Jumat, 28 September 2018

2018 #21: Seputar Personal Branding Di Era Milenial



Judul  asli: Personal Branding , Sukses Karier di Era Milenial
Penulis: Dewi Haroen
ISBN: 9766025157400
Halaman: 228
Cetakan:Pertama-2018
Penerbit: DH Media
Rating: 3,5/4

Saya, Truly Rudiono, Blogger buku, Kolektor buku tapi tidak ingin jadi penghancur buku. Kemampuan membaca saya terbilang cepat hingga mampu menyelesaikan sebuah buku dalam waktu cepat. Jika senggang, saya menjadi orang yang bertugas menyeleksi apakah sebuah buku layak diterbitkan atau tidak.

Dan ini pin nama saya

Sombong? Mungkin bagi mereka yang membacanya akan berkesan begitu. Padahal saya baru saja mempromosikan diri, sedang melakukan personal branding. Seperti yang tertera pada halaman 6, "Personal branding adalah diri kita sendiri, siapa diri kita dan hal spesial apa yang kita kerjakan. Mempresentasikan nilai  yang kita yakini, kepribadian kita, keahlian kita dan kualitas yang  membuat kita unik diantara yang lain."  

Buku ini tidak saja memberikan informasi mengenai hal yang perlu diketahui setiap individu yang ingin maju sukses.  Tapi apa yang tidak boleh dilakukan jika ingin menjadi sosok yang professional. Kadang suatu  hal yang kita anggap sepele, justru berdampak besar dalam perkembangan karier kita. 

Perkembangan zaman yang kian pesat, tentunya juga menyebabkan perkembangan dalam urusan persaingan karier. Tidak cukup hanya dengan rajin bekerja saja, butuh sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat Anda dianggap spesial hingga hanya Anda yang layak menjadi yang terbaik. Menjadi sosok yang dicari.
 
Dalam buku ini disebutkan bahwa personal  brand mensyaratkan keterpaduan antara  citra diri yang dikomunikasikan dengan perilaku sehari-hari, untuk itu, pengendalian diri merupakan hal yang perlu dipahami dan selalu diingat. Tentunya dengan tidak melupakan kepribadian diri yang sesungguhnya. 

Melalui etika, etiket, serta estetika maka proses pembentukan personal branding  seseorang terjadi. Prosesnya sendiri  terkait dengan siapa diri Anda, apa yang Anda kerjakan serta apa yang membuat Anda berbeda dengan yang lain.

Pantas saat kuliah di kampus yang ada di Kuningan, ada peraturan yang mewajibkan mahasiswa dilarang gondrong, terutama saat ujian. Mereka juga wajib menggunakan kemeja atau kaos berkrah. Alasannya para mahasiswa dilatih untuk memiliki penampilan profesional sehingga ketika memasuki dunia kerja sudah terbiasa menjaga penampilan. 
 
Bagian yang menyebutkan bahwa kita adalah representatif tempat  kita bekerja membuat saya jadi kian paham. Saat maru mulai bekerja sempat mendengar mengenai beberapa Kantor  yang mengharuskan karyawannya berpakaian rapi dan menarik. Penampilan cling dan bau harum merupakan suatu standar bagi mereka. Karena orang secara umum  akan menyebutkan kerennya karyawan A, bukan nama si karyawan. 

Demikian juga sebaliknya,  sering muncul opini negatif terkait penampilan karyawan. Misalnya komentar mengenai lusuhnya seorang karyawan A,  dianggap jangan-jangan perusahaan tersebut tidak mampu memberikan gaji yang cukup. Padahal, mungkin saja karyawan tersebut yang masa bodoh pada penampilan, padahal gaji yang ia peroleh lumayan besar.

Bisa jadi hal ini yang menyebabkan banyak perusahaan mengganti brand ambassador mereka ketika muncul kabar tak sedap mengenainya. Masyarakat yang sering menyamakan secara spontan sebuah produk dengan informasi negatif terkait brand ambassador tentunya akan berdampak buruk pada perusahaan.
 
Saya jadi  tersenyum membaca apa yang tertera di halaman 27. Secara harafiah penulis menyatakan bahwa jika nama Anda  tidak terdeteksi oleh mesin pencari informasi di dunia maya, maka Anda bisa dikatakan belum memiliki brand yang kuat.

Penasaran, Saya langsung mencoba mencari nama saya melalui mbah Google. Lumayan, dalam  0,40 detik terdapat 3.060 hasil. Sementara melalui Yahoo, terdapat 1.650 hasil. Dan sudah jelas, seluruhnya terkait dengan urusan buku he he he.

Secara umum, buku ini layak dibaca oleh mereka yang ingin mengembangkan diri dan menambah pengetahuan seputar personal branding.  Sebenarnya saya tidak hanya ingin merekomendasikan buku ini  bagi para eksekutif muda. Namun juga para manager pekerja seni, bahkan bagi mereka yang merupakan pekerja seni. Dengan memahami personal branding,  tentunya akan lebih mudah untuk menjual "kemampuannya". 
 
Selain bobot isi dan cara menguraikan sebuah hal yang memukau, contoh yang diambil dari kehidupan sehari-hari menjadikan buku ini semakin mudah dipahami. Ditambah dengan tata letak yang menawan, menjadikan buku ini patut diperhitungkan keberadaannya.

Sungguh saya merasa  rugi, saat ada pelatihan terkait penerapan buku ini, justru saya sedang bertugas ke luar kota. Menurut informasi beberapa teman, ilmu yang diberikan sungguh berguna. Praktek yang dilakukan juga mempermudah pemahaman dalam penerapan. Jadi ingin ikut jika ada lagi.
Oh ya, jika ada yang tertarik terkait buku ini atau perihal pelatihan personal branding, silakan mengunjungi www.dewiharoen.com. 

Beli,
Baca,
Praktekkan,
Nikmati hasilnya.
 
 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar