Minggu, 27 April 2014

Review 2014 #25: (Unsur Spoiler) Tasbih Cinta di Langit Moskow



Penulis: Indah El Hafidz
Penyunting: Tofik Pram
Penyelaras Aksara: Denny Wibowo
Penata Aksara: Nurul M. Janna
ISBN-13: 9786021606766
ISBN-10: 6021606760
Halaman: 288
Tgl. terbit: 1-Apr-14
Penerbit: Noura Book
Harga: Rp 49.000

 Meski sebenarnya dalam hati aku percaya Allah, Tuhan bagi umat Islam, aku masih enggan kembali ke Islam. Aku merasa, menjadi wanita Muslimin hanya akan membuatku tersiksa. Menurutku, Islam memihak kaum lelaki-di mana mereka mendapat hak mutlak-sementara kaum wanita terus ditindas. Apalagi sejak Papa berpoligami, aku semakin yakin bahwa wanita Islam tercipta untuk ditindas kaum lelaki.

Buku ini berkisah tentang para wanita yang mencari jati diri dan cinta. Bonnieta Bengtsson gadis muda belia yang berada diantara kebencian sang mama akan Islam serta keyakinannya akan keberadaan Allah SWT. Mama Bonnieta, seorang perancang terkenal yang berusaha keras memberikan kehidupan terbaik bagi anak gadisnya. Kekuatnya adalah rasa marah pada suami yang berpoligami dan Islam yang menurutnya menginjak harkat wanita. Miss Sahira seorang wanita yang mencari cinta dan menemukan ketenangan jiwa dalam upaya memperjuangkan nasib umat Islam di  dunia.

Kisah tentang mama Bonnieta sepertinya dijadikan landasan mengapa Bonnieta bimbang akan keyakinan yang akan dipilih. Selain urusan peibadinya yang membuat heboh seluruh Rusia kisahnya tidak terlalu banyak diungkap. Bisa disebut sosok wanita ini yang membentuk kepribadian Bonnieta menjadi seorang gadis Rusia yang mencitai pesta, dan tidak memeluk agama.

Sementara sosok Miss Sahira merupakan orang yang paling bertanggung jawab mengubah Bonnieta. Ia membantu Bonnieta memutuskan mana yang terbaik bagiehidupannya, ia membantu Bonnieta memilih.  Kisah cintainya seakan bumbu penyedap saja. Saya merasakan karakter yang kurang dibangun dengan kuat oleh penulis. Miss Sahira seakan hanya menjadi sosok penhajar spiritual bagi Bonnieta.

Pada awalnya saya tidak merasakan sesuatu yang spesial tentang buku ini, Bagian awal diisi dengan kisah tentang kebencian mama dari  tokoh utama kita, Bonnieta terhadap Islam karena merasa haknya sebagai wanita dilecehkan. Sejak dilarang bekerja oleh suaminya ia sudah merasa dikengkang dan ditindas haknya sebagai seorang wanita. Apalagi saat suaminya berkata akan  kawin lagi. Dibawanya putri terkasih meninggalkan kota Alexandria, bergegas mereka menuju Moskow untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan.

Baru sekitar halaman dua ratus kisah menjadi lebih matang. Bahkan mampu membuat saya menitikkan air mata. Kisahnya mengalir dengan indah. Penulis  sedang menceritakan sebuah kisah perjalanan kehidupan seorang anak manusia mencari Tuhan. Biasanya seorang anak akan mengikuti keyakinan yang dianut oleh orang tuanya. Begitu juga Bonnieta. Namun dalam lubuk hatinya ia tetap meyakini hal berbeda. Ia tetap meyakini apa yang telah diajarkan papanya yang benar.

Hal tersebut terlihat pada kalimat berikut, "Jujur saja, aku  sendiri bingung dengan kepercayaanku. Aaku percaya adanya Tuhan, tetapi aku tak memeluk satu agama pun. Dulu, sewaktu kecil, aku pernah memeluk Islam. Aku menjalankan sholat dan membaca Al-Quran bersama Papa dan kakak laki-lakiku. Namun sekarang aku tak melakukannya. Aku juga tak memeluk Kristen Ortodoks seperti Mama. Aku percaya Tuhan, tetapi aku tak mau mengikuti suatu agama pun".

Jika akhirnya Bonnieta memutuskan untuk memeluk agama yang sama dengan yang diyakini papanya, kali ini dilandasi dengan keyakinan hatinya bukan karena mengikuti apa yang diyakini papanya semata. Bagian-bagian dimana Bonnieta telah menemukan jati dirinya sungguh mengharukan. Penulis mampu mengaduk-aduk emosi pembaca pada bagian ini.

Saya bahkan sempat berpikir jangan-jangan buku ini dibuat oleh dua orang yang berbeda menilik begitu cepatnya berubah gaya penulisan kisah. Pada bagian awal kisahnya terlihat semerawut. Penulis sepertinya berusaha menguraikan banyak hal yang kelak baru bisa pembaca temukan hubungannya satu dengan lain. Beberapa peristiwa seakan dipaksakan berhubungan layaknya sinetron kita sementara hal-hal yang krusial justru tidak diungkap. Misalnya alasan sang ayah menikah lagi ternyata demi anak-anaknya. Maka selayaknya ada sekelumit kisah tentang bagaimana baiknya sang ibu tiri mengasuh kakak Bonnieta.

Kisah bagaimana sang papa sangat berduka hanya diungkapkan dengan cara ulasan setiap sore ia berjalan di pantai dan membuat kamar indah. Kurang mencerminkan perasaan terpukul dan rindu seorang ayah pada anaknya. Hal yang paling membingungkan saya adalah bagaimana bisa sang papa tidak menemukan Bonnieta? Menurut kisah ini mama Bonnieta adalah perancang busana ternama. Harusnya namanya bisa dengan mudah ditemukan diinternet, demikian juga nama serta alamat butiknya di Moskow. Tentunya aneh jika sang ayah hanya berjalan di pinggir pantai tanpa berusaha terbang ke Moskow mencari sang putri. Hal ini bisa diolah sehingga kisah menjadi lebih dramatis lagi. Demikian juga sang kakak yang hanya mengandalkan kartu nama dari kakek mereka.

Pada halaman 47 disebutkan bahwa Bonnieta mendapat sebuah buku dari mamanya tentang sosok  Prof. Dr Adi Suhendra. Ada rahasia besar dalam lebrana halaman dalam buku itu. Sepengetahuan saya, seseorang pasti memiliki sesuatu yang spesial sehingga  kisah hidupnya bisa dibuat menjadi sebuah buku. Entah menghasilkan karya seperti Disney, Edison dan lainnya atau memiliki pemikiran yang hebat seperti Gandhi. Apalagi sosok itu konon karena situasi politik di tanah air sampai mengubah kewarganegaraan. Saya kurang memahami apa kelebihan sosok Prof. Dr Adi Suhendra bagi Rusia hingga layak diabadikan dalam sebuah buku.


Di bagian belakang memang diberikan keterangan mengenai beberapa hal seperti arti beberapa ungkapan dalam bahasa asing yang ada dalam buku ini. Hanya seperti penulis yang lain, penulis buku ini justru lupa memberikan pemahaman yang sama tentang hal sepele. Bagi banyak orang kata Plato dalam buku ini bisa dipahami dengan mudah jika membaca sebuah kalimat hingga tuntas. Jika tidak salah bisa diartikan sebagai sebagai baju hangat. Tapi persepsi pembaca pasti tidak sama. Saya sendiri begitu penasarannya hingga saat telah membaca sampai kesekian puluh halaman harus balik ke halaman awal guna mencari pemahaman yang sama tentang apa itu plato.

Penulis sebenarnya sudah melakukan hal seperti itu di halaman 29, "Aku masih ingat betul, papaku sangat menyukai Koshari-makanan favorit warga Mesir yang terbuat dari campuran nasi, kacang polong, dan makroni yang ditaburi saos tomat dan bawang goreng" Mungkin untuk urusan plato dianggap tidak perlu diberikan penjelasan. Padahal akan lebih bagus jika dibuat misalnya," Aku melepas plato-ku, baju hangat dengan lapisan bla bla bla" Tak perlu panjang namun cukup memberikan persamaan persepsi bagi mereka yang tak memahami tentang segala hal yang terkait dengan Rusia.

Universitas Negeri Moskwa M.V. Lomonosov (bahasa Rusia: Московский государственный университет имени М.В. Ломоносова, Moskovskiy gosudarstvennyiy universitet imeni M.V. Lomonosova; disingkat МГУ, MGU), disebut juga Universitas Lomonosov (bahasa Rusia: университет Ломоносова, universitet Lomonósova) adalah universitas negeri terbesar di Rusia. Universitas ini juga diklaim memiliki gedung kampus tertinggi di dunia. Pada tahun 1940, universitas yang didirikan pada tahun 1755 ini diubah namanya untuk menghormati pendirinya, Mikhail Lomonosov.Moto dari sekolah tersebut adalah,  Sains adalah pembelajaran kebenaran yang jelas dan pencerahan pemikiran.

Pendirian universitas ini dirintis oleh Ivan Shuvalov dan Mikhailo Lomonosov, dan dekrit yang memerintahkan pembentukannya dikeluarkan oleh Maharani Rusia Elizaveta Petrovna pada 25 Januari (12 Januari menurut hitungan lama) 1755 yang bertepatan dengan Hari Tatiana (Santa Tatiana). Kuliah-kuliah pertama diadakan pada 26 April. Tanggal 25 Januari sampai sekarang dirayakan sebagai Hari Mahasiswa di Rusia. Lebih lengkap lagi perihal universitas ini silahkan dilihat di  http://www.msu.ru/


Salah satu kota yang sering disebut dalam buku ini adalah Alexandria, dimana Bonnieta menghabiskan masa kecilnya bersama sang papa, kakak serta sang mama pastinya. Alexandria merupakan ibu kota pemerintahan Al Iskandariyah yang terletak di pantai Laut Tengah. Kota tersebut juga merupakan kota pelabuhan utama di Mesir, dan kota terbesar kedua di negara tersebut. Daya tarik kota itu adalah perpustakaan kerajaannya yang dianggap perpustakaan terbesar di dunia.

Perpustakaan Alexandria atau Perpustakaan Iskandariya didirikan pada awal abad ketiga Sebelum Masehi (SM) dan disponsori sepenuhnya oleh keluarga Ptolemeus, perpustakaan itu beserta kuil dewi-dewi Muse menjadi pusat ilmu pengetahuann dalam dunia Hellenistik. Sayangnya perpustakaan tersebut sudah hancur. Pemerintah kemudian membangun perpustakaan baru. Perpustakaan yang dibangun kembali dibuka pada bulan Oktober 2002 dengan nama Bibliotek Alexandria dan berisi sekitar 400.000 buku ditambah dengan sistem komputer yang modern dan mutakhir memungkinkan pengunjung mengakses koleksi perpustakaan lain. koleksi utamanya dititik beratkan pada peradaban Mediterannia bagian timur. Perpustakaan baru ini memiliki kapasitas 8.000.000 buku. Selain perpustakaan, di Alexandria juga terdapat sphinx dan teater Romawi kuno. The Great Lighthouse masuk dalam 7 Keajaiban Dunia.

Kota selanjutnya dimana kisah ini bergulir adalah Moskow. Kota Moskwa   merupakan ibu kota  Federasi Rusia. Kota ini menjadi pusat politik, ekonomi, budaya, dan sains utama di Rusia dan Eropa. Menurut majalah Forbes tahun 2011, Moskwa memiliki jumlah penduduk terkaya dunia terbesar di dunia. Kota tersebut memiliki masalah  polusi udara yang parah yang mengakibatkan permasalahan sehari-hari terhadap kesehatan paru-paru penduduknya. Penyakit Kolera meningkat tajam di beberapa bagian dari kota Moskow karena daerah kotor dimana tidak ada pengaturan yang memadai untuk pembuangan sampah.


Masjid Katedral Moskow adalah masjid utama di Rusia. Dibangun tahun 1904 sesuai rancangan arsitek Nikolay Zhukov dan sekarang menjalani pembangunan ulang. Masjid ini juga dijuluki "Masjid Tatar" karena didominasi oleh arsitektur Tatar. Masjid Katedral Moskow (1904) ini merupakan masjid tertua kedua dari empat masjid yang kini eksis di kota Moskow setelah Moscow Historical Mosque (1828) di 28 Bolshaya Tatarskaya Strett. Dua masjid lainnya adalah, Yardem Mosque (1997) di Otradnoye dan Moscow Memorial Mosque (1997) di Poklonnaya Hill.
Sebuah masjid yang sangat klasik lengkap dengan kubah besar dan menara. Keseluruhan dana pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh saudagar muslim kota Moskow bernama Saleh Yusupovich Erzin

Beberapa kisah dalam buku ini terlihat sekali terinmspirasi dari kisah nyata hingga memiliki kedekatan emosial bagi yang membaca. Ide ceritanya memang menawan, hanya eksekusinya yang kurang pas. Terlepas dari kekurangan yang ada, buku ini layak dibaca guna mempertebal keiman kita.


Sumber gambar:
http://laros.heavenforum.org/t258-sekilas-tentang-kota-alexandria
http://id.wikipedia.org

6 komentar:

  1. Hallo Kakak, minta bantuannya komentar disini ya :D [Book Review] Be Mine

    @asysyifaahs
    Terimakasih :)

    BalasHapus
  2. kalau mau beli novelnya di bandung di toko buku mana?

    BalasHapus
  3. Coba langsung hubungi penerbitnya.

    BalasHapus
  4. Many places in Rusia for studying abroad too

    BalasHapus
  5. Amazing!;) Cerita yang bagus;;) bisa dijadikan motivasi untuk kedepannya..

    BalasHapus