Rabu, 29 April 2020

2020 #20: Menikmati Aneka Kisah Mitologis Dari Tanah Air

Judul asli: Dewi Duri dan Cahaya Kunang-kunang: Sehimpun Cerita Mitologis
Editor: Triyanto Triwikromo
ISBN: 9786024812669
Halaman: 192
Cetakan: Pertama-Februari 2020
Penerbit: KGP
Harga: Rp 65.000
Rating: 3.5/5

"Agnum su tubhyam varuna svadhavo, hrdi stoma upasritas cid astu sam nah kseme sam u yoge no astu, yuyam pata svastibhih sada nah."

Semoga pujaan ini berkesan pada-Mu, O Maruna yang bebas. Semoga kami selamat dalam beristirahat, semoga kami selamat dalam bekerja. Lindungi kami dengan berkahmu.

~Mantra pemujaan terhadap dewa samurera, air, dan langit Maruna,  Kesatria Pulau Garam, Mega Fitriyani, halaman  59~

Sebenarnya sudah lama sejak saya tahu bahwa Mas Yudhi Herwibowo memenangkan Sayembara Penulisan Cerpen Mitologi yang diselenggarakan oleh Universitas Ivet Semarang pada tahun 2018. Namun baru pada tahun 2020 karyanya bersama karya beberapa penulis lain bisa dinikmati dalam bentuk buku.

Dalam buku ini, terdapat 16  kisah yang dikemas ulang dari mitos  yang ada di tanah air hingga menciptakan sebuah mitos baru. Beberapa kisah sudah mengalami penyesuaian dengan kondisi saat ini. Tentunya dengan tujuan agar mudah diterima oleh pembaca.

Karya Mas Yudhi yang berjudul Dewi Duri, sepertinya tak perlu diberikan komentar lagi. Karena pembaca bisa membaca ulasannya dari sang editor pada halaman xxii-xxv, lumayan panjang bukan? Bisa dianggap sebagai wujud pertanggungjawaban panitia mengapa memilih  Dewi Duri sebagai pemenang pertama.

Secara singkat, kisah tersebut memberikan sebuah jawaban kenapa tangkai bunga mawar dipenuhi duri. Ciri khas Mas Yud berupa akhir yang bisa beragam, tergantung pemahaman pembaca, diberikan istilah apera aperta oleh editor. Mengacu pada ungkapan Umberto Eco  dalam The Role of the ReaderJika ingin lebih jelas, silakan baca catatan kakinya di halaman xxv ^_^.

Demikian juga dengan kisah Mengapa Kunang-kunang Sudah Tak Ada Lagi karya Prihadi Kurniawan, serta  kisah Ketika  Bumi Berbentuk Kubus karya Rio Johan. Sebagai pemenang sayembara, keduanya juga mendapat ulasan yang lumayan panjang pada esai yang dibuat oleh sang editor.

Sementara untuk karya lainnya seperti Sadam dan Sadam  (Sudya Gemilang), Perang Anak-anak  Langit (Ruwi Meita), Perihal Tiga  Butir Telur Dewa Antaboga di Dalam Hikayat Dendam Ular dan Katak Sawah (Guntur Alam), Kesatria Pulau Garam  (Mega Fitriyani), Nenekku Buaya (Munar Muhtar), Dewi Pohong (Mira Tri Rahayu) dan lainnya, diberikan ulasan singkat saja.

Kisah Perihal Tiga  Butir Telur Dewa Antaboga di Dalam Hikayat Dendam Ular dan Katak Sawah, memporak-porandakan hikayat Dewi Sri yang selama ini dikenal masyarakat. Bagi para petani Dewi Sri adalah pelindung bagi padi yang mereka tanam, karena padi adalah penjelmaan dari Dewi Sri.
Tapi dalam kisah ini, justru Dewi Sri menjadi ular sawah, sementara padi merupakan dua saudara kembarnya yang buruk rupa dan jahat.

Jika pada umumnya seorang ibu akan melakukan apa saja demi keselamatan anaknya, maka dalam kisah ini justru sang ibu lebih mementingkan keselamatqn dirinya hingga rela membunuh  anaknya sendiri. Meski setelah itu ia menangis makam  anaknya selama beberapa waktu.

Membaca kisah Nenekku Buaya dari Munar Muhtar, mengingatkan pembaca akan Teori Darwin. Digambarkan bahwa binatang berevolusi untuk bisa bertahan hidup.  Dimulai dari   buaya yang berusaha mencari sumber makanan baru,  beberapa berevolusi menjadi seba (monyet), kemudian dalam kisah ini ada yang berevolusi menjadi  tau (manusia).

Meski digambarkan bahwa tau,  seba,  dan buaya merupakan satu keturunan yang berevolusi, dikisahkan kenapa buaya tidak suka jika ada tau dan seba  yang memasuki daerah kekuasaannya. Seba bisa dikatakan cukup tahu diri dengan berusaha seminim mungkin berurusna dengan buaya.

Tapi tidak dengan tau. Seiring jumlah yang bertambah, tau bahkan mulai menguasai tempat tinggal seba. Bahkan mulai memasuki wilayah buaya hingga mengakibatkan  kemarahan mereka.  Kisah yang unik.

Pada bagian akhir buku, terdapat semacam informasi seputar penulis yang karyanya ada dalam buku ini. Beberapa nama menyajikan informasi yang lumayan padat. Tapi ada juga penulis yang hanya diberikan informasi tempat di mana ia tinggal saja.  

Umumnya para penulis  memang sudah memiliki pengalaman yang mumpuni untuk bisa meraih penghargaan dalam sayembara ini. Namun terdapat juga beberapa penulis yang usianya terbilang muda. 

Hal ini sungguh menggembirakan! Minimal melalui kegiatan ini, sudah  muncul beberapa penulis muda berbakat yang masih memiliki banyak waktu untuk terus mengembangkan kariernya  dalam dunia penulisan.

Buku ini juga akan memanjakan pembacanya dengan aneka ilustrasi yang menawan. Tiap kisah dilengkapi dengan satu halaman penuh ilustrasi hitam-putih. Untuk kover, diambil dari ilustrasi Dewi Duri dengan sentuhan warna sehingga lebih menarik  minat pembaca yang melihatnya. Saya paling suka ilustrasi di halaman 119, dari kisah Dewa Hutan dan Kutu Api (Abdul Hafedz Mubarak).

Saya  juga terhibur hingga tertawa, ketika membaca kalimat di halaman 117. Terdapat kalimat yang menyebutkan merek sebuah alat rumah tangga plastik kenamaan, Tupperware. Begitu terkenalnya hingga menimbulkan fenomena dikalangan ibu rumah tangga, sehingga penulis menjadikannya sebagai salah bagian dari cerita Dewi Hutan dan Kutu Api.

"Perhatikan," bisiknya kemudian, "Tupperwere!" dan dalam sekejap kertas mantera itu berganti wujud menjadi sebuah benda kotak dengan warna mencurigakan. "Ini dapat digunakan untuk menyimpan makanan agar tetap segar dan tidak mudah rusak."

Secara keseluruhan, kisah yang ada akan membuat pembaca mendapat bacaan dari sisi yang berbeda. Mitologi memang masih jarang dilirik penulis untuk diolah menjadi kisah menarik. Maka sayembara ini sungguh merupakan langkah awal yang layak diacungi jempol.


Oh ya, bagi mereka yang masih kurang paham mengenai apa itu mitologi, bisa diintip pada KKBI, tepatnya di sini.  Jadi ingat  juga beberapa kalimat dalam  dalam Classical Mythology karangan Mark P.O Morford dan Robert J. Lenardon. 

Disebutkan bahwa Myth is a comprehensive (but not exclusive) term for stories primarily concerned with the gods and humankind's relations with them. Saga, or legend (and we use the words interchangeably), has a perceptible relationship to history; how-ever fanciful and imaginative, it has its roots in historical fact.These two categories underlie the basic division of the first two parts of this book into "The Myths of Creation: The Gods" and "The Greek Sagas: Greek Local Legends." Interwoven with these broad categories are folktales, which are often tales of adventure, sometimes peopled with fantastic beings and enlivened by ingenious strategies on the part of the hero; their object is primarily, but not necessarily solely, to entertain. Fairytales may be classified as particular kinds of folktales, defined as "short, imaginative, traditional tales with a high moral and magical content;" a study by Graham Anderson identifying fairytales in the ancient world is most enlightening.

Sebuah buku yang layak berada dalam rak buku penggemar kisah mitologi.



Senin, 27 April 2020

2020 #19: Jakarta Ketika Saat Itu


Judul: Djakarta Dewasa Ini
Halaman: 295
Tahun Terbit: 1957
Penerbit: Djawatan Penerangan Kota Praja Djakarta Raya
Rating:3/5

Indonesia sedang berjuang melawan Covid-19. Banyak yang bisa kita lakukan untuk membantu. Cara yang paling  adalah dengan diam di rumah. 

Dengan diam di rumah maka Anda membatasi interaksi dengan orang lain, hal ini akan memutus mata rantai penyebaran virus. Mudah bukan? Hanya diam di rumah saja saja telah berbuat sesuatu bagi bangsa tercinta.

Kita harus pandai mensiasati keadaan hingga tidak merasa jenuh di rumah. Bagi saya penggila buku, cara yang paling budah adalah membereskan rak buku dan membabat habis timbunan yang selama ini hanya dipandang saja he he he.

Maklum, sebagai penganut Hukum Kekekalan Timbunan, yang utama adalah timbun dulu, baca kemudin. Saat ini menjadi waktu  yang tepat untuk mulai babat timbunan. Sekaligus  menatanya dalam rak.Tak sengaja, saya menemukan ini. Sepertinya menggoda, mari kita baca.

Saya agak ragu, ini majalah atau buku? Melihat isinya yang banyak memuat aneka iklan, layak disebut majalah. Namun melihat artikel yang ada lalu melihat tulisan  Isi Buku, bisa jadi ini adalah buku.

Sementara kita anggap saja ini adalah buku yang dicetak dengan mengandalkan banyak iklan untuk menutupi biaya cetak. Bukankah sekarang saja banyak buku seperti itu? Kita sebut buku saja kalau begitu.

Ternyata pada Kata Pengantar, penasaran saya terjawab. "....Dan achirnya kepada para pemasang iklan tidak lupa pula kami haturkan terima kasih." Pantas, banyak sekali iklan yang ada. Iklan yang ada begitu beragam, ada iklan tentang kantor lelang, pabrik roti, bank, pabrik kapal,  hotel, perusahan import-export, dan banyak lagi. Ukurannya juga beragam dari satu halaman penuh hingga 1/4 halaman.

Secara garis besar, buku ini berisi tentang aneka informasi mengenai  Jakarta sebagai Ibukota negara. Disajikan dalam bentuk  8 artikel utama yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Upaya melakukan alih bahasa artikel merupakan hal yang patut diacungi jempol. Hal ini bermanfaat guna mengenalkan keberadaan Jakarta bagi warga asing.

Tata letak yang kurang tepat membuat saya mengira tak semua artikel diterjemahkan. Susunannya semua artikel dalam bahasa Indonesia dahulu, baru terjemahan dalam bahasa Inggris. Namun ternyata setelah artikel Sedjarah Ringkas,  langsung diletakkan artilel versi bahasa Inggrisnya, History.

Upaya melakukan alih bahasa artikel merupakan hal yang patut diacungi jempol. Hal ini bermanfaat guna mengenalkan keberadaan Jakarta bagi warga asing, apalagi ketika buku ini terbit pada tahun 1957, situasi Indonesia belum seperti saat ini. Sayangnya, ilustrasi berupa foto yang ada dalam artikel bahasa Indonesia tidak ditemukan dalam versi alih bahasanya. Demikian juga sebaliknya.


Pada   bagian buku, terdapat  informasi alamat-alamat  yang dianggap perlu diketahui oleh masyarakat luas. Misalnya alamat Menteri Kabinet XVIII, Kelurahan, Perwakilan Luar Negeri, Organisasi Pedjuang Daerah, Bank, hingga Toko Keriting  Rambut dan Perusahaan Bunga, dan masih banyak lagi. Bahkan ada nama, alamat dan serta nomor telepon wartawan perwakilan kantor berita asing.

Pada artikel pendidikan, diuraikan mengenai jumlah sekolah yang ada di Jakarta saat itu. Sekolah rakyat (baik negeri atau swasta-disebut partikelur dalam buku ini) jumlahnya bertambah dengan signifikan, naik nyaris  3 kali lipat sejak zaman  penjajahan Belanda.

Disebutkan juga mengenai minat yang tinggi untuk memasuki perguruan tinggi. Hal ini membuat bermunculan berbagai perguruan tinggi dan akademi swasta yang diakui oleh pemerintah.  Demikian juga kementrian yang mengadakan akademi, jumlahnya lumayan banyak.

Sedangkan pada bagian Sedjarah Singkat, pembaca akan diingatkan  mengenai asal mula kota Jakarta. Dimulai dari nama Sunda Kelapa aebagai pelabuhan Kerajaan Padjajaran, Djajakarta,  kedatangan Jan Pieterzoon Coen,  diadakannya trem asap pada tahun 1818, pembentukan Sekolah Tinggi Kehakiman tahun 1924, Stovia pada tahun 1927, hingga  pembacaan proklamasi tahun 1945.

Dimulai dengan tiga  iklan satu  penuh, lalu gambar pohon kelapa di pinggir pantai, pembaca akan diajak menyelusuri Jakarta dalam arti yang berbeda dengan kondisi saat ini. Bagi mereka yang lahir sesudah tahun 1957, ini bisa menjadi informasi yang berguna. 

Bahkan jika kita perhatikan iklan yang ada secara seksama, kita bisa mendapat gambaran mengenai kondisi sosial pada saat itu. Apa usaha yang sedang berjalan, kebutuhan masyarakat, hingga  bagaimana iklan yang menarik saat itu.


Harap dimaklumi, karena buku ini dicetak dengan dana dari pemasangan iklan, maka sangatlah wajar jika lebih banyak iklan dari pada artikel yang ada dalam buku ini. 

Oh ya, saya juga menemukan beberapa gambar sebagai pemantas. Misalnya gambar Kampus FKUI di Salemba, Danau Lembang, kebun nanas dan jeruk di Pasar Minggu, serba beberapa foto menarik lagi.

Melihat tulisan Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya pada kover, saya merasa agak heran kenapa buku ini bisa berada dalam timbunan saya. Sebenarnya berada dalam timbunan hasil IRF yang diselenggarakan oleh Goodreads Indonesia beberapa tahun lalu. 

Dugaan saya, buku ini dianggap majalah lalu tak ada yang ingin mengadopsinya. Akhirnya buku ini terdampar ditimbunan buku yang saya bawa pulang. Pada akhir kegiatan, buku-buku yang tersisa di meja bookswap memang disumbangkan pada beberapa taman bacaan. Entah  bagaimana ini bisa berada dalam timbunan saya.

Anggap sajalah memang jodohnya  buku ini ada pada saya.












Minggu, 19 April 2020

2020 #18: Kisah Perjalanan Sebilah Keris Sakti

Judul asli: Sang Keris
Penulis: Panji Sukma
ISBN: 9786020638577
Halaman:110
Cetakan: Pertama-Februari 2020
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 65.000
Rating: 3.25/5

Sensasi baru kembali kau rasakan. Sepintas kau teringat dengan sensasi itu, sebuah sensasi saat kau digunakan tuanmu untuk menusuk seorang raja yang dianggap sebagai keturunan Wisnu, darah raja itu mengalir melewati dirimu dan sejak saat itu kau tak pernah lagi menikmati merasakan sensasinya. 
~Sang Keris~

Suatu saat,  tanpa sengaja saya melihat foto tentang peluncuran buku yang merupakan Pemenang Kedua Sayembara Lomba Dewan Kesenian Jakarta 2019  di laman FB Mas Teguh Afandi.  Penasaran juga dengan judul yang cukup unik.

Sejauh ini,  saya percaya akan rekomendasi buku yang  beliau berikan. Mungkin saja, rekomendasi dilakukan terkait tugasnya sebagai editor. Namun ketika secara pribadi saya tanyakan bagaimana tanggapannya tentang kisah ini, dan mendapatkan jawaban yang makin membuat penasaran, segera buku ini menambah panjang daftar belanja.

Keteledoran saya yang membuat buku ini tertumpuk sehingga terlewat untuk segera dibaca. Tapi begitulah jodoh saya dengan buku ini, ketika mencari bacaan ringan sebelum tidur, buku ini menampakkan dirinya ^_^. 

Dengan ilustrasi wajah  yang nyaris memenuhi seluruh kover, dan dominasi warna bernuansa coklat, buku ini akan mampu  membuat penikmat buku 
setidaknya melirik tumpukan buku ini saat dipajang di toko  buku. 

Jika diperhatikan dengan seksama, ilustrasi wajah yang terpasang menjadi pertanda setting kisah dalam buku ini. Sejak zaman kerajaan  Jawa kuno hingga saat ini. Oh ya, ilustrasi keris justru tersembunyi pada bagian dalam. Begitu pembaca membuka plastik pembungkus buku, akan terasa ada bagian kover yang  sengaja ditekuk. Di sanalah ilustrasi tokoh kita tercetak dengan menawan. 

Sebagai sosok yang dibesarkan dalam budaya Jawa, saya tentunya mengenal keris. Dalam artian saya tahu  wujud keris, bagaimana cara merawat, serta makna keris dalam kehidupan. Walau tak cukup mendalam, tapi cukup untuk menghargai proses pembuatan sebuah keris dan memahamai maknanya dalam kehidupan.

Kata "Keris" pada judul jugalah yang menjadi  pemikat  utama untuk membaca buku ini.  Maafkan minimnya pengetahuan saya seputar bacaan yang pernah diterbitkan, namun saya belum pernah menemukan dan membaca  kisah yang menjadikan sebilah keris sebagai tokoh utama (jika ada yang tahu tolong kabari saya ya). Tentunya buku ini menawarkan sesuatu yang beda dari versi saya. 

Setelah membaca,  saya jadi tahu, ini bukan  kumpulan cerpen dengan benang merah keris. Tapi merupakan sebuah buku yang menjadikan keris 
Kanjeng Kyai Karonsih  sebagai tokoh utama  dengan rentang waktu peristiwa dari zaman Kerajaan Jawa Kuno, Majapahit hingga Indonesia pada abad 21. 

Dengan halaman yang hanya seratusan, banyak hal  yang menjadi serba tanggung bagi pembaca pencinta detail seperti saya. Tiap bab menyajikan kisah yang berbeda dengan kisah yang lain, sehingga tiap kisah  menurut saya bisa dikembangkan menjadi kisah yang lebih menarik lagi. 

Ketika saya membaca pertanggungjawaban juri pada blurd,  "... beberapa dapat berdiri sebagai cerita  tersendiri...." ternyata apa yang saya rasakan ketika membaca buku ini serupa dengan penilaian dewan juri. Siapa tahu, kelak  penulis mengembangkan beberapa bab menjadi kisah yang lebih  menarik lagi. Apa saja bisa terjadi bukan?

Konsekuensinya tentu akan menambah jumlah halaman yang ada pada tiap bab, secara otomatis menambah keseluruhan jumlah halaman buku. Maka harga  jual tak akan menjadi seperti yang sekarang. Karena perubahan  ketebalan buku otomatis  akan berpengaruh pada harga jual. 

Dari Buku Tosan Aji: Pesona Jejak Prestasi Budaya
oleh Prasida Wibawa
Sementara itu, penerbit juga harus memperhatikan tingkat kemampuan daya beli masyarakat, pada lagi dalam situasi seperti sekarang. Suatu hal yang mungkin akan menjadi pertimbangan penerbit jika ingin melakukan cetak ulang dengan revisi. Kembali, siapa tahu? Optimis sajalah kita ^_^.

Keris Kanjeng Kyai Karonsih diceritakan merupakan keris yang memilki kesaktian luar biasa. Kadang ia sukarela membantu sang pemilik, dilain waktu ada rasa enggan untuk melakukan sesuatu. Keberadaanya berpindah-pindah dari seorang empu, preman pasar, raja, penari, hingga terpasang di sebuah museum. Bahkan ada saatnya ia tak berwujud keris. 

Para tokoh yang lumayan banyak, mengikuti kisah yang beragam ada 15 kisah membuat para tokoh mendapat "jatah" tampil yang sangat singkat. Sepertinya saya  baru mulai akrab  beberapa tokoh, cerita sudah berganti dengan tokoh baru lagi.  

Saya coba mengingat beberapa nama tokoh, yang muncul adalah nama Lembu Peteng, Arya Matah, Ki Ageng Mangir, Ki Narto Sabdo, Suji, Raden Patah serta Perempuan Perancis. Tak banyak ternyata.

Beberapa nama mengusik ikatan saya akan cerita yang pernah saya dengar atau baca. Lembu Peteng misalnya. Kisahnya lumayan sering dibagikan dalam berbagai bentuk. Kisah romantis antara Ki Ageng Mangir dengan putri musuhnya juga kerap disampaikan secara lisan, kebenarannya memang masih harus dikaji ulang.  Atau sosok dalang legendaris Ki Narto Sabdo yang selalu sukses memukau penonton  ketika beraksi.

Jika telaah lebih lanjut, Keris Kanjeng Kyai Karonsih mewakili watak manusia dalam kehidupan. Ketika ia merasa besar kepala dan tersanjung ketika berhasil membantu seseorang menjadi raja, mirip dengan sifat seseorang yang menjadi sombong ketika meraih kedudukan tertentu.

Lain waktu, ketika ia dianggap sudah berjasa dan disimpan dalam tempat khusus di ruang senjata, bahkan sang raja sudah mulai jarang menemuinya, ada rasa tercampakkan. Sangat mirip dengan banyak orang yang mendadak merasa kehilangan wibawa ketika sudah memasuki masa purna bakti. Perlakuan orang dirasakannya berbeda ketika ia masih menjabat.

Selain mendapat hiburan dengan membaca kisah ini,  penulis memberikan banyak informasi mengenai kebudayaan  Jawa bagi pembaca. Bentuknya bisa dalam penyebutan sesuatu hal dalam sebuah kalimat lalu dijelaskan dalam catatan kaki, atau menjadikannya sebagai bagian dari setting kisah. 

Penyebutan empat unsur besi alam yang ada dalam keris pada halaman 6 misalnya, merupakan contoh pemberikan informasi budaya Jawa yang langsung 
melekat pada kisah. Demikian juga  pada halaman 38.  Ketika  Empu Jati Kusuma  sedang meminta Dewi Sasmitarasa  menjelaskan  mengenai bagian keris.

Untuk pengenalan yang diberikan sebagai catatan kaki, biasanya berupa ungkapan atau istilah yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, bisa dilihat pada halaman 1, yaitu berupa catatan kaki untuk kata wilah-besi sumber suara pada gamelan, serta demung-salah satu nama inatrumen gamelan. 

Bagi pembaca yang kurang memahami bahasa Jawa, catatan kaki  yang ada memang sangat membantu untuk memahami kisah. Meski beberapa kata terkait keris sebenarnya sudah menjadi kata umum yang bisa dilihat di KBBI. 

Namun dengan jumlah yang lumayan banyak, kesannya terlalu berlebihan saja. Saya melihat ada 90 catatan kaki. Luar biasa bukan! Dilain sisi, hal ini 
menciptakan suasana Jawa yang kental dalam kisah. 

Membaca buku ini membuat saya jadi teringat akan buku Sejarah Keris  dari Arief Staifuddin Huda. Disebutkan pada halaman 45, bahwa  kata keris tertua tercatat pada prasasti  Tukmas yang ditemukan di Karangtengah yang berangka tahun 650 M.  Sementara itu, masih dari buku yang sama, pada halaman 29 terdapat gambar  parung Bhairawa  Sumatra Barat, dimana pisau yang digenggam menurut  Karsten Sejr Jensen adalah  cikal bakal keris.
Dari Buku Petunjuk Praktis Merawat Keris
oleh Ki Dwidjosaputroption

Membaca nama beberapa empu, saya teringat akan semacam daftar nama empu  dan hasilnya dari buku Tosan Aji: Pesona Jejak Prestasi Budaya karangan Prasida Wibawa di halaman 58-59. Lumayan banyak juga ternyata. 

Meski keris sudah cukup dikenal dalam masyarakt, namun tak semua orang tahu mengenai bagaimana cara yang benar membuka dan menyarungkan keris. Apalagi membawanya. Membuat saya membuka buku Petunjuk Praktis Merawat Keris dari Ki Dwidjosaputra. Ternyata ada langkah tertentu yang harus dilakukan. 

Secara singkat, menurut saya ini merupakan sebuah novel yang menawarkan alur non-liner bagi pembaca yang mencari bacaan unik. Apakah Anda berani menikmati sebuah kisah yang tak biasa?

Sumber gambar:
1. Tosan Aji: Pesona Jejak Prestasi Budaya oleh Prasida Wibawa
2. Petunjuk Praktis Merawat Keris oleh Ki Dwidjosaputro





Selasa, 07 April 2020

2020 #17: Kisah Hilangnya Sang Pangeran



Judul asli: Misteri Hilangnya Pangeran Oleomargarin
Penulis: Mark Twain & Philip C. Stead
Ilustrasi: Erin Stead
Penerjemah: Ingrid Nimpoeno
Penyunting: Yuli Pritania
ISBN: 9786232420809
Halaman: 156
Cetakan: Pertama-Januari 2020
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 98.000
Rating:3.25/5

"Biji-biji ini hanya boleh ditanam dalam keadaan sangat genting. Lalu, tunggu hasilnya dengan percaya diri. Biji-biji ini harus ditanam pada musim semi, disiram pada saat fajar dan tepat tengah malam. Rawatlah terus-menerus, pertahankan hati yang murni. Hindari keluhan. Ketika sekuntum bunga muncul, santaplah. Itu akan mengeyangkanmu, dan kau tidak akan pernah merasakan kekosongan lagi."

~Misteri Hilangnya Pangeran Oleomargarin~


Punya seorang ayah yang jago mengarang memang menjadi keuntungan tersendiri bagi anak-anaknya. Demikian juga bagi putri-putri Mark Twain. Mereka memilih sebuah gambar lalu meminta sang ayah bercerita berdasarkan gambar tersebut.


Suatu ketika mereka memilih gambar anatomi tubuh dan meminta sang ayah menceritakan sebuah kisah. Guna menghibur keduanya, Mark Twain membuat kisah tentang Johnny si bocah ajaib yang memiliki biji sihir. Sayangnya kisah itu hanya berupa draf saja, Twain tak sempat menyelesaikannya menjadi sebuah kisah utuh.

Berkat  campur tangan  Pbilip serta Erin Stead, kisah tersebut bisa diselesaikan hingga menjadi sebuah buku  cantik. Keduanya telah memenangkan  Caldecott Medal melalui A Sick Day for Amos McGee. Info lebih lanjut tentang penghargaan tersebut bisa dilihat di 
sini.

Buku yang terdiri dari  11 bab dengan aneka ilustrasi yang menawan, mengajak kita menikmati sebuah kisah unik.  Tentang seorang anak laki-laki bernama Johnny tinggal bersama kakeknya dan seekor ayam betina yang memiliki nama unik, Wabah dan Kelaparan. 

Suatu ketika sang kakek memerintahkan Johnny untuk menukar ayam dengan sesutu yang bisa mereka makan. Alih-alih makanan, Jhonny malah menukarkannya dengan biji-biji berwana biru. Petualangan tak terduga  dimulai sejak ia menerima biji tersebut.

Sesuai instruksi, ditanamnya biji-biji dengan penuh kasih sayang. Ia berharap dari biji-biji tersebut tumbuh sesuatu yang bisa menyelesaikan urusan perutnya selama ini. Tak sabar ia menunggu saatnya panen tiba. Ternyata Biji-biji tersebut membuatnya bisa memahami bahasa hewan. 

Semula ia hanya merasa senang dan bahagia bisa hidup dan bercakap-cakap dengan banyak hewan. Ia tak mengira pengetahuan tersebut tenyata  berguna untuk memenangkan sayembara mencari Pangeran Oleomargarin yang hilang. Bukan tugas yang mudah, tapi Johnny mendapat bantuan dari para hewan.

Maafkan ingatan saya yang agak lambat. Kisah Johnny  menukarkan ayamnya dengan dengan biji yang dianggap tidak berharga oleh sang kakek, membuat saya berusaha mengingat kisah yang serupa. Tentang seorang suami yang menukarkan barang bawaannya dengan sesuatu sepanjang perjalannya ke pasar. 

Sementara bagian Johnny mampu memiliki keahlian bisa bahasa hewan, menyeret pikiran saya pada kisah Dr Dollitle. Meski berbeda kisah namun kemiripannya terlihat. Terutama bagian dimana para hewan bersatu membantu Johnny.

Bagi mereka yang menyukai kisah dengan tema binatang, maka buku ini sangat layak dijadikan koleksi. Apalagi dengan buku yang dicetak secara hard cover, buku ini akan menjadi koleksi yang menarik terutama bagi mereka yang menyukai karya-karya Mark Twain.

Sebenarnya saya tidak yakin apakah kisah ini bisa dinikmati oleh anak-anak. Meski ilustrasinya sangat memanjakan mata, namun urusan kalimat yang tersusun menjadi kisah sepertinya perlu mendapat pertimbangan ulang.

Jelas bukan salah penerjemah. Kita memang tidak bisa berharap mendapatkan kisah yang spektakuler dari kisah yang diselesaikan oleh orang lain. Apa lagi penulis awal dan yang menyelesaikan sama sekali tak pernah bertemu (jelas itu!) sehingga persepsi keduanya tentang suatu hal belum tentu sama.

Mungkin juga karena pada beberapa bagian kisah diselingi dengan  diskusi imajiner antara Mark Twain dengan Philip Stead. Bagian ini agak mengganggu kenikmatan membaca. Mungkin maksudnya agar pembaca bisa paham mengapa bagian tersebut dibuat demikian.

Untunglah ilustrasi yang sungguh menawan mampu menutupi segala kekurangan yang ada. Gambar yang ada seakan hidup. Saya bahkan merasa dari tiap ilustrasi yang ada, penbaca bisa menciptakan sebuah kisah pendek sendiri.

Jika Anda termasuk orang tua yang masih membacakan kisah bagi anak sebelum tidur, buku ini bisa dijadikan pilihan sebagai buku dongeng sebelum tidur. Bisa saja Anda justru terinspirasi dengan gambar yang ada dan penciptakan sebuah kisah versi Anda dan anak.

Walau dicetak dengan huruf dan gambar timbul pada kover, latar belakang warna putih memberikan kesan yang agak suram. Andai dibuat dengan memilih latar yang lebih cerah, tentunya akan makin menarik untuk dilihat. Anak-anak juga akan makin menyukainya.

Terlahir dengan nama  Samuel Langhorne Clemens  pada 30 November 1835. Ketika Perang Saudara pada tahun 1860, ia memutuskan mengubah namanya menjadi Mark Twain yang berarti dua depa dalamnya, sebuah istilah yang dipergunakan awak kapal sungai bila mengukur kedalaman air.

Mark Twain meninggal 21 April 1910 pada umur 74 tahun. Beberapa karyanya yang paling terkenal adalah The Adventures of Huckleberry Finn, The Adventures of Tom Sawyer, The Prince and the Pauper, A Connecticut Yankee in King Arthur's Court serta satu buku non fiksinya, Life on the Mississippi.

Sumber gambar:
Buku Misteri Hilangnya Pangeran Oleomargarin 

Jumat, 03 April 2020

2020 #16: Memahami Diet & Detoks Gadget

Penulis: Azimah Subagijo
ISBN: 9786232420984
Halaman: 103
Cetakan: Pertama-Februari 2020
Penerbit: Naura Books
Harga: Rp 49.000
Rating:3.25/5

Diet & Detoks Gadget: Kiat Bebaskan Diri dan Keluarganya dari Kecanduan Gadget (2019), merupakan sebuah buku yang penuh dengan aneka informasi terkait problem yang belakangan ini banyak dihadapi orang tua, kecanduan gadget.

Seharusnya gadget menjadi hal yang bermanfaat jika dipergunakan dengan benar. Buku ini akan memberikan ulasan mengenai dampak dari pemanfaatan gadget yang tak tepat, termasuk bagaimana cara mengatasi hal tersebut.

Buku yang sarat pengetahuan ini akan membuka wawasan pembaca, terutama para orang tua dan guru, banyak hal terkait kecanduan gadget pada anak, antara lain;
1. Tanda anak kecanduan gadget;
2. Dampak negatif secara fisik dan psikis akibat kecanduan gadget;
3. Peranan guru dalam mengatasi kecanduan gadget;
4. Memahami tentang diet gadget;
5. Seputar detoks gadget.

Memasuki era Revoluasi  4.0, keberadaan gadget menjadi sangat penting. Berdasarkan KBBI, gadget yang berarti peranti (perangkat) elektronik  atau mekanik yang memiliki fungsi praktis. Umumnya orang mengidentikan gadget dengan telepon pintar, tablet, dan notebook.

Disamping manfaat, gadget juga ternyata membawa bahaya jika tidak dimanfaatkan secara bijak. Aneka kemudahan yang ditawarkan misalnya, malah membuat orang menjadi tergantung.

Apakah anak  Anda begitu asyik hingga menghabiskan banyak waktu dengan gadget? Bahkan sering mempergunakannya waktu dan tempat yang tak lazim? Seakan ia begitu enggan terpisah dari gadget yang ia miliki

Anak Anda lebih menyukai berinteraksi melalui gadget daripada dengan orang? Ia juga akan merasa kesal jika diminta meletakkan gadget ketika sedang berbicara dengan Anda. Ia juga selalu meletakkan gadget di mana ia bisa melihatnya dengan jelas seakan ia akan kehilangan informasi  penting jika terlalu lama tidak mengecek gadgetnya.

Anak sering mengecek gadget karena tak ingin ada informasi  yang hilang ketika mereka tak melihat gadget. Hal ini.dikenal dengan nama FoMo-Fear of Missing Out. Bagaimana? Anda temukan hal tersebut dalam diri anak Anda? Jika demikian maka ia sudah terkena nomophobia-ketakutan beraktivitas  sehari-hari tanpa gadget

Dalam buku ini, ada beberapa pertanyaan yang diajukan. Jika jawaban Anda memenuhi skala tertentu, maka Anda bisa dikategorikan sebagai pengguna gadget biasa, nyaris kecanduan, atau malah sudah kecanduan. Hem..., saya masuk kategori mana ya,coba ah.

Cara yang bisa diambil untuk mengatasi gangguan gadget adalah melalui detoks dan diet gadget. Penulis memberikan banyak saran yang sangat bermanfaat bagi orang tua dan guru guna mencegah dan mengatasi kecanduan gadget pada anak.

Meski hanya terdiri dari 103 halaman, buku ini bisa membuat para pembacanya, terutama orang tua dan guru, menjadi lebih memahami akan bahaya gadget. suatu hal yang sering dianggap sepele oleh banyak orang. 

Buku ini sangat perlu dibaca oleh para orang tua yang ingin membelikan anaknya gadget; para pemerhati dunia anak dan remaja; para psikolog & psikiater; tentunya juga para guru.

Meski judulnya mengandung unsur diri dan keluarga, namun ternyata isinya lebih banyak ditujukan bagi anak. Memang bisa juga diperuntukkan bagi diri sendiri, namun kalimat yang dibuat sepertinya lebih mengarah pada anak.

Azimah Subagijo merupakan Ketua Perhimpunan  Masyarakat Tolak Pornografi-MTP. Serta orang yang berada dibalik disahkannya UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Beliau juga aktif sebagai fasilitator nasional sistem perlindungan anak

Lulusan  FISIP UI ini selain menulis buku, juga menjadi pembicara tetap di Program Parenting Line di Radio Bravos, Jakarta. Bukunya antara lain; Ayo Ajak Teman-Teman Kita Sadari Bahaya Pornografi (2009);  Ketika Film Layar Lebar Hadir di TV (2015); dan Don't Sexting (2018).

Buku tipis dengan isi tebal.