigae. Larangan ini dikarenakan  bau badan dan mulut akibat memakan bawang putih dan kimchi bisa mengganggu orang lain.  Meski berusaha keras menahan, namun pemuda tersebut kadang juga nekat memakannya. Mau bagaimana, selera tidak bisa dipaksa. 

Dikisahnya bahwa saat pemuda itu hendak berkonsultasi dengan seorang profesor ia diminta jangan mendekat karena bau badan dan mulutnya mengganggu. Ternyata profesor tersebut merupakan warga India yang masakannya banyak menggunakan rempah-rempah. Selama ini ia selalu menahan diri untuk memakan masakan nasional negaranya karena takut akan efek bau yang ditimbulkan. Padahal ia tidak menyukai masakan cepat saji di sana, begitu juga sang profesor. 

"Yang lain hidup hanya dengan menyantap masakan itu setiap hari .... Sedangkan kita kan memiliki makanan tradisional, apakah salah jika kita masih ingin menyantap makanan itu?" demikian kata sang profesor. Melihat kenekatan serta kecintaan pemuda itu akan masakan nasionalnya, sang profesor memberikan penghargaan.

Ekspresi kenikmatan sang pemuda ketika akhirnya memakan kimchi setelah sekian lama hanya makan roti dan keju sungguh membuat pembaca tertawa. Begitu mungkin ya wajah saya ketika menunjukan kenikmatan memakan durian.

Kisah backpacker yang menikmati minuman  Chai di Turki ada dalam Chaichai. Seorang gadis berkelana sendirian memang butuh keberanian dan extra waspada. Tak heran jika pemuda penjaga toko karpet yang berada di bawah tempatnya menginap sangat bersemangat menawarkan Chai. 

Dalam membuat kisah ternyata penulis juga memasukan unsur trend dalam kisahnya. Misalnya dalam kisah Impian Tentara Wajib  Militer penulis memasukan unsur  Girl  Generation (소녀시대; Sonyeo Shidae)  sebagai pelengkap.

Gi Chan sang tokoh begitu menunggu kalender Girl  Generation serta fried chicken yang akan dibawakan oleh sang pacar saat berkunjung. Ia begitu terobsesi dengan kaki jenjang pada anggota Girl  Generation  yang ada di kalender tersebut, hingga setiap kali memandang fried chicken ia terbayang kaki jenjang para gadis seperti yang ada di kalender tersebut. Agak-agak menakutkan juga melihat obsesinya.

Membuka halaman pertama buku ini, kita akan disambut dengan sehalaman penuh gambar sejenis panci yang terbuka dengan tulisan Kitchen dengan warna yang mencolok. Halaman selanjutnya bersebelahan dengan Daftar isi, diletakan gambar dua alat masak yang menambah kental suasana kegiatan memasak. Warna yang diusung membuat kesan elegan.

Kisah favorit saya dalam buku ketiga ini adalah Hai, Churros! Kisah tentang seorang kakak yang melakukan tapak tilas semua jalan yang dilalui adiknya semasa hidup dengan sepeda. Sang adik meninggal akibat kecelakaan sepeda. Sepeda kesayangannya yang diberi nama teman rusak, meski sahabat sang adik sudah berusaha memperbaiki tetap saja sepeda itu kurang nyaman jika dipakai. 

Sang kakak yang kurang begitu mahir bersepeda menuntun teman mendatangi tempat-tempat yang sering dikunjungi adiknya dahulu.  Melewati jalan-jalan yang dilalui dan mampir di kedai favoritnya. Ia mengetahui semuanya melalui kisah yang disampaikan melalui surat sang adik. 

Saat menghirup coklat panas dan mencelupkan  churros ke dalamnya lalu memakannya, sang kakak bisa merasakan kenikmatan yang sama seperti yang diceritakan adiknya dalam surat. Coklat hangat yang menenangkan membuatnya makin merasa dekat dengan sang adik. Kisah yang mengharukan.

Churros adalah makanan ringan yang sangat terkenal di Spanyol yang terbuat dari adonan dasar choux dan dimasak dengan cara digoreng dalam minyak banyak. Choux sendiri adalah merupakan adonan dasar untuk membuat kue sus yang terdiri dari mentega, air, tepung terigu dan telur. (http://dapur48.blogspot.com)

Satu lagi kelebihan buku ini. Selain kita mendapat gambaran mengenai makanan dan kehidupan di Korea, kita juga bisa mendapat pengetahuan tentang makanan dari negara lain.

Hobi travelling penulis membuat ia memiliki ide-ide hebat yang dituangkan dalam buku serial Kitchen. Hal sederhana diramu menjadi sesuatu yang menawan.
Penulis yang ternyata berwajah
imut dan manis

Saya berusaha mencari informasi, apakah masih ada buku selanjutnya atau hanya sampai buku ketiga. Ternyata sejauh ini penulis baru menerbitkan tiga buku. 

Sedikit penasaran saya dengan Kimchi yang dijadikan kisah dalam buku ini. Apakah sebegitu menimbulkan bau tidak sedapnya.

Berikut cara membuatnya bagi yang tertarik mencoba.
Bahan:
  • 1 buah sawi putih.
  • 1/2 buah bawang bombay, iris tipis.
  • 1/4 batang wortel, iris tipis memanjang.
  • 1/4 batang lobak putih, iris tipis.
  • 4 batang daun bawang.
  • 2 sendok makan bawang putih, lalu parut.
  • 1 sendok teh jahe, parut.
  • 1/2 gelas bubuk cabe Korea.
  • 2 sendok teh garam.
  • 1 sendok makan gula.
  • 1/2 gelas garam kasar/garam laut.
  • 1 gelas air.
  • 1/4 gelas saus ikan Korea.
  • 1/3 gelas air.
  • 1 sendok makan tepung beras.
Cara Membuat Kimchi
1. Sawi dibiarkan utuh dan cuci bersih dengan air mengalir hingga ke lembar terdalam daun sawi. Sesudah bersih, rendam sawi dalam campuran tiga genggam garam yang sudah dilarutkan dengan air matang untuk sedikitnya enam jam, sampai sawi putih terlihat layu.
2. Setelah enam jam, angkat sawi dan cuci kembali dengan air bersih hingga ke sela-sela lipatan daun sawi agar sisa garam tercuci bersih. Tiriskan. Bila suka sawi bisa dibiarkan utuh begitu saja atau dipotong menjadi dua bagian dengan membuang ujung-ujung sawi.
3. Saatnya mengolah sawi dengan campuran bahan-bahan bumbu. Campurkan jadi satu gula, bubuk cabai, jahe, bawang putih, selada air, daun bawang, radis, saus ikan, dan sedikit garam. Baurkan campuran bumbu secara merata menutup semua bagian sawi hingga ke sela-sela lembar daun terdalam. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan biarkan sedikitnya 2×24 jam sampai bumbu meresap ke dalam daging sawi dan jangan menyimpan di dalam lemari es. Proses penyimpan lebih lama akan lebih baik karena fermentasi berlangsung sempurna dan rasa yang dihasilkan akan maksimal. Setelah itu, baru simpan kimchi dalam lemari es.
4. Kimchi siap saji bisa disantap begitu saja atau disuguhkan sebagai makanan pembuka sebelum makanan utama.

Ah jadi ingat!
Setiap kali makan di restoran yang menjadikan masakan Korea di area kantor, saya selalu tidak memakan Kimchi sampai habis, kadang malah sama sekali tidak saya makan. Rasa asam yang ada tidak cocok dengan lidah saya meski saya penyuka rasa asam.

Duh pingin mampir minum Patbingsu,  salah satu makanan penutup musim panas yang paling populer di Korea.

Sumber gambar:
http://www.babelio.com/users/AVT_Jo-Joo-Hee_5282.jpeg
http://en.wikipedia.org/wiki/Kimchi