Sabtu, 29 September 2018

2018 #22: Anak Terkutuk Dan Sang Ayah


Judul asli: Harry Potter Dan Si Anak Terkutuk
Penulis: John Tiffany, Jack Thorne, J.K Rowling
Alih bahasa: Rosi L. Simamora
Editor: Nadira Yasmine
ISBN: 9786020386201
Halaman:384
Cetakan : Pertama-2018
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 127.000
Rating: 4/5

Kata orang, menjadi orangtua adalah pekerjaan paling sulit di dunia-tapi mereka salah-tumbuh beast lebih sulit lagi. Kita semua lupa betapa sulitnya hal itu.

~Harry Potter and the Cursed Child, hal 153~

Ketika versi asli muncul, saya agak kurang bersemangat menunggu versi terjemahan. Maklumlah  ini bukan kisah yang dibuat oleh J.K Rowling,  tepatnya hanya sebuah skenario untuk pemetasan drama. Ada semacam perasaan meragukan bahwa buku ini bisa membuat saya terpesona. Apa lagi penyajian ala naskah tentunya membutuhkan tenaga ekstra untuk berimajinasi. 

Entah kenapa, ketika melihat versi terjemahan, spontan saya membelinya, padahal sebelumnya meragukan keberadaannya he he he. Mungkin karena kata Harry Potter yang mengusik alam bawah sadar saya untuk membelinya. Ternyata saya salah, buku ini memukau saya. Dan tentunya memang butuh tenaga ekstra untuk menikmati format penulisan yang tidak biasa (bagi saya tentunya).

Terdiri dari dua bagian atau dua babak  dimana tiap babak ya juga terdiri dari dua bagian. Dengan kata lain ada 4 babak dalam kisah ini.  Secara garis besar, buku ini berisikan kisah mengenai kehidupan Harry Potter ketika is berusia sekitar  37 tahun, 19 tahun setelah  setelah Pertempuran Hogwarts.

Harry menikah dengan Ginny dan memiliki tiga orang anak. Sementara Hermione Granger menikah dengan Ron Weasley, sungguh pasangan yang tak terduga menurut saya jika menengok bagaimana persahabatan mereka dahulu.

Ternyata meski sudah berhasil mengalahkan musuh utamanya, kehidupan mereka tidaklah semulus yang dikira orang. Masalah muncul justru karena nama besar Harry yang berakibat pada kehidupan anak-anaknya. Menjadi anak seorang legenda bukanlah hal mudah. Seperti itulah yang dirasakan oleh Albus Severus Potter.

Jika dulu Harry harus menanggung beban sebagai anak yang diramalkan akan menyelamatkan dunia sihir dari Valdemort, maka  Albus dianggap anak sang penyelamat yang sering diharapkan mampu melampaui prestasi ayahnya, minimal sama. Tapi tentunya ayah dan anak tetap memiliki perbedaan dalam beberapa hal.

Soal memilih teman sebagai contoh, ternyata meski tahu bahwa orang tuanya kurang bersahabat dengan ayah teman barunya, Albus tetap menjalin persahabatan. Karena ia tahu bagaimana rasanya dianggap berbeda. Sebuah pembelajaran hidup, bahwa kita tidak bisa memandang seseorang hanya dari latar belakangnya saja tanpa mempertimbangkan keadaan dirinya saat ini.

Bagian yang saya paling suka adalah bagian yang mengisahkan tentang dunia pararel (maaf spoiler he he he). Jadi ingat beberapa kisah dan beberapa buku yang mengambil tema sejenis, kembali ke masa lalu untuk mengubah keadaan. Dan tak selalu hasil yang diharapkan sesuai dengan kenyataan.

Kebenaran itu indah dan mengerikan, dan karenanya harus diperlakukan dengan amat hati-hati, demikian yang tertera di halaman 53. Kadang, membiarkan suatu kejadiaan tanpa berusaha mengubahnya merupakan hal paling baik untuk dilakukan. Siapa bilang harus menyenangkan? Bahkan kengerian pun dengan caranya sendiri akan membawa warna dalam kehidupan kita.

Sebenarnya, saya agak kebingunan harus berkomentar apa tentang buku ini. Imajinasi saya bebas berkelana dengan menggunakan buku ini sebagai acuan. Pertempuran Harry dan Draco di dapur Ginny tentunya lebih seru jika dijadikan adegan drama (ups! Maaf), tapi saya membayangkan bagaimana Harry yang tertekan dan penuh dendam masa lalu begitu menikmati kesempatan mengarahkan tongkat sihirnya pada musuh lama. 

Oh ya, pesan moral tentunya juga diusung dalam buku ini. Sungguh menyentuh. Misalnya bagaimana musuh lama bisa saling bekerja sama demi menyelamatkan anak mereka. Bahwa kehidupan ini tidaklah selalu terlihat seperti yang sering ditampakkan, kadang banyak hal lainnya yang belum kita ketahui.

Sudahlah, dari pada saya mengoceh makin aneh, lebih baik beli dan baca ^_^.

Jumat, 28 September 2018

2018 #21: Seputar Personal Branding Di Era Milenial



Judul  asli: Personal Branding , Sukses Karier di Era Milenial
Penulis: Dewi Haroen
ISBN: 9766025157400
Halaman: 228
Cetakan:Pertama-2018
Penerbit: DH Media
Rating: 3,5/4

Saya, Truly Rudiono, Blogger buku, Kolektor buku tapi tidak ingin jadi penghancur buku. Kemampuan membaca saya terbilang cepat hingga mampu menyelesaikan sebuah buku dalam waktu cepat. Jika senggang, saya menjadi orang yang bertugas menyeleksi apakah sebuah buku layak diterbitkan atau tidak.

Dan ini pin nama saya

Sombong? Mungkin bagi mereka yang membacanya akan berkesan begitu. Padahal saya baru saja mempromosikan diri, sedang melakukan personal branding. Seperti yang tertera pada halaman 6, "Personal branding adalah diri kita sendiri, siapa diri kita dan hal spesial apa yang kita kerjakan. Mempresentasikan nilai  yang kita yakini, kepribadian kita, keahlian kita dan kualitas yang  membuat kita unik diantara yang lain."  

Buku ini tidak saja memberikan informasi mengenai hal yang perlu diketahui setiap individu yang ingin maju sukses.  Tapi apa yang tidak boleh dilakukan jika ingin menjadi sosok yang professional. Kadang suatu  hal yang kita anggap sepele, justru berdampak besar dalam perkembangan karier kita. 

Perkembangan zaman yang kian pesat, tentunya juga menyebabkan perkembangan dalam urusan persaingan karier. Tidak cukup hanya dengan rajin bekerja saja, butuh sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat Anda dianggap spesial hingga hanya Anda yang layak menjadi yang terbaik. Menjadi sosok yang dicari.
 
Dalam buku ini disebutkan bahwa personal  brand mensyaratkan keterpaduan antara  citra diri yang dikomunikasikan dengan perilaku sehari-hari, untuk itu, pengendalian diri merupakan hal yang perlu dipahami dan selalu diingat. Tentunya dengan tidak melupakan kepribadian diri yang sesungguhnya. 

Melalui etika, etiket, serta estetika maka proses pembentukan personal branding  seseorang terjadi. Prosesnya sendiri  terkait dengan siapa diri Anda, apa yang Anda kerjakan serta apa yang membuat Anda berbeda dengan yang lain.

Pantas saat kuliah di kampus yang ada di Kuningan, ada peraturan yang mewajibkan mahasiswa dilarang gondrong, terutama saat ujian. Mereka juga wajib menggunakan kemeja atau kaos berkrah. Alasannya para mahasiswa dilatih untuk memiliki penampilan profesional sehingga ketika memasuki dunia kerja sudah terbiasa menjaga penampilan. 
 
Bagian yang menyebutkan bahwa kita adalah representatif tempat  kita bekerja membuat saya jadi kian paham. Saat maru mulai bekerja sempat mendengar mengenai beberapa Kantor  yang mengharuskan karyawannya berpakaian rapi dan menarik. Penampilan cling dan bau harum merupakan suatu standar bagi mereka. Karena orang secara umum  akan menyebutkan kerennya karyawan A, bukan nama si karyawan. 

Demikian juga sebaliknya,  sering muncul opini negatif terkait penampilan karyawan. Misalnya komentar mengenai lusuhnya seorang karyawan A,  dianggap jangan-jangan perusahaan tersebut tidak mampu memberikan gaji yang cukup. Padahal, mungkin saja karyawan tersebut yang masa bodoh pada penampilan, padahal gaji yang ia peroleh lumayan besar.

Bisa jadi hal ini yang menyebabkan banyak perusahaan mengganti brand ambassador mereka ketika muncul kabar tak sedap mengenainya. Masyarakat yang sering menyamakan secara spontan sebuah produk dengan informasi negatif terkait brand ambassador tentunya akan berdampak buruk pada perusahaan.
 
Saya jadi  tersenyum membaca apa yang tertera di halaman 27. Secara harafiah penulis menyatakan bahwa jika nama Anda  tidak terdeteksi oleh mesin pencari informasi di dunia maya, maka Anda bisa dikatakan belum memiliki brand yang kuat.

Penasaran, Saya langsung mencoba mencari nama saya melalui mbah Google. Lumayan, dalam  0,40 detik terdapat 3.060 hasil. Sementara melalui Yahoo, terdapat 1.650 hasil. Dan sudah jelas, seluruhnya terkait dengan urusan buku he he he.

Secara umum, buku ini layak dibaca oleh mereka yang ingin mengembangkan diri dan menambah pengetahuan seputar personal branding.  Sebenarnya saya tidak hanya ingin merekomendasikan buku ini  bagi para eksekutif muda. Namun juga para manager pekerja seni, bahkan bagi mereka yang merupakan pekerja seni. Dengan memahami personal branding,  tentunya akan lebih mudah untuk menjual "kemampuannya". 
 
Selain bobot isi dan cara menguraikan sebuah hal yang memukau, contoh yang diambil dari kehidupan sehari-hari menjadikan buku ini semakin mudah dipahami. Ditambah dengan tata letak yang menawan, menjadikan buku ini patut diperhitungkan keberadaannya.

Sungguh saya merasa  rugi, saat ada pelatihan terkait penerapan buku ini, justru saya sedang bertugas ke luar kota. Menurut informasi beberapa teman, ilmu yang diberikan sungguh berguna. Praktek yang dilakukan juga mempermudah pemahaman dalam penerapan. Jadi ingin ikut jika ada lagi.
Oh ya, jika ada yang tertarik terkait buku ini atau perihal pelatihan personal branding, silakan mengunjungi www.dewiharoen.com. 

Beli,
Baca,
Praktekkan,
Nikmati hasilnya.
 
 








Selasa, 11 September 2018

Follow Your Bliss Bakery, Menjual yang Tak Biasa

Pengarang: Kathryn Littlewood
Penerjemah: Nadia Mirzha
Penyunting: Lulu Fitri Rahman 
Penyelaras aksara: Aini Zahra
Penata Aksara: eicreative
ISBN: 978-979-433-690-8
Halaman: 380
Penerbit: Mizan Fantasi


Muffin merupakan kue khas negeri Inggris dan lahir pada zaman Victoria. Pada saat itu muffin banyak dijual oleh pedagang keliling dengan diletakkan di nampan di atas kepala. Muffin merupakan sejenis makanan tradisional berbentuk gulungan, bundar dan tipis. Bahan dasarnya terbuat dari adonan roti yang diberi ragi (http://id.wikipedia.org/wiki/Muffin)

Muffin Zucchini
Bahan-bahan:
1. Sari vanila tahiti                           2 cangkang-ek
2. Tepung                                         1 kepal
3. Gula                                             1 kepal
4. Labu hijau besar                          1 buah
5. Telur Burung Cinta Bertopeng     1 butir

Mantera:
Agapornis Personata

Cara Membuat:
1.  Parut labu hijau besar sambil menyenandungkan nama dua orang kesepian  yang akan disatukan dalam cinta, sebanyak 3 X.
2.  Ayak tepung dan gula dengan mempergunakan pengayak logam .
3.  Taburkan sari vanila tahiti terbaik di atas tepung.
4.  Campurkan dengan telur Burung Cinta Bertopeng
5.  Tuangkan dalam loyang muffin dan panggang pada suhu panas 6 nyala api selama 8 lagu

Muffin Zucchini bukanlah muffin biasa. Kakak-beradik  Ty dan Rose Bliss  membuat kue tersebut untuk diberikan kepada  guru di sekolah mereka, Mr Bastable dan Miss Thistle. Konon kue tersebut dapat mendekatnya sosok yang saling menyuka. Celakanya selesai membuat dan memberikan kepada kedua orang guru tersebut,  Ty baru menemukan grafik koversi di dalam lemari pembeku. Kepalan setara dengan setengah cangkir, sementara mereka menganggap satu cangkir.  Lagu setara dengan empat menit, sedangkan tadi mereka berdua mengartikan sebagai setengah jam. Muffin yang mereka buat salah resep! Tak terbayangkan gimana akibatnya.

Ty dan Rose Bliss adalah dua dari empat anak keluarga Bliss pemilik Follow Your Bliss Bakery, toko roti mungil di  Calamity Falls. Sejak Rose melihat sang ibu menangkap dan memasukkan halilintar dalam adonan, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh kedua orang tuanya. Ada sihir yang ikut campur sehingga wabah flu bisa diatasi, anak yang kesetrum bisa kembali sehat bahkan membuat seseorang mampu bernyanyi merdu kembali.

Rose sangat ingin menjadi ahli sihir dapur. Itu sebabnya ia tidak ingin meninggalkan toko roti itu.  Dengan demikian kelak ia bisa tahu dimana sang ibu menyimpan toples biru ajaib berisi bahan-bahan tak biasa, bagaimana mencampur angin utara menjadi sesuatu, menakar dengan tepat reaksi antara mata katak, magma yang meleleh dan soda kue.

Saat kedua orang tuanya mendapat tugas khusus dari walikota sehingga harus meninggalkan toko, Rose merasa ini saat yang tepat untuk membuktikan kemampuan dirinya. Celakanya ia dan Ty sang kakak justru membuat aneka kekacauan alih-alih kebaikan. Kekacauan demi kekacauan datang bertubi-tubi akibat ulah mereka.

Awalnya mereka patut dipuji karena ingin berbuat kebaikan, namun ternyata tidak semua niat baik menghasilajn sesuatu yang baik juga jika tidak ditangani dengan serius. Rose bahkan harus berusaha keras mempertahankan kepercayaan orang tuanya dalam wujud kunci tempat menyinpan sebuah buku resep ajaib, resep yang tidak biasa. 

Tidak hanya Ty dan Rose, adik mereka Sage dan  Leigh juga harus membereskan semua kekacauan yang terjadi. Justru serunya kisah ini ada bagaimana mereka berusaha membereskan kekacauan yang mereka buat, beberapa hal membuat kekacauan bisa diatasi namun ada juga yang malah membuat kian kacau.

Selain Muffin Asmara, pembaca juga akan disuguhi tiga  resep utama yang menyebabkan suasana Calamity Falls menjadi kacau, yaitu Cookie-cookie Kebenaran, Cake-Pemutar-Balik-Keadaan-Seutuhnya,  serta Torte Blackberry Balik Ke Dulu. Cara membuat adonan cenderung unik, efek yang ditimbulkan dari memakan kue ini juga tidak lazim. Tentunya ada beberapa resep lain yang tak kalah menariknya.

Bahan-bahan yang tersedia di ruang penyimpanan rahasia toko itu  juga sungguh luar biasa. Ada Mata Warlock, Angin Pertama Musim Gugur, Kurcaci yang Tidur Abadi, Nyanyian Burung Bul-bul dan lainnya Penulis mampu menciptakan suasana dimana memasak menjadi sebuah hal yang menegangkan dan membutuhkan penanganan khusus.  Salah menakar, memasukan bahan  atau memilih resep bisa mengacaukan seluruh kota.

Buku ini terdiri dari delapan belas bab dan satu pengantar. Pada bagian atas sisi kanan halaman, pembaca bisa menemukan judul dari bab tersebut. Dengan demikian, setiap pergantian bab kalimat yang tertulis di sisi kanan atas halaman juga akan berubah. Kisah yang diampaikan mudah dicerna dan sangat menghibur. Rasa penasaran kita akan terusik sehingga tak ingin meletakkan buku ini sebelum cerita selesai. Penulis mampu membuat hal yang biasa memasak, menjadi sebuah hal yang luar biasa dan menghibur.

Kover buku ini memang menawan. Walau gambaran sosok Rose dan kakaknya sebagai tokoh yang paling berperan tidak sesuai dengan imajinasi saya. Rambut Rose kurang gelap jika dibandingkan dengan saudaranya yang lain, rambut Ty kurang merah dan jauh dari kesan jabrik, Sage bahkan jauh dari gemuk. Namun kue-kue yang ada terlihat sangat menggoda selera, membuat ingin mencicipi.

Jika umumnya sebuah buku hanya berwarna putih pada sisi lain, maka buku ini menawarkan warna biru yang menawan sehingga sangat manis dan cocok dengan kovernya. Buku ini membuat saya jatuh cinta saat pertama kali memegang dan membaca cuplikan kisah di halaman belakang, bahkan mampu membuat saya menyingkirkan (sementara) buku terbaru dari seorang pengarang besar. Sedikit sekali yang mengganggu bagi saya. Pada halaman 125, terlihat ada kata yang diketik tanpa spasi.

Pesan moral yang bisa  ditarik adalah bahwa sebuah kepercayaan itu sungguh mahal harganya, jika sudah mendapatkan kepercayaan harus dipertahankan dengan maksimal. Kadang niat baik sekali pun  harus dipertimbangkan dengan mantap bagaimana pelaksanaannya jika tidak ingin menjadikannya sebagai kekacauan. Buku ini juga cocok untuk dibaca segala  usia.

Saya sempat teringat sebuah permainan online perihal masak-memasak, lalu beberapa kisah dengan tema permen dan coklat. Bahkan saya jadi teringat buku berjudul Bible of Bread yang ada di tempat saya bekerja. Secara keseluhan,  buku yang menarik dan sangat menghibur. Cocok untuk dipilih menghabiskan akhir tahun. Tidak sabar menunggu buku keduanya.

Note:
Rose, aku pesan dung sekeranjang  cookie yang membuat  Cintaku makin sayang padaku  saat dia selesai memakannya. Seperti yang dibagikan Ty pada "beberapa" gadis

2018 #20: Masa Bodoh!


Judul asli: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis: Mark Manson
Editor: Adinto F. Susanto
Alih bahasa: F. Wicaksono
ISBN: 9786024526986
Halaman: 246
Cetakan: Kedua-Maret 2018
Penerbit: Grasindo
Harga: Rp
Rating: 4/5

Dan jika Anda setiap saat memimpikan sesuatu, Anda sebenarnya sedang menguatkan realitas bawah Sadar Anda, lagi dan lagi: bahwa Anda  bukan itu

~Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, hal 5~

Pertama kali mengetahui tentang buku ini, saya langsung memasukkan dalam daftar buku yang harus dibeli dan dibaca. Siapa yang tak melotot membaca kata berikap masa bodo amat dan pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik. Banyak buku yang seakan mengajak kita untuk peduli pada banyak hal jika ingin menjadi sosok yang sukses, buku ini justru sebaliknya.
 
Selain judul buku yang mampu menggelitik rasa ingin tahu, judul tiap bab juga tak kalah seru. Misalnya Jangan Berusaha, Anda Tidak Istimewa, Pentingnya Berkata Tidak dan lainnya. Sub bab juga diberi judul unik. Sebagai contoh ada Lingkaran Setan di bab 1, Bawang Kesadaran Hidup di bab 2,  Sisi Cerah Kematian di bab 3, dan lainnya.

Dalam 9 bab menarik, pembaca akan diajak untuk menelaah sikap dan tindakan yang telah dilakukan dalam kehidupan. Beberapa walau bertujuan baik, ternyata malah merugikan diri kita. Ada beberapa hal yang berkesan tidak pantas dalam bermasyarakat, justru merupakan hal yang sepatutnya kita lakukan. Aneh? Begitu adanya. 

Meski latar belakang sang penulis berbeda dengan budaya kita, namun ternyata jika dikaji dengan cermat apa yang ia uraikan, ternyata hal tersebut dapat diterima dan diterapkan dalam kehidupan kita. Hanya saja semuanya terserah Anda, mau mengikuti saran penulis atau tidak.

Kadang, kehidupan tidak seperti yang kita harapkan. Ada saat ketika kegagalan seolah mengikuti kita.  Tak usah perduli dengan segala komentar dan pandangan orang! Apa urusan mereka dengan perasaan tidak nyaman Anda. Jika Anda mampu melakukan hal tersebut, maka bisa dikatakan saat itu juga Anda telah sukses mengatasi rasa benci pada diri sendiri karena mengalami kegagalan.

Mendadak saya  jadi teringat ucapan seorang mahasiswa yang sukses dua kali membawa hadiah  ciamik hasil di  kuis di booth perpus beberapa waktu lalu. Teman-temannya berusaha mengorek rahasia kesuksesannya. Ia hanya menjawab agar mereka jangan  terlalu berharap mendapat hadiah yang menarik, biasanya jika begitu ia pasti malah dapat hadiah yang luar biasa. Poin ini serupa dengan yang diuraikan pada halaman 12-13. Bahwa sesuatu yang bernilai positif dalam hidup diraih lewat pengalaman yang berasosiasi negatif.
Salah satu poin lebih dari buku ini adalah contoh yang terasa dekat dengan pembaca. Beberapa bahkan mungkin  sama persis dengan yang pembaca alami. Hal tersebut memicu perasaan kedekatan secara emosi, membuat pembaca lebih mudah memahami sebuah uraian.

Saya menemukan Malala Yousafzai sebagai contoh terkait bagaimana menanggapi seuah tragedi dalam buku ini. Dari halaman 121 hingga 122, penulis menguraikan bagaimana tragedi yang menimpa Malala justru membuatnya menjadi lebih didengar dan termotivasi untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi lagi. 

Sebuah  buku yang saya baca mengisahkan bagaimana rasa marah bisa menjadi pemicu kekuatan hingga membuat tokoh kita menjadi sukses. Amarah yang timbul dialihkan menjadi suatu energi guna menghasilkan suatu hal positif.  Buku ini menyatakan bahwa rasa sakit merupakan alat yang paling efektif dari tubuh untuk mendorong aksi serta  memberikan pelajaran untuk membantu memahami dan menaati batasan diri

Tanpa sadar, kita juga sering merebut tanggung jawab atas keberhasilan, kebahagian bahkan kegagalan seseorang. Padahal seharusnya bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan lebih utama. Seperti yang dikatakan dalam buku ini di halaman 185, hidup adalah tentang tidak mengetahui apa pun dan kemudian melakukan sesuatu, apa pun yang terjadi
 
Pada bagian akhir buku, terdapat penjabaran mengenai semacam "proyek keabadian". Bisa dianggap juga sebagai suatu cara untuk membuat diri kita dikenang, secara konseptual tetap hidup walau secara fisik sudah tidak ada. Peradaban, menurut buku ini adalah hasil dari proyek abadi ini. 

Saya jadi teringat kalimat Imam Ghazali  pada buku Personal Banding, jika kau bukan anak raja atau ulama besar, maka menulislah! Dengan tulisan, karya intelektual kita tetap bisa dikenal orang meski secara fisik kita sudah tak ada lagi.

Secara garis besar, tiga poin utama dari seni ini. Pertama, pahami bahwa bersikap masa bodoh berarti merasa nyaman saat berbeda dengan yang lain. Kedua,  agar bisa berkata bodo amat pada kesulitan, Anda harus peduli pada hal yang jauh lebih penting dari  meratapi kesulitan. Ketiga,  tanpa disadari Anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan, mulailah memilah secara sederhana mana yang perlu untuk Anda perhatikan dan mana yang harus Anda abaikan.
  
Perlu diingat, buku ini bukan tentang tips meringankan masalah atau rasa sakit. Bukan juga mengenai  bagaimana meraih sesuatu dalam hidup ini. Jadi apa manfaat yang diperoleh dari membaca buku ini?  Isi buku ini adalah hal-hal yang dapat membantu Anda untuk fokus, agar bisa memilah mana yang penting dalam hidup dan mana yang tidak. Cara berlapang dada dan membiarkan sesuatu pergi. Anda akan mampu peduli lebih sedikit. Termasuk untuk jangan berusaha secara keras. Aneh? Makanya beli dan baca. 
    
Sesesorang pernah berkata agar kita menjalani hidup dengan legowo.  Terima kegagalan sebagai sukses yang tertunda, anggap memang belum tepat waktunya bagi Anda untuk sukses. Jika sudah sukses, syukuri dan nikmati sebagai hasil jerih payah selama ini.



Senin, 10 September 2018

2018 #19: Di Kota Tuhan, Aku Adalah Daging yang Kau Pecah-Pecah




















Penulis: Stebby Julionatan    
Penyunting: Anne Shaka
Pemeriksa aksara: Dian D  Anisa
ISBN: 9786023093335
Halaman: 130
Cetakan: Pertama-2018
Penerbit: Indie Book Corner
Harga: Rp 45.000
Rating: 3.25/5

Mau bagaimana lagi!
Sebagai orang yang (pernah)  menikmati bermain hujan  dan  penyuka warna biru, tentunya  hati senang bukan kepalang melihat sebuah kover buku mengusung ilustrasi payung berwarna biru. Secara umum, payung terkait dengan hujan. Dan biru dalam wujud apapun selalu menggetarkan rasa suka dalam hati.

Jadi apa urusannya antara payung, hujan, ilustrasi jam, dan isi buku ini? Memang, jika menilik judul dan isi memang agak tidak berhubungan. Tapi siapalah saya he he he. Buku  puisi merupakan representatif isi hati sang penulis. Jadi haruslah disimak dan dinikmati dengan hati, bukan diartikan secara umum.

Buku ini mengajak pembaca mengikuti langkah kaki dan perenungan penulis akan makna kehidupan ini.  Penulis juga terlihat piawai meracik kata-kata. Tidak saja kata yang umum dipergunakan, namun juga mempergunakan kata-kata yang tidak lazim.  Contohnya kata cetat yang bermakna cepat dan telat di halaman 3

Terdiri dari dua bagian, dimana tiap bagian ada yang terdiri dari 33 puisi dan ada yang hanya terdiri dari 9 puisi.  Judulnya juga bisa dikatakan unik.  Ada  Di Sumber Hidup, Biru Melihat Tuhannya Bercabang, Biru Merangkai Bapa Kami dalam Bahasa Latin, Surga  Adalah Masa Kanak-kanak yang Gugur Setelah Biru Mampu Membaca Azab Neraka, Serve Ordinem et Oreo Servabit Te, Sekotak Pil Lupa yang Diteguk Biru di Niaga, Ia Pernah Janji Langit Selalu Biru, Imam dan masih banyak judul yang menggelitik rasa penasaran.

Tak hanya judul, penulisan segala sesuatu  yang terkait nomor lumayan unik,  seperti mempergunakan catatan kaki. Salah satu puisi diberi nomor 33+1 berjudul Pater Noster (Pada Rabu dan Hari-hari Sesudahnya). Jika ditelaah sepertinya puisi tersebut terkait dengan puisi sebelumnya, Ada Satu Kata: Kenang!

Meski begitu, saya sempat agak bingung mencari makna kata Biru Magenta, semula saya kira memang terlupakan. Ternyata memang beda tata penulisannya dibandingkan dengan yang ada di halaman  3, 7, 11. 34, 40

Sekali lagi, menikmati buku puisi tidaklah seperti kita menikmati genre lainnya. Pembaca harus mencoba menelaah apa yang diuraikan penulis tanpa mengikutsertakan ego. Nikmati secara perlahan, bukan membaca dengan niat cepat selesai. Bahkan saya yang bukan penyuka puisi bisa menikmatinya, Anda yang mengaku maniak puisi harusnya lebih bisa menikmatinya ketimbang saya.

Sebenarnya saya membayangkan, akan lebih menariknya jika buku ini dibuat ala hardcover dengan  kertas mengkilat dan foto yang dibuat berwarna. Kesannya lebih mewah saja. Tentunya akan berpengaruh pada harga jual. Suatu hal yang selalu menjadi perhatian dalam industri buku.

Satu-satu hal yang agak mengganjal dari keseluruhan isi buku ini adalah bagian ilustrasi yang mempergunakan foto. Kebanyakan tercetak dalam warna hitam kelas, dimana justru mengurangi keindahan isi buku. Tapi memang tak ada yang sempurna bukan?
  
Kalimat yang paling saya sukai ada di halaman  68, penggalan puisi berjudul Rusak Susu Sebelanga. Abaikan cara penulisan yang tidak sama dengan yang ada di buku.
Hujan diturunkan di setiap muka,
tapi hati dirajut dari benang yag rantas.

Pilihlah seseorang yang kau benci.
Tanyakan, kenapa kau tiba-tiba membencinya?
Padahal dahulu kalian begitu dekat.

Surga mengubahmu jadi pendendam,
lenyak renik bersama lautan
Secara keseluruhan, buku ini layak dibaca bagi mereka yang ingin memahami tentang puisi. Jika tidak, tentunya karya penulis tidak akan masuk dalam shortlist API 2015 lalu. Buku ini cocok untuk usia 17 tahun lebih. Hal ini dikarenakan beberapa bagian butuh penafsiran secara bijak.

Bagian yang menyebutkan bahwa jika ingin menjadi penyair handal harus sering mengalami putus cinta sepertinya sudah menjadi hal yang sering diyakini banyak orang. Demikian juga penulis buku ini, sempat mengutarakan hal tersebut. Jadi penasaran, berapa kalikah dia patah hati  untuk mampu menciptakan karya seperti ini (disambit buku).

Secara iseng, saya mencoba mencari  bagaimana cara memperoleh buku ini, selain butelan tentunya ^_^. Ternyata belum dijual bebas, sungguh sayang. Untuk memiliki buku ini kita harus memesan melalui 08113513777.

Kalau bukan kita, siapa lagi yang memajukan literasi di tanah air.








Sabtu, 01 September 2018

2018 #18: Kisah Tentang Charlie, Mr Wonka Dan Pabrik Coklat

Judul asli: Charlie And The Chocolate Factory
Penerjemah: Maria Lubis
Penyunting: Yuli Pritania
ISBN: 9786023853076
Halaman: 248
Cetakan: Pertama-Juni 2018
Penerbit: Noura Book
Harga: Rp 69.000
Rating: 4/5


"Anda tidak boleh berputus asa!" seru Mr Wonka.
"Tidak ada yang mustahil! Lihat saja!"

Peringatan!
Lepaskan imajinasimu saat membaca buku ini. Buku dan film merupakan dua hal yang sangat berbeda. Ingatlah selalu hal tersebut ketika menonton film yang diangkat dari buku namun isinya berbeda dengan buku tersebut, atau sebaliknya. Demikian juga dengan kisah ini.

Si kecil Charlie Bucket harus membagi segala hal tidak hanya dengan orang tuanya, tapi juga dengan para kakek dan neneknya. Artinya selain Charlie dan kedua orang tuanya, ada Grandpa Jo, Gradma Josephine, Grandpa George, serta Gradma Georgina. Satu anak yang sedang dalam masa pertumbuhan berbagi dengan 4 manula dan 2 orang dewasa. Bukan hidup yang mudah!

Gaji sang ayah nyaris tidak cukup untuk membiayai kebutuhan mereka bertujuh. Maka sebatang coklat merupakan kemewahan bagi Charlie, sementara bagi anak lain merupakan hal yang bisa diperoleh  dengan mudah. Kemewahan tersebut hanya diperoleh ketika ia  berulang tahun.

Salah satu, mungkin satu-satunya pabrik coklat yang mampu menciptakan aneka rasa spektakuler berada di daerah tempat tinggal Charlie.  Semenjak pabrik ditutup, tak terlihat ada kegiatan di sana. Namun belum lama, beberapa orang mengaku melihat ada kegiatan produksi di sana. Aneh!  Meski terlihat bayang-bayang orang bekerja namun tak pernah ada yang telihat masuk atau keluar dari pabrik.

Sebuah pengumuman melalui surat kabar membuat gempar masyarakat. Willy Wonka, sang pemilik pabrik, akan memberikan kesempatan bagi lima anak terpilih  yang memiliki tiket emas untuk  mengunjung pabrik yang tertutup selama 10 tahun. Bahkan Willy Wonka sendiri yang akan memandu mereka.

Suatu hal yang mustahil bagi Charlie. Apa lagi ketika dalam hadiah ulang tahun berupa coklat yang ia peroleh, tak ada tiket emas. Tanpa sadar, ada rasa sakit ketika tahu ada orang tua yang memborong begitu banyak coklat demi sang anak mendapatkan tiket emas. Begitulah kehidupan ini, kadang 

Bukan Roald Dahl jika tak mampu mengaduk-ngaduk perasaan pembaca ciliknya (mungkin juga perasaan Anda yang sudah dewasa). Menilik kover, jelas terlihat bahwa pada akhirnya Charlie bisa memperoleh tiket emas. Meski begitu, proses bagaimana ia bisa mendapatkan tiket dan bertemu dengan Willy Wonka merupakan bagian yang sangat menarik untuk diketahui.

Sekali lagi, buku dan film berbeda.
Sebagai pembaca, tentunya bukan hal yang mudah untuk melupakan bayang-bayang film dengan kisah yang (nyaris) sama. Setidaknya ini berlaku untuk saya he he he. Meski sangat tahu teori, pada prakteknya berulang kali saya harus mengingatkan diri untuk tidak membandingkan isi buku ini dengan kisah yang saya baca.

Buat yang penasaran, beberapa contoh perbedaan misalnya mengenai sosok Augustus Gloop. Dalam buku dikisahnya sosok Augustus ditemani oleh ayah dan ibunya, sementara dalam film hanya ditemani oleh ibunya saja. 


Lalu sosok Oompa Loompa dalam buku ini digambarkan sebagai sosok mungil dengan dengan kulit putih bersemu merah muda (halaman 106). Sementara jika kita lihat di film, kulit Oompa Loompa berwarna coklat.

Perbedaan terbesar  antara buku dan kisah ada di halaman 210.  Petunjuknya juga bisa dilihat di sini.   Dibeli dan dibaca sendiri ya ^_^ 

Secara garis besar, buku ini sangat cocok dibaca anak-anak. Selain sebagai hiburan, isi buku ini membuat pembaca berimajinasi. Mereka diajak membayangkan bagaimana sebuah proses pembuatan sebatang coklat. Ternyata bisa menjadi suatu kegiatan yang menarik. Anak-anak bisa berimajinasi bagaimana jika ada sebuah coklat denga rasa tertentu. Tentunya hal ini akan mengasah kreativitas anak sejak dini.  Bukan tak mungkin, sebuah imajinasi kelak menjadi sebuah kenyataan. 


Penulis juga menanamkan rasa cinta keluarga yang besar dalam kisah ini. Bagaimana seorang anak hidup dengan dua pasang kakek-nenek yang begitu menyayanginya.  Bagian yang mengisahkan bagaimana Charlie semula rela memjual tiket emasnya agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga, merupakan pengorbanan atas nama cinta keluarga. 

Sikap  selalu berharap dan pantang mundur juga terdapat dalam kisah ini. Meski gagal medapatkan tiket emas pada coklat pertamanya, Charlie tetap berharap akan menemukan keberuntungan pada coklat selanjutnya yang ia beli. Dan pada akhirnya keberuntungan ada pada pihaknya.

Sementara sikap kurang baik seperti terlalu rakus, diwakili melalui sosok Augustu Gloop yang terjatuh di danau coklat, sifat egois dan keras kepala dan manja tercermin dari sosok Verica Salt. Anak-anak akan menemukan contoh sebab-akibat dari sikap yang tidak baik. Suatu cara mendidik yang menyenangkan.


Oh ya, buku ini juga penuh dengan aneka syair lagu. Seorang guru PAUD bisa mengadopsi lagu tersebut dan menjadikannya sebuah kegiatan yang menarik di kelas. Mungkin tidak persis sama, tapi bisa dijadikan acuan. Anak-anak bisa bergerak dan mengekspresikan diri.

Dalam situ wikipedia disebutkan bahwa Cokelat dihasilkan dari kakao (Theobroma cacao) yang diperkirakan mula-mula tumbuh di daerah Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Mungkin sampai ke Chiapas, bagian paling selatan Meksiko. Orang-orang Olmec memanfaatkan pohon dan, mungkin juga, membuat “cokelat” di sepanjang pantai teluk di selatan Meksiko. Dokumentasi paling awal tentang cokelat ditemukan pada penggunaannya di sebuah situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM. Residu yang diperoleh dari tangki-tangki pengolahan ini mengindikasikan bahwa awalnya penggunaan kakao tidak diperuntukkan untuk membuat minuman saja, namun selput putih yang terdapat pada biji kokoa lebih condong digunakan sebagai sumber gula untuk minuman beralkohol

Penasaran buku selanjutnya. Apa lagi para tokohnya tak terduga. Meluncur.... sambil menikmati sepotong coklat kiriman seseorang yang membuat hati saya meleleh *ehem*

Sumber gambar: Goodreads