Minggu, 29 Juni 2014

Review 2014 #32: Black Flag

Penulis: Oliver Bowden
Penerjemah: Melody Violine
Penyunting: Aramis
Penata Letak: Gigitzs
Pendesain Sampul: Def
ISBN: 978-602-7689-886
Halaman: 526
Penerbit: Fantasious

"Buku tante sama dengan game saya," seorang anak laki-laki berkata sambil sibuk menunjuk buku yang sedang saya baca. Sementara sang ibu yang duduk di sebelahnya sibuk berusaha mendiamkan dan memberikan tatapan maaf kepada saya. Saat itu saya sedang berada di pesawat dalam rangka workshop. Saya duduk di kursi 33D, sementara anak lelaki yang tidak bisa diam itu duduk di 33B, sang ibu duduk di 33C.

"Mau lihat?"saya segera menyodorkan buku tersebut. Anak  pintar dan pemberani, batin saya. Ia tidak duduk manis tapi sibuk melihat keadaan pesawat serta bertanya macam-macam  hal yang menarik perhatiannya pada sang ibu . Ia juga tidak malu mengungkapkan suatu hal yang ada di pikirannya. Kover buku ini memang menggoda mata untuk melirik.

Dengan cepat anak itu menyambar dan segera membuka halamannya. Wajah penasaran segera beralih menjadi kecewa. Dikembalikan buku tersebut sambil berkata, "Ngak seru tan, ngak ada gambarnya. Seruan game saya" Sang ibu kembali memberikan teguran halus, sementara saya cuman bisa tertawa lepas.

Buku ini memang dibuat berdasarkan game. Sang penulis Oliver Bowden alias Anton Gill merupakan sosok sejarawan renaisans yang menulis sejak 1984.  Novel Assassin's Creed merupakan novel yang karakterknya dikembangkan dari versi game-nya.

Templar dan Assassin, keduanya merupakan musuh sejak dahulu. Dalam buku yang lain kita akan menemukan sosok Assassin yang sedang menjalankan misinya, dimana bisa dipastikan juga ada bagian yang mengisahkan pertempuran dengan Templar.


Buku ini justru mengisahkan tentang sosok Edward Kenway sang privatir yang belakangan menjadi seorang bajak laut. Pada awalnya Edward hanya pria biasa yang jatuh cinta pada wanita yang salah. Salah karena Caroline Scott adalah putri seorang eksekutif East India Company, dengan kata lain anak orang kaya. Sementara Edward hanyalah anak seorang peternak domba. Pernikahan mereka pastinya ditentang oleh ayah Caroline, Emmett Scott.     Hal tersebut dibuktikan dengan menolak membayarkan mahar bagi putrinya.

Ia berusaha keras mencari kekayaan dan kejayaan agar tidak mampu memberikan kehidupan layak yang sebelumnya dimiliki Caroline. Saat seseorang menyebutkan menjadi privatir bisa memberikan apa yang diinginkannya, segeralah ia bergabung dengan kapal Emperor, bisa dikatakan sebagai anggota termuda dibandingkan yang lain.

Edward Kenway adalah seorang privatir, tadinya. Privatir adalah seseorang yang diberi persetujuan oleh pemerintah Inggris berdasarkan letter of marque untuk menyerang kapal-kapal musuh terutama kapal armada Spanyol dan mengambil hartanya. Sang kapten dan anak buahnya mendapat komisi dari tindakan tersebut. Seiring waktu ia mengubah haluan menjadi seorang bajak laut demi memperkaya dirinya agar bisa kembali ke kampung halaman dengan mendongak.

Edward cukup piawai menjadi bajak laut. Dengan mentor Benjamin Hornigold dan  Edward"Blackbeard" Teach  siapa yang tidak menjadi hebat.  Benjamin Hornigold dulu adalah mentor Blackbeard, lalu bersama Blackbeard menjadi mentor Edward. Bisa dikatakan Edward berada di tangan para ahli. 

Apapun yang bisa menghasilkan uang menarik perhatiannya, termasuk ketika ia menemukan jalan pintas guna mendapatkan uang dengan menyamar menjadi sosok salah satu pria yang hendak membawa sesuatu barang yang akan dihargai sangat memuaskan oleh Gubenur  Havana, Laureano Torres y Ayala.

Sayangnya, kali ini ia berada di tempat yang salah! Pria tersebut ternyata anggota sebuah ordo dengan kedudukan yang cukup lumayan. Ia berkhianat dengan menyeberang ke pihak lawan. Ke pihak yang memiliki prinsip "Membimbing semua jiwa yang tersesat sehingga mereka mencapai jalan yang tenang."

Celaka bagi Edward. Alih-alih mendapatkan harta, ia malah diburu banyak pihak yang mengincar benda berharga yang disangka ia bawa, dimana ia sendiri tidak tahu benda berharga apa yang dimilikinya. Serta pihak-pihak yang merasa dikhianati, tanpa ia tahu pengkhianatan apa yang dituduhkan padanya

Kehidupan berat di laut membuat Edward harus selalu waspada. Nasibnya ditentukan dengan kecermatannya memandang sekitar. Ia harus pandai menilai mana lawan dan kawan. Musuh dari musuhku adalah temanku, menjadi prinsipnya.

Seiring waktu, Edward menemukan dimana sesungguhnya ia harus berada. Ia bergabung dengan sebuah ordo yang dulu pernah digunakannya untuk meraih keuntungan dari Gubenur  Havana. Dendam masa lalunya juga terbalaskan. Kekuatan yang dulu bagaikan momok bagi kedua orang tuanya kini adalah musuh terbesarnya. Dan ia tidak merasa takut!

Melihat bagaimana Edward akhirnya menentukan dipihak mana ia berada cukup memberikan banyak pelajarean bagi kita. Pada dasarnya kehidupan merupakan penjabaran dari apa yang kita pilih. Mau apa, melangkah ke mana serta bagaimana. Sebab dan akibat yang terjadi menjadi konsekunesi diri masing-masing tanpa ada campur tangan pihak lain.

Buku ini memuat tentang banyak seputar bajak laut dan privatir. Bagaimana saat itu bajak laut beroperasi dijabarkan dengan sungguh menawan. Meski melakukan penjarahan namun mereka tetap memiliki semacam kode etik. Contohnya, saat berdiri di sebuah kapal yang sedang terbakar, maka ada beberapa point yang harus diperhatikan:
1. Jika hendak membunuh, tuntaskan
2. Kalau tidak bisa membunuhnya sebaiknya tidak meminta tolong dari orang yang hendak dibunuh
3. Jika terpaksa meminta tolong, sebaiknya tidak marah kepadanya

Beberapa bajak laut yang disebutkan dalam buku ini nyata adanya. Calico Jack Rackham terkenal sebagai pelopor bendera Jolly Roger, yaitu bendera khas bajak laut dengan gambar tengkorak dan dua tulang bersilang. Ia adalah   seorang pelaut hebat yang memiliki  punya dua orang letnan. Bukan hal hebat sebenarnya memiliki letnan, namun keduanya adalah perempuan Anne Bonny dan Mary Read. Keduanya berhasil kabur dari penjara saat meminta penundaan hukuman mati dengan alasan sedang hamil.

Edward Teach, alias Blackbeard, adalah seorang bajak laut yang terkenal akan terornya di Laut Karibia yang berlangsung selama awal abad ke-18, suatu masa disebut sebagai masa keemasan bajak laut. Blackbeard awalnya memulai karir pelautnya sebagai privatir untuk kerajaan Inggris selama Perang Suksesi Spanyol atau  Perang Ratu Anne (Perang Suksesi Spanyol 1701-1713)   Kapalnya yang terkenal adalah Queen Anne's Revenge. Blackbeard sering bertarung dengan menggunakan banyak pedang, pisau, dan pistol. Dilaporkan bahwa ia juga sering menyalakan korek api ke janggut hitam besarnya selama pertempuran untuk mengintimidasi musuh-musuhnya.


Pada umumnya buku ini cukup menghibur. Kisah cinta yang membuat Edward nekat menjadi semacam benang merah yang menghubungkan aneka peristiwa dalam kehidupan Edward. Semua yang dikerjakan pada akhirnya mengacu pada suatu tujuan, guna menjadi sosok yang berguna dan terpandang.

Beberapa bagian menurut saya terlalu mengada-ngada, namun bukannya tidak mungkin terjadi. Saat Sang Pembawa Pesan bagi Edward berhasil menyelesaikan misinya sebagai contoh. Bagaimana ia bisa selamat dalam  situasi yang membahayakan dimana banyak pihak yang mengincar dan ingin membuat Edward celaka. Belum lagi situasi dan kondisi perairan yang bisa dikatakan berbahaya baginya.


Ilustrasi yang ada di bagian kover depan memberikan efek luar biasa. Sepertinya Edward adalah seorang kapten kapal dan seorang assassin yang handal. Dengan bilah tersembunyi di tangan kiri dan senjata api di tangan yang lain, ia menghabisi lawannya dengan hitungan detik dalam jumlah yang banyak. Edward menjadi sosok yang menakutkan dengan gayanya sendiri.


Judul yang dipilih Black Flag, bendera hitam bisa merujuk pada bendera hitam yang biasa dipakai oleh para bajak laut, dasar hitam dengan tengkorak putih. Dengan membaca judulnya saja, pembaca bisa menduga pasti ada kaitannya dengan bajak laut.


Bajak laut memang merupakan topik yang lumayan menarik. Dari film, buku hingga aneka asesoris dengan tokoh bajak laut bisa kita ketemui. Peter Pan dengan musuh bebuyutannya, Trio Detektif mengusung tema bajak laut dalam beberapa bukunya, Pirate Latutudes besutan Muchael Chrichton yang terakhir juga mengusung tema bajak laut.  bahkan animasi one peace pada dasarnya juga mengambil sosok bajak laut.

Bajak Laut+Assassin= Edward

KEREN.................!





Sumber Gambar:
http://carakata.blogspot.com/2012/07/black-beard-legenda-bajak-laut-paling.html





Senin, 23 Juni 2014

Review 2014 #31: Semua Untuk Hindia



Penulis: Iksana Banu
Perancang Sampul: Yuyun Nurrachman
Ilustrasi: Yuyun Nurrachman
Penata Letak: Suwarto
ISBN-9789799107107
Halaman: 154
Penerbit: KGP (Kepustakaan Populer Gramedia)
Harga: Rp 40.000

Buku ini berjodoh dengan saya dengan cara yang unik. Bermula dari keinginan untuk memborong buku favorit saya LW saya melangkah dengan semangat ke toko buku di kawasan GI. Apa daya buku yang saya cari harus dipesan terlebih dahulu, sementara kover lain ternyata tidak ada dalam  persediaan mereka.

Pantang pulang dengan tangan kosong, saya melangkah ke toko buku lokal di kawasan yang sama. Menyedihkan sekali suasananya. Padahal dulu toko itu sempat menjadi toko buku yang laris dan paling bergensi di Jakarta.

Di pintu masuk, sudah terlihat banner buku ini. Saya tertarik? sedikit karena melihat ilustrasi  kamera yang tergelantung di leher salah satu sosok. Belakangan saya baru tahu bahwa ini merupakan ilustrasi dari kisah   Semua Untuk Hindia, dimana dalam kisah tersebut yang disajikan ilustrasi dalam warna hitam putih. Soal isi nanti dulu, sebagai bukan penggemar buku sejarah dan sejenisnya buku ini bukan menjadi skala prioritas untuk dibeli.

Sekedar iseng, mulai membuka lembar-lembar awal. Mendadak menemukan nama Ibu Peri Endah Sulwesi serta Mas Kurnia "Kef" Effendi. Rasa penasaran membuat buku ini berada dalam keranjang belanjaan dan ikut menemani selama menempuh perjalanan di pesawat. Tak butuh lama tugasnya menemani saya.

Sedikit agak susah bagi saya untuk membuat review buku ini. Sebenarnya sebuah review sudah selesai, namun mendadak entah kenapa saya melanggar kebiasaan dengan membaca kata pengantar atau apapun namanya, yang dalam buku ini dibuat oleh Nirwan Dewanto.

Sudah saya duga!
Begitu selesai membacanya maka porak-porandalah review saya. Itu sebabnya saya jarang membaca bagian tersebut. Umumnya bagian tersebut memuat tentang beberapa hal terutama tanggapan terhadap buku tersebut.

Dalam kasus ini, nyaris sebagian besar komen saya memiliki kesamaan makna dari beliau. Soal mengkaji materi jelas saya masih jauh. Tapi kurang lebih begitulah saya menangkap isi tiga belas cerita yang tersaji dalam buku ini. Kisah tersebut adalah  Selamat Tinggal Hindia; Stambul Dua Pedang; Keringat dan Susu; Racun untuk Tuan; Gudang Nomor 012B; Semua untuk Hindia; Tangan Ratu Adil; Pollux; Di Ujung Belati; Bintang Jatuh; Petunjuk Jalan; Mawar di Kanal Macan serta Penabur Benih. 

Ketiga belas kisah  dalam  buku ini  menjadikan AKU sebagai tokoh. Sosok AKU pada tiap kisah berbeda satu dengan yang lainnya. AKU pada kisah Mawar di Kanal Macan adalah  Letnan Dapper, AKU adalah sosok Letnan Fabian Grijs,  AKU pada Semua untuk Hindia adalah Bastiaan de Wit,  dan masih banyak lagi. Penulis seakan ingin membuat kesan pembaca sedang membaca kisah yang ditulis oleh pelakunya langsung dengan menggunakan kata AKU. 

Kisah Racun Untuk Tuan dan beberapa kisah sejenis membuat saya teringat pada buku Nyai dan Pergudikan di Hindia Belanda  besutan Reggie Baay. Sosok seorang Nyai identik dengan kebaya putih berenda. Sehingga saat    Imah diberhentikan sebagai Nyai, ia segera mengganti kebaya putih berendanya  dengan kebaya berwarna ungu. 

Entah atas dasar profesionalisme sebagai seorang pengurus rumah tangga atau sikap pengabdian yang tulus Imah terbukti cakap dalam mengurus rumah tangga. Pagi buta ruangan sudah bersih. Aroma kopi panas kental menggoda lengkap dengan roti panggang, selai dan telur rebus. Siang serantang makan siang siap dihantar. Jendela kaca ruang tamu yang bersih, bebas debu dengan korden berlipit-lipit yang dikelantang sempurna. Buku-buku tersusun rapi tanpa ada debu di permukaannya. Di sudut ruangan sebuah kursi malas dengan selimut dan bantal kecil menjadi saksi bisu bagaimana Imah mengurus tuannya yang menderit malaria selama satu bulan.


Tidak hanya  mengurus rumah dengan sempurna, namun  Imah juga  mengurus keperluan lain Tuan Aachenbach.  Malam hari Umah akan memainkan jarinya dari ujung kepala hingga ujung kaki sang tuan yang telah dilumuri minyak gosok. Menghilangkan seluruh rasa penat setelah seharian bekerja.  Sering kali kegiatan tersebut menimbulkan kegiatan lain sehingga Imah memberikan sepasang anak, Joost dan Kaatje  bagi Tuan Aachenbach.

Hanya enam tahun saja Imah menjadi seorang Nyai sebelum sang tuan menggantikannya dengan perempuan dari bangsanya. Meneydihkan memang. Nasib kedua anaknya juga menjadi tidak jelas. Dari pandangan pihak sang ayah mereka dianggap rendah karena lahir dari rahim seorang pribumi, sementara dari pihak ibu, apapun alasannya mereka memiliki darah Belanda. Sehingga tidak sama kedudukannya dalam masyarakat. 

Kopral Joris Zonderboots dalam kisah Keringat dan Susu misalnya. Masa kecilnya  sungguh sulit, di kalangan Belanda tidak diterima sementara di lingkungan pribumi menjadi cemooh. Sang ayah meninggal saat perang Aceh dan tak ada  tuan Belanda yang mau meneruskan menjadi suami sang ibu sehingga ia harus keluar dari tangsi dan menitipkan anak-anaknya di panti asuhan. Belakangan kabar menyebutkan sang ibu mati dirajam penduduk karena dianggap pelacur  dan pengkhianat karena pernah hidup bersama Belanda.

Memang ada juga peranakan yang sedikit beruntung seperti  Hans Peter Verblekken dalam kisah  Gudang Nomer 012B. Seorang jawara setempat, sepupu ibunya, Mang Acim, dengan hati terbuka membantu menanggung keperluannya sejak kecil. Tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab sang ayah. Namun kerendahan hati serta kebanggannya bisa membesarkan seorang keturunan Eropa membuat Mang Acim menjaga jarak. Seakan mengingatkan walau bagaimana ia setingkat dibawah sang keponakan.

Atau sosok Sarni alias NyonyaVan Rijk. Ia dijadikan istri resmi oleh  Maathjs Adelaar Van Rijk tanpa perduli cemooh rekan-rekannya dalam Stambul Dua Pedang. Ia menjadikan Sarni tidak hanya sebagai teman tidur namun istri resmi dimana ia bisa berbagi banyak hal tidak hanya tempat tidur. Di mana dukungan dan pertimbangannya juga diperlukan. Terlebih Sarni dicintai karena menyukai  buku dan opera, kesukaan yang ditularkan oleh Van Rijk. 

Sayangnya, ia justru  ingin meninggalkan semuanya hanya demi kenikmatan duniawi dan sebuah cinta konyol seorang bintang panggung.  Apakah  benar cinta konyol yang membutakan Sarni atau,  urusan sex yang sudah menjadi kebutuhan dasar manusia yang membutakannya. Yang pasti bukan karena keinginan untuk menjadi istri seorang pribumi.

Di tempat lain, para Nyai berjuang keras, berdoa tanpa henti demi masa depannya serta anak-anak dari hasil hubungannya.Pada buku Gelang Giok Naga, salah satu tokoh memilih berhenti menjadi Nyai dengan alasan ketidakjelasan masa depan. Sarni justru melepaskan apa yang diimpikan banyak Nyai saat itu, menjadi istri resmi seorang Belanda. Begitulah manusia.

Sungguh ironi, dahulu seorang anak peranakan menjadi tidak jelas keberadaannya dalam masyarakat. Sering direndahkan, dicela dan dikucilkan. Sekarang, jusrtu masyarakat kita sangat mengagumi mereka yang lahir sebagai peranakan. Bahkan banyak yang dengan sadar memilih menikah dengan orang asing demi memiliki anak-anak peranakan yang umumnya memiliki postur tubuh memukau. Alasan yang sangat berbeda dengan yang dimiliki oleh perempuan pribumi yang dahulu menjadi Nyai.

Ilustrasi pernah dipublikasikan di
Koran Tempo, 26 Februari 2012

Keringat dan Susu  yang mengisahkan tentang ibu susu seorang   Kisah Selamat Tinggal Hindia. Kedua kisah mengingatkan pada Buku  Oeroeg dari Hella S. Haasse, dimana tokohnya  menghabiskan masa kecil dengan bersahabat dengan pribumi. Kedua tokoh hidup  dalam kedua kisah tersebut juga  besar di Hindia Belanda. Bagi keduanya, kenangan akan Hindia Belanda sudah terpatri begitu kuat.

Beberapa kisah membuat saya terkagum-kagum akan kecintaan para tokoh utama akan tanah air. Hal ini mirip beberapa kisah dalam dunia nyata. Misalnya seorang pesinden dari negara lain yang lebih Jawa dari pada mereka yang lahir di pulau Jawa. Sementara para remaja tanah air justru kebanyakan bangga bisa menjadi vokalis band dari mana belajar nyinden.

Geertje dalam Kisah Selamat Tinggal Hindia menyebutkan," Ini tanah airku. Ini Rumahku. Apapun yang ada  di ujung nasib, aku tetap tinggal di sini. Sementara Letnan Pieter Verdragen mimiliki ibu susu hingga usianya lima tahun. Ibu kandungnya meninggal tak lama setelah melahirkan. Ia melepaskan seorang anak kurang waras yang mimpi menjadi tentara karena melihat sang ibu yang baru melahirkan menagis di hadapannya dengan perutnya yang terlilit kencang kain putih banyak tali dan buah dadanya yang hanya tertutup kebaya. Bau ASI dan keringat membuatnya mengenang masa kecil.

Selain mengenai kisah dengan latar belakang kehidupan sosial, pemberontakan guna membebaskan tanah air tercinta juga menjadi bahan kisah dalam buku ini. Beberapa sosok yang dikenal cukup  merepotkan Belanda juga diangkat sebagai kisah. Sosok   Pangeran Jawa berhati Singa dalam kisah Pollux mengacu pada Pangeran Diponegoro. Sementara pada Petunjuk Jalan, Pangeran kebatinan bisa langsung diduga adalah sosok Untung Surapati.

Penulis membuat kisah Bintang Jatuh guna menghormati para korban Tragedi Mei 1998. Saya justru menjadi teringat pada kisah pembataian Etnis Tionghoa pada 9–22 Oktober 1740, 1740. Ada yang  menyebutnya sebagai Geger Pecinan, Tragedi Angke,  dan Chinezermood. Beberapa tempat memiliki nama yang mungkin merupakan dampak dari peristiwa tersebut.  Rawa Bangke bisa saja diambil guna mengenang banyaknya mayat atau bangke yang terbunuh di sana. Tanah Abang bisa bermakna tanah merah, sebagai daerah yang banyak terkena darah  orang Tionghoa.

Secara keseluruhan, saya tidak merasa membaca buku dengan tema sejarah. Saya menikmatinya sebagai sebuah buku yang mengambil setting cerita saat penjajahan. Jika ada fakta sejarah disampaikan dengan cara yang tidak membosankan, namun dijadikan sebagai bagian yang memberikan nyawa bagi cerita tersebut. Andai pelajaran sejarah disampaikan dengan cara yang serupa ini, tentunya makin banyak yang menyukai membaca buku sejarah. Saya salah satunya,   pasti itu.

Cara penulis menggunakan kata "mijn God" membuat saya tersenyum. Bukan karena katanya, namun penempatannya. Untuk menunjukkan sesuatu yang sangat mengejutkan atau sangat luar biasa, penulis menggunakan kata tersebut. Sehingga pembaca menjadi kian  ikut merasakan suasana yang dibangun pada cerita tersebut. 

Menambah pengetahuan dan menghibur tentunya. Sangat dianjurkan dibaca bagi kaum muda agar lebih memiliki rasa bersyukur hidup di zaman merdeka seperti saat ini



Rabu, 18 Juni 2014

Review 2014# 30: Assassin Juga Manusia


                                              J                                 Judul: Assassin's Creed Revelations
Penerjemah: Melody Violine
Penyunting: Tendy Yuliandes
Redesain Sampul: Apung Donggala
Pewajah Isi: Husni Kamal
ISBN: 978-602-7812-03-1
Halaman: 557
Penerbit: Ufuk Fantastic Fiction


Membunuh atau dibunuh!
Hanya itu pilihan yang dimiliki oleh seorang Assassin. 
Kisah mengenai assassin yang pernah saya baca nyaris  mengisahkan hal yang sama, bagaimana kehebatan dan kebanggaan mereka menjalani hidup. Mulai dari awal mulai  bergabung dan bersumpah setia hingga menyambut ajal dengan bangga

Buku ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Urusan pembunuhan memang masih ada, namun yang menariknya digabung dengan urusan pencari beberapa buah buku yang diyakini merupakan kunci untuk membuka tempat penyimpanan sebuah rahasia besar hingga mampu menghentikan perselisihan sekian lama antara templar dan assassin.  Serta urusan percintaan yang dalam buku ini cukup memiliki peranan besar hingga membuat saya meyakini bahwa walau bagaimana pada dasarnya manusia itu sama dalam hal cinta.

Ezio Auditore da Firenze sang tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang unik. Kedudukannya sebagai mentor menjadi  kontras dengan kesukaannya akan membaca buku. Ia berniat menemukan sebuah perpustakaan kuno yang dikisahkan dalam surat sang ayah, Giovanni Auditore. Sebuah petunjuk berantai dalam wujud buku akan menuntunnya menuju tujuan. Menemukan satu per satu buku telah menjadi obsensi tersendiri bagi Ezio padahal ia sudah tidak muda lagi. Aneka bahaya juga menjadi sahabatnya, bahkan informasi keberadaannya dihargai sepuluh ribu akce tanpa dipertanyakan. Ia mengharapkan bisa menemukan pengetahuan sebagai buah pencariannya..

Saat buku yang menjadi petunjuk ditemukan, maka akan didapat tempat penyimpanan kunci  Perpustakaan Masyaf yang selama ini dicari Ezio. Perpustakaan yang dimaksud adalah pengertian secara tradisional, yaitu sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.

Kunci-kunci tersebut serupa satu dengan lainnya. Mempunyai garis tengah dan proporsi yang sama dengan rekan-rekannya, juga berhiaskan simbol-simbol aneh yang tak dimengerti dan diukir dengan teliti dengan garis misterius. Ezio tidak sendiri, templar ternyata juga menginginkan kunci-kunci tersebut. Kembali, kedua pihak harus saling berpacu untuk menjadi yang pertama menemukan seluruh kunci. Tidak susah untuk menenbak siapa yang berhaslkan ^_^

Tempat buku-buku yang mengarahkan keberada kunci  juga beragam. Ada yang ditemukan di dekat Tokapi Saray, dan ada yang di Distrik Bayezid. Buku terakhir, Mission toConstaninople terletak di sebuah tempat tinggi di atas muka masjid Hagia Sofia. Tepatnya di atas gapura batu besar yang berdiri di depan kubah utama yang dulu pernah menjadi basilika. Ezio menemukan petunjuk yang membawanya ke sebuah tempat yang ada diantara Waduk Valens ke utara dan Pelabuhan Theodosius ke Selatan, bukan perjalanan yang singkat dan menyenangkan.

Hagia Sophia, آيا صوفيا , "Kebijaksanaan Suci", adalah sebuah bangunan bekas gereja, mesjid , dan sekarang museum, di Istambul.  Lokasi Hagia Sophia ini berhadapan dengan  Blue Mosque,  di Ayasofya Meydani kawasan Sultanahmet dengan batas sebuah taman    Saat Konstantinopel  ditaklukkan,  Sultan Mahmed II  lalu memasuki  kota itu dan  turun dari kudanya serta bersujud syukur kepada  Allah SWT , kemudian pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi mesjid . Untuk itu setiap lukisan di dindingnya ditutup, dan diberi hiasan ayat-ayat Al Qur’an, simbol-simbol kekristenan dan patung-patung berwujud makhluk hidup disingkirkan, dan dibersihkan untuk persiapan shalat. Pada hari Jumat pertama tanggal 1 Juni 1453, shalat Jumat pertama digelar di Hagia Sophia.  

 Selama 482 tahun Hagia Sophia menjadi sebuah masjid, hampir lima ratus tahun lamanya. Total bangunan ini sebagai tempat ibadah sebagai gereja dan masjid hampir selama 1400 tahun lamanya, meskipun beberapa kali diperbaiki. Pada tahun 1935 ketika Turki menjadi Republik, presiden pertama, Mustafa Kemal Ataturk, memerintahkan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi sebuah museum. Mulailah pembongkaran Hagia Sophia, dengan menampakkan kembali simbol lukisan-lukisan sakral kekristenan, seperti yang dapat kita lihat saat ini. Dimana ada dua simbol agama Islam dan Kristen dalam bangunan ini. Mengingat usianya, kekayaan sejarahnya dan juga keindahan arsitekturnya, pada tahun 1985, ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Heritage Site

Dibandingkan dengan buku yang lain, buku ini lebih mengandung aura manusiawi. Ezio pada akhirnya hanyalah seorang pria yang mendambakan sebuah keluarga kecil bahagia. Bagaimana ia meninggal memang masih mengusung tema meninggal dengan bangga, hanya saja kebanggaan Enzo berbeda dengan yang lainnya. Buku ini mungkin buku yang paling melenceng dari buku yang lain. Beberapa bab terakhir malah membuat saya merasa  bukan membaca kisah seorang assassin.
 
Beberapa salah cetak ditemui dalam buku ini. Agak mengherankan juga saya bisa menemukan salah cetak itu mengingat saya termasuk orang yang paling toleran terhadap urusan typo dan sejenisnya.  Misalnya pada halaman 335 baris keempat dari bawah tertulis," Ezio berusaha mengisi ulang pistol, tapi para prajunt...." Selanjutnya pada halaman 356 baris ketujuh tertulis, " Setidaknya aku bisa bertemu ayahku dan mengetahui kebenaran tentang hari-hari terakhirmya..." Lalu pada halaman 371 baris kesepuluh," Maka setidaknya biarkana kumenyiapkan...." Atau pada halaman 449 ada, "... dengan menahan engan Ezio." Dan masih ada yang lainnya. Yang paling membuat saya terkesima adalah kesalahan pada nama penyunting, hiyah sejak kapan manager terkasihku  berubah nama... sungguh sebuah kesalahan yang sangat fatal.

Masih ingat tanaman mandrake di HP? Ternyata lumayan sering disebut dalam beberapa kisah lain. Dalam kisah Enzo kali ini tanaman tersebut juga digunakan untuk membuat bom dengan dicampur dengan tanaman lainnya. Konon efeknya mampu mengacaukan otak, bahkan mematikan.Selain tanaman,  Inferno karya Dante juga disebutkan menjadi bacaan Ezio dalam kisah ini. Bahkan cuplikan puisinya menjadi pembuka pada beberapa bab.

Salah satu tokoh favorit saya dalam buku ini adalah Sofia. Sosok wanita mandiri  dan pintar, pemilik  toko buku. Sejak berkenalan dengan Enzio ia mulai meyadari bahwa ada kehidupan di luar buku. Beberapa kalimat bijak seputar buku juga    bisa kita  temui dalam buku ini. Misalnya, "Kehidupan masuk ke dalam buku. Tidak sebaliknya." Juga kalimat dari Canzoniere karangan Petrarch, "kematian tidak menunggumu selesai membaca sebuah buku." Sosok Sofie bisa dianggap sebagai momentun kehidupan baru Ezio.

Bagian yang paling saya suka justru ada di bab atau bagian 92. Saat Sofia membaca kertas catatan Enzio,
"Sewaktu muda, aku punya kebebasan, tapi aku tidak menyadarinya; aku punya waktu, tapi aku tidak mengetahuinya; pun aku punya cinta, tapi aku tidak merasakannya. Berpuluh-puluh tahun berlalu hingga aku memahami makna ketiganya.  Dan sekarang, pada senja kehidupanku, pemahaman ini telah menjadi kebahagiaan. Cinta, kebebasan dan waktu yang dahulu sangat berlimpah, kini menjadi bahan bakar yang mendorongku. Cinta, terutama kekasihku, untukmu, anak-anak kita, saudara dan saudari kita... juga untuk dunia yang luas dan menakjudkan yang memberi kita kehidupan dan membuat kita terus-menerus menebak. Dengan kasih sayang yang tak berujung. Sofiaku, aku selamanya milikmu."

Waduhhhhh kenapa mendadak saya jadi melo yah
Tidakkkkkkkkkkk!


Kamis, 05 Juni 2014

Review 2014#29 : Hatiku tertinggal di Sapporo-SPOILER*


Judul: Yuki no Hana, Salju tak mampu membekukan hatiku
Penulis: Primadonna Angela
Penyunting: Ida Wajdi, Jason Abdul
Penyelaras Aksara: Putri Rosdiana, Lian Kagura
Penata AKsara: Nurul M. Janna
Perancang Sampul: Fahmi Ilmansyah
Penggambar Ilustrasi Isi: Yulianto Qin
ISBN: 978-602-1606-72-8
Halaman 256
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 44.000

Aku ingin menemanimu mengunjungi Yuki Matsuri setiap hari, Hana-chan. Bukan Yuki Matsuri  saja. Kalau kamu menginginkannya, aku ingin menemanimu seumur hidup

Cinta acap kali bekerja dengan cara yang aneh. Demikian juga urusan cinta Hana, seorang gadis remaja anak pengusaha mapan di tanah air. Saat ulang tahun ke-8, orang tua Hana memberikan hadiah dengan mengajaknya berlibur ke Sapporo-Jepang untuk menikmati Yuki Matsuri, Festival Salju Sapporo.

Sapporo Yuki Matsuri  diadakan selama satu minggu setiap bulan Februari di ibukota Hokkaido Sapporo. Ini adalah salah satu acara paling populer musim dingin di Jepang. Acara ini berawal   ketika siswa SMA membangun patung salju di Taman Odori pada tahun 1950. Sejak itu berkembang menjadi  acara komersial. Dalam festival tersebut menampilkan salju spektakuler dan patung es. Ada  tiga tempat digelarnya festival tersebut: Odori Site, Susukino Situs dan Tsu Dome Site. 

Awalnya ia menikmati makan malam bersama keluarga hingga mendadak menemukan dirinya berada dalam perkelahian kedua orang tuanya. Kata-kata yang tak pernah dipahami  terucap dari bibir kedua orang tuanya, seperti selingkuh, bercerai, berpisah dan lainnya. Seakan bukan berada di restoran, tempat umum kedua orang tua Hana saling berbicara teriak tanpa perduli pandangan orang sekitar. Bahkan tanpa sengaja saat  tangan sang ibu bersentuhan dengan ayahnya, terlihat wajah jijik sang ayah seolah bersentuhan dengan semacam kuman mematikan.

Sebenarnya ada satu kata yang dipahami Hana, kata yang diajarkan oleh sahabatnya di sekolah. Bercerai. Artinya ia harus memilih untuk tinggal bersama ayah atau ibunya.

Hana kecil yang terluka dan sedih justru saat seharusnya ia berbahagia pada hari ulang tahunnya, berlari meninggalkan hotel hingga tersesat. Untunglah seorang anak lelaki kecil dengan jaket hitam menjadi sahabatnya malam itu. Bersama anak itu, ia menikmati Yuki Matsuri dengan gembira serta menikmati takoyaki yang lezat.

Siapa yang mengira, kenangan akan malam itu bgitu berbekas sehingga menjadi semacam obsesi untuk kembali ke Sapporo guna menemui sahabat kecilnya dan menikmati Yuki Matsuri bersama lagi. Anak lelaki kecil itu bernama Takahashi, sejak itu ia menjadi orang yang berarti bagi Hana.

Selanjutnya pembaca akan disuguhi bagaimana perjuangan keras Hana untuk mengumpulkan setiap rupiah uang dari usahanya sendiri guna mewujudkan impiannya. Bukan hal yang mudah ternyata. 

Kenapa tidak meminta ke orang tuanya yang digambarkan cukup mapan? Tentunya ada hal-hal yang bersifat pribadi dan terus terang saya sangat sependapat dengannya. Pembaca bisa menemukan sendiri dalam buku ini. Yang pasti Hana adalah sosok tegar yang tidak ingin mengadahkan tangan untuk meminta walau pada orang tuanya sendiri. Disinilah kekuatan kisah ini sebenarnya. Perjuangan Hana menggapai impian dan memenuhi janjinya sepuluh tahun silam.

Beberapa bagian dalam buku ini mengisahkan tentang keindahan dan kebudayaan Jepang, sayangya penulis kurang memanfaatkan  setting guna menciptakan kisah yang lebih kental suasana Jepangnya. Padahal banyak disebut tentang makanan, kebudayaan bahkan cara hidup.

Sapporo adalah ibu kota Prefektur Hokkaido, Jepang. Kota ini berada di Subprefektur Ishikari, Hokkaido, dan merupakan kota berpenduduk terbanyak nomor empat di Jepang, setelah Yokohama, Osaka, dan Nagoya. Sapporo mulai dikenal orang sejak diselenggarakannya Olimpiade Musim Dingin  pada tahuh 1972, yang merupakan Olimpiade Musim DIngin pertama di Asia.

Saat berkesempatan mengunjungi Sapporo, Tanam Odori terlihat sungguh menawan. Tidak hanya karena banyak aneka bunga dan tanaman indah namun suasana kekeluargaan terpancar di berbagai sudut. Ada sekeluarga yang sedang duduk di kursi sambil menyuapi sang anak di kereta, ada sepasang suami istri  dalam balutan pakaian kantor  duduk di rumput bersama seorang anak yang menggunakan seragam sekolah. Ada juga beberapa pria yang setengah berlari menuju sebuah bagian di taman, ternyata mereka hendak bergegas memenuhi kebutuhannya pada sebatang rokok! Di taman itu juga disediakan sebuah ruangan khusus untuk merokok dengan dilengkapi berbagai perlengkapan sehingga asap rokok tak mengganggu  udara cerah taman. Penulis bisa mengungkap bagaimana keindahan taman tersebut tidak hanya saat festival tapi juga setelah festival. Sama-sama menawan.     

Atau tentang ramen yang dalam buku ini dianggap makanan terkenal. Para sahabat saya yang berada di sana mengatakan tidak semua raman halal, itu sebabnya saya hanya bisa melihat dari kejauhan wajah nikmat sahabat saya saat menikmati semangkuk besar ramen dengan kuah yang berwarna menggoda dengan asap yang mengepul mengenai wajah disenja yang dingin. Andai saya menerima buku ini sebelum berangkat, tentu akan saya tanya dimanakah ramen halal dijual.

Penulis sepertinya beranggapan setiap pembaca memahami aneka masakan atau makna bahasa Jepang dalam buku ini sehingga tak perlu memberikan ulasannya walau sedikit. Soal Takoyaki misalnya, Takoyaki nama makanan asal daerah Kansai di Jepang, berbentuk bola-bola kecil dengan diameter 3-5 cm yang dibuat dari adonan tepung terigu diisi potongan gurita di dalamnya.

Memang pada setiap pergantian bab disebutkan sebuah kata  dalam bahasa Jepang berikut penulisan kanji dan artinya. Lalu ditambah dengan sebait kalimat yang bisa dianggap saripati dari bab tersebut. Hanya saja tidak semua kata ada artinya, pada halaman 80 misalnya tidak dituliskan apa makna kata tersebut.

Disebutkan pada halaman empat belas  tentang kosakata bahasa Jepang Hana yang terbatas sehingga ia kebingungan menjawab pertanyaan seorang anak kecil. Hal ini agak aneh, karena di depan sama sekali tidak disebutkan tentang Hana yang bisa mengerti bahasa Jepang walau hanya sedikit. Malah kian menjadi aneh saat Hana dan teman barunya  diceritakan menikmati suasana  Yuki Matsuri bisa berkomunkasi dalam bahasa Jepang walau hanya sepotong dan dicampur dengan bahasa ala tarzan 

Kemudian bagaimana asal mula para tokoh dalam kisah ini bisa saling berhubungan? Misalnya bagaimana Hana dan Taka bisa terus berhubungaan selama sekian tahun? Sebaiknya dikisahkan tentang pertukaran alamat kedua bocah tersebut lalu dilanjutkan dengan era e-mail.

Satu hal yang sebenarnya mengganggu pikiran saya adalah bagaimana kedua kakak adik tersebut bisa berkomunikasi dengan Hana tanpa ia menyadari telah berkomunikasi dengan dua orang yang berbeda? Atau jangan-jangan Hana hanya berkomunikasi dengan salah satu diantara keduanya, sementara yang lain hanya diam meredam rindu sambil menanti saat pertemuan yang sudah dijanjikan

Juga bagaimana Hana bisa tak mengenai mana yang pertama kali ditemuinya malam itu. Apakah Sho sang kakak atau Taka sang adik. Walau masih anak kecil tapi usia Hana juga sudah cukup untuk mengingat wajah seseorang. Penulis sebaiknya memberikan semacam hal lain sehingga menyebabkan kesalahan Hana terlihat wajar. Seperti , "Wajah bocah itu agak tertutup syal yang dibalutkan tinggi ke leher sehingga separuh wajahnya tak terlihat Hana. Hanya jaket dan sarung tangan yang membuat Hana yakin itu bocah sama yang ditemuinya kemarin." Semacam itulah.

Agar kisah dalam buku ini tidak hanya tentang urusan perasaan, penulis mencoba memberikan unsur kejutan berupa penculikan ala mafia pada tokoh kita. Hanya saja urusan penculikan tersebut kurang diramu dengan apik sehingga kesan  serba kebetulan. Begitu mudahnya masalah muncul dan terselesaikan. Padahal idenya sudah cukup baik.

Judul buku ini juga agak membuat saya bingung. "Salju tak mampu membekukan hatiku." Kenapa hati Hana harus membeku sementara ia justru mendapatkan cinta sejatinya di Sapporo? Apakah beku dalam artian sakit hati akan kelakuan kedua orang tuanya? Atau sebagai gambaran bahwa sedingin apapun Sapporo hatinya tetap hangat karena cintanya pada seseorang.

Paling menarik adalah soal ilustrasi berwarna sebanyak kurang lebih 7 halaman. Dengan memandangnya saja saya sudah bisa menikmati keindahan festival. Merasakan detak jantung Hana yang berdetak bahagia serta merasakan keceriaan para penikmat acara festival. Bagian ini merupakan bagian terbaik dari keseluruhan isi buku menurut saya. Sang ilustrator memainkan kuas/penanya dengan begitu indah.  

Sepenggal kalimat mengusik hati saya, "Kalau ingin membalas kebaikan saya, balaslah pada yang lain. Jagalah kebaikan dan kebajikan agar tetap menyebar …” Sederhana tapi bermakna dalam. Saat hanya sedang mengalami kesusahan seorang wanita muda membantunya. Ketika Hana bertanya tentang nama dan alamatnya, agar kelak dalam kondisi yang lebih baik ia bisa menemui dan berterima kasih, wanita itu hanya tersenyum memberikan jawaban singkat tadi.

Sebuah buku karya Enid Blyton juga memberikan pesan yang kurang lebih sama. "Teruskan pahala kebaikan kepada sesama agar kebaikan terus berputar." Dengan kata lain, jika saya menerima kebaikan seseorang, maka saya juga harus berbuat kebaikan bagi kepada orang lain. Dan orang yang menerima kebaikan saya harus melakukan kebaikan pada yang lain, maka kebaikan akan terus menyebar di muka bumi. Indah.

Namun..... ada bagian dalam buku ini yang juga mengajarkan bahwa ramah memang perlu namun haruslah tetap berhati-hati. Jangan sampai sifat ramah dan keinginan untuk meneruskan kebaikan malah membuat kita celaka. Seperti yang dialami oleh Hana. Bijaklah dalam bersikap dan berikan teruskan kebaikan hanya pada mereka yang sangat layak menerimanya.

Mungkin karena buku ini diperuntukan bagi para remaja, maka banyak hal kecil yang dirasa penulis tak perlu dijabarkan. Beda jika kisah ini ditunjukan untuk dewasa, hal-hal kecil justru menjadi benang merah sebuah cerita.

Terlepas dari segala kekurangan yang ada, buku ini mengajarkan kita untuk fokus pada tujuan serta mandiri dalam banyak hal. Semangat berusaha keras meraih apa yang kita impikan karena tak ada yang tak mungkin selama kita yakin mungkin.

SEMANGAT!!!!!!!