Sabtu, 03 November 2018

2018 #25: Ssst..., Ada Yang Membuat Lubang Di Kebun

Judul asli: The Hole
Penulis: Pyun Hye-Young
Penerjemah: Dwita Rizki
ISBN:9786026486219
Halaman: 241
Cetakan: Pertama-Juli 2018
Penerbit: Baca
Harga: Rp 75.000
Rating: 3.45/5

“Seperti ikan mas? Pasti Indah.”
“Memang yang hidup itu indah? Mereka menjijikkan. Mereka akan berusaha mati-matian untuk bertahan hidup di lubang sempit itu…”

Perempuan sering menjadi titik balik dalam kehidupan Oh Gi, begitu kalimat pembuka buku ini. Sebagai pembaca, saya seketika menebak urusannya mungkin terkait ibu dan kekasih. Entah bagaimana keduanya memegang peranan besar dalam kehidupan Oh Gi.

Mungkin saja keduanya bersekutu dalam banyak hal sehingga membuat Oh Gi merasa tersisih,  layaknya kisah kedekatan menantu-mertua. Atau sebaliknya.  Kurang begitu dugaan sok tahu saya he he he, maklum  saya bukan tipe pembaca  yang hobi membaca blurd.

Apa? Dari pada saya tahu buku ini bagus tanpa membaca blurd? Pastinya saya mengintip ratingnya di sini. Tempat yang terpercaya Selanjutnya saya melihat siapa yang merekomendasikan buku ini. Nama-nama yang memiliki selera bacaan canggih. Terakhir, saya selalu percaya pada naluri ketika pertama kali melihat judul di kover buku ini.

Ternyata dugaan saya tidak seluruhnya salah. Perempuan yang dimaksud dalam kisah ini adalah istri dan ibu mertuanya.  Memang ada bagian yang mengisahkan tentang ibu Oh Gi, tapi porsinya hanya sekedar memberikan gambaran mengenai latar belakang sosoknya, hingga kurang begitu berpengaruh pada kisah.

Tokoh utama kisah ini, Oh Gi adalah seorang pria yang bisa dikategorikan biasa-biasa saja.  Kariernya cenderung datar, demikian juga kehidupan sosialnya. Pertemuan dengan sang istri, hingga menikah bisa dikatakan merupakan hal yang paling baik yang pernah ia lakukan. Dalam beberapa bagian, terlihat sekali keduanya memiliki kepribadian yang  bertolak-belakang.
 
Istrinya  sebagai contoh, tahu persis apa yang diinginkan, dan ia yakin bahwa memang itu keinginannya. Hanya, meski begitu menginginkan ternyata ia tak dapat mewujudkan keinginan tersebut. Walau begitu, ia tetap bangkit. Perlahan, sang istri mulai berkompromi dengan diri sendiri sehingga paham mana yang keinginannya, dan mana yang hanya ambisi semata. Sementara Oh Gi berusaha keras tanpa henti untuk bisa menjadi pengajar biasa pada usia yang bisa dikategorikan sedang.

Suatu ketika, keduanya sepakat untuk membeli sebuah rumah yang  memiliki halaman lumayan luas. Sepertinya semula merupakan keinginan sang istri yang dengan terpaksa disetujui oleh Oh Gi. Belakangan, ia harus mengakui jika bukan karena sang istri, mereka tak akan bisa  memiliki rumah di kawasan mewah yang memiliki halaman luas  dengan harga terjangkau. Seketika, sang istri jadi memiliki hobi berkebun.

Dengan alur maju-mundur, pembaca akan dibawa pada kisah mengenai suatu peristiwa yang membuat Oh Gi hanya bisa berbaring di ranjang. Bukan sang istri yang merawatnya, tapi sang ibu mertua, satu-satunya keluarga yang sekarang ia punya. Semula memang ada perawat yang menjaga. Kadang sang ibu  mertua datang,  bertanya keadaannya. Tapi pada akhirnya hanya ada sang ibu mertua.

Dari tempatnya berbaring, Oh Gi  bisa melihat kebun yang sekarang menjadi tak terurus.  Padahal dulu ia dan sang istri berusaha menjadikan kebun tersebut sebagai tempat yang indah. Bahkan mereka beberapa kali mengadakan acara di sana. Betapa terkejutnya ia ketika melihat ada beberapa pekerja sedang membuat lubang di sana atas instruksi ibu mertuanya.

Beberapa waktu belakangan, sebenarnya Oh Gi mulai merasa ada yang aneh dengan sikap sang ibu mertua. Ia menemukan banyak barang milik sang ibu sudah berada di rumahnya. Belum lagi kadang sang ibu mertua masuk ke dalam kamar lalu menatapnya lama. Ia merasa khawatir. Timbul rasa was-was apakah sang ibu mertua menyimpan dendam padanya karena ia selamat, sementara sang istri yang merupakan anak tunggal justru meninggal.  Atau, semua hanya praduganya semata.

Berbagai upaya menyampaikan rasa keanehannya malah ditanggapi lain oleh banyak pihak. Mereka justru merasa seharusnya Oh Gi bersyukur ada ibu mertua yang merawatnya.  Rasa penasaran dan ketakutannya, menjadi sebuah kekuatan yang membuatnya mulai mampu bergerak walau sedikit.

Selanjutnya? Apa yang sebenarnya sedang diperbuat oleh para pekerja di halaman? Untuk apa lubang besar tersebut? Beli dan baca makanya he he he!

Secara garis besar, kisah ini cukup menegangkan. Pembaca diajak memandang dunia dari sisi seorang yang tak bisa bergerak. Dunia Oh Gi berubah hanya sebatas tempat tidurnya saja. Komunikasi yang ia lakukan hanyalah  melalui kedipan mata. Bayangkan betapa tersiksanya dia ketika ada hal yang butuh penjelasan, tidak cukup hanya dengan satu kedipan untuk iya dan dua kedipan untuk tidak.

Pesan moral yang bisa kita petik antara lain mengajak pembaca bersyukur akan kondisi diri yang dapat bergerak bebas. Masih dapat beraktivitas dengan leluasa dan berkomunikasi dengan baik. Baik melalui pembicaraan atau bahasa isyarat.  Dari yang bisa bergaul dengan leluasa, sekarang hanya bisa merasakan kesendirian. Kita lebih beruntung! Setidaknya  hidup tidak tergantung pada orang lain.

Akhir kisah bisa bermakna ganda, tergantung pada penafsiran dan imajinasi pembaca. Bagi saya, sosok ibu mertua Oh Gi justru yang membuat kisah menjadi seru! Sosoknya yang berkesan misterius, berpenampilan tenang sekaligus dingin ditambah keahliannya membuat orang tidak nyaman dengan ucapannya, jelas bukan tipe mertua yang diharapkan mengurus diri yang sedang lumpuh. Terbayangkan bagaimana perasaan Oh Gi.

Perihal akhir kisah, mungkin saya malah membayangkan sang ibu membuat lubang untuk menuntaskan urusan di halaman 214. Atau bisa juga memang punya niat jahat pada Oh Gi. Dendam karena anak semata wayangnya meninggal dan ia harus mengurus Oh Gi sendirian diusia yang tidak muda lagi. Siapa yang bisa menebak hati orang. Bagaimana akhir kisah ini menurut Anda?

Lalu kenapa saya memberikan bintang 3.45/5 untuk kisah yang sukses masuk dalam daftar 10 Novel Thriller Terbaik Versi Majalah Time tahun 2017, dan menjadi nominasi penerima pengharaagn Shirley Jakcson Award tahun 2017? Kekurangan buka pada alur cerita, atau pada alih bahasa yang kurang pas.  

Sebenarnya karena saya sebal ketika membaca blurb (untuk yang lupa apa itu blurb, bisa dilihat pada tautan berikut). Seakan sudah diberi tahu bocoran kisah. Keteganganya jadi agak berkurang, rasa penasaran menguap sebagian. Rasanya seperti ada yang orang yang bercerita mengenai akhir sebuah buku yang sedang kita baca. Atau akhir film yang sedang kita tonton. Menyebalkan rasanya!

Cukup menegangkan!


Sumber gambar:
http://goodreads.com