Selasa, 11 September 2018

2018 #20: Masa Bodoh!


Judul asli: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis: Mark Manson
Editor: Adinto F. Susanto
Alih bahasa: F. Wicaksono
ISBN: 9786024526986
Halaman: 246
Cetakan: Kedua-Maret 2018
Penerbit: Grasindo
Harga: Rp
Rating: 4/5

Dan jika Anda setiap saat memimpikan sesuatu, Anda sebenarnya sedang menguatkan realitas bawah Sadar Anda, lagi dan lagi: bahwa Anda  bukan itu

~Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, hal 5~

Pertama kali mengetahui tentang buku ini, saya langsung memasukkan dalam daftar buku yang harus dibeli dan dibaca. Siapa yang tak melotot membaca kata berikap masa bodo amat dan pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik. Banyak buku yang seakan mengajak kita untuk peduli pada banyak hal jika ingin menjadi sosok yang sukses, buku ini justru sebaliknya.
 
Selain judul buku yang mampu menggelitik rasa ingin tahu, judul tiap bab juga tak kalah seru. Misalnya Jangan Berusaha, Anda Tidak Istimewa, Pentingnya Berkata Tidak dan lainnya. Sub bab juga diberi judul unik. Sebagai contoh ada Lingkaran Setan di bab 1, Bawang Kesadaran Hidup di bab 2,  Sisi Cerah Kematian di bab 3, dan lainnya.

Dalam 9 bab menarik, pembaca akan diajak untuk menelaah sikap dan tindakan yang telah dilakukan dalam kehidupan. Beberapa walau bertujuan baik, ternyata malah merugikan diri kita. Ada beberapa hal yang berkesan tidak pantas dalam bermasyarakat, justru merupakan hal yang sepatutnya kita lakukan. Aneh? Begitu adanya. 

Meski latar belakang sang penulis berbeda dengan budaya kita, namun ternyata jika dikaji dengan cermat apa yang ia uraikan, ternyata hal tersebut dapat diterima dan diterapkan dalam kehidupan kita. Hanya saja semuanya terserah Anda, mau mengikuti saran penulis atau tidak.

Kadang, kehidupan tidak seperti yang kita harapkan. Ada saat ketika kegagalan seolah mengikuti kita.  Tak usah perduli dengan segala komentar dan pandangan orang! Apa urusan mereka dengan perasaan tidak nyaman Anda. Jika Anda mampu melakukan hal tersebut, maka bisa dikatakan saat itu juga Anda telah sukses mengatasi rasa benci pada diri sendiri karena mengalami kegagalan.

Mendadak saya  jadi teringat ucapan seorang mahasiswa yang sukses dua kali membawa hadiah  ciamik hasil di  kuis di booth perpus beberapa waktu lalu. Teman-temannya berusaha mengorek rahasia kesuksesannya. Ia hanya menjawab agar mereka jangan  terlalu berharap mendapat hadiah yang menarik, biasanya jika begitu ia pasti malah dapat hadiah yang luar biasa. Poin ini serupa dengan yang diuraikan pada halaman 12-13. Bahwa sesuatu yang bernilai positif dalam hidup diraih lewat pengalaman yang berasosiasi negatif.
Salah satu poin lebih dari buku ini adalah contoh yang terasa dekat dengan pembaca. Beberapa bahkan mungkin  sama persis dengan yang pembaca alami. Hal tersebut memicu perasaan kedekatan secara emosi, membuat pembaca lebih mudah memahami sebuah uraian.

Saya menemukan Malala Yousafzai sebagai contoh terkait bagaimana menanggapi seuah tragedi dalam buku ini. Dari halaman 121 hingga 122, penulis menguraikan bagaimana tragedi yang menimpa Malala justru membuatnya menjadi lebih didengar dan termotivasi untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi lagi. 

Sebuah  buku yang saya baca mengisahkan bagaimana rasa marah bisa menjadi pemicu kekuatan hingga membuat tokoh kita menjadi sukses. Amarah yang timbul dialihkan menjadi suatu energi guna menghasilkan suatu hal positif.  Buku ini menyatakan bahwa rasa sakit merupakan alat yang paling efektif dari tubuh untuk mendorong aksi serta  memberikan pelajaran untuk membantu memahami dan menaati batasan diri

Tanpa sadar, kita juga sering merebut tanggung jawab atas keberhasilan, kebahagian bahkan kegagalan seseorang. Padahal seharusnya bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan lebih utama. Seperti yang dikatakan dalam buku ini di halaman 185, hidup adalah tentang tidak mengetahui apa pun dan kemudian melakukan sesuatu, apa pun yang terjadi
 
Pada bagian akhir buku, terdapat penjabaran mengenai semacam "proyek keabadian". Bisa dianggap juga sebagai suatu cara untuk membuat diri kita dikenang, secara konseptual tetap hidup walau secara fisik sudah tidak ada. Peradaban, menurut buku ini adalah hasil dari proyek abadi ini. 

Saya jadi teringat kalimat Imam Ghazali  pada buku Personal Banding, jika kau bukan anak raja atau ulama besar, maka menulislah! Dengan tulisan, karya intelektual kita tetap bisa dikenal orang meski secara fisik kita sudah tak ada lagi.

Secara garis besar, tiga poin utama dari seni ini. Pertama, pahami bahwa bersikap masa bodoh berarti merasa nyaman saat berbeda dengan yang lain. Kedua,  agar bisa berkata bodo amat pada kesulitan, Anda harus peduli pada hal yang jauh lebih penting dari  meratapi kesulitan. Ketiga,  tanpa disadari Anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan, mulailah memilah secara sederhana mana yang perlu untuk Anda perhatikan dan mana yang harus Anda abaikan.
  
Perlu diingat, buku ini bukan tentang tips meringankan masalah atau rasa sakit. Bukan juga mengenai  bagaimana meraih sesuatu dalam hidup ini. Jadi apa manfaat yang diperoleh dari membaca buku ini?  Isi buku ini adalah hal-hal yang dapat membantu Anda untuk fokus, agar bisa memilah mana yang penting dalam hidup dan mana yang tidak. Cara berlapang dada dan membiarkan sesuatu pergi. Anda akan mampu peduli lebih sedikit. Termasuk untuk jangan berusaha secara keras. Aneh? Makanya beli dan baca. 
    
Sesesorang pernah berkata agar kita menjalani hidup dengan legowo.  Terima kegagalan sebagai sukses yang tertunda, anggap memang belum tepat waktunya bagi Anda untuk sukses. Jika sudah sukses, syukuri dan nikmati sebagai hasil jerih payah selama ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar