Jumat, 08 April 2011

The Grail Conspiracy,Usaha Menyembuhkan Patah Hati yang Berujung Bahaya


Penulis : Lynn Sholes & Joe Moore
Penerjemah : Ratih Ramelan
Editor : Indradya Susanto Putra
Halaman : 424
Penerbit : Alvabet


"Karena aku berada di sana ketika mereka memaku-NYA di tiang salib"
Pria tua itu tersenyum .... " Akulah salah seorang yang menyegel cawan itu"


Sering kali kita mendengar ungkapan betapa beruntungnya seseorang karena berada diwaktu dan tempat yang tepat. Namun sepertinya ungkapan itu tidak cocok untuk Cotten Stone!

Dalam upaya menghapus rasa patah hatinya, Cotten seorang jurnalis dari SNN memilih bertugas ke Irak Utara. Namun sepertinya ia selalu berada di saat tidak tepat. Supir taksi yang ditumpanginya menurunkan Cotten di tengah gurun saat mendengar sebuah berita di radio, apalagi saat itu sedang ada Dalam upaya mencari tumpangan ia menemukan sebuah lokasi penggalian arkeologis. Perasaan lega menyeliputi diri Cotten, namun ternyata hanya kelegaan untuk sesaat saja.

Alih-alih beruntung, ia justru berada di tempat dan waktu yang salah lagi! Tanpa sengaja menjadi saksi peristiwa pembunuhan seorang arkeolog terkenal, Dr. Gabriel Archer. Bukannya bertemu dengan sang arkeolog dan mendapat ijin untuk menumpang, Collen malah mendapati dirinya menerima sebuah kotak kayu kecil yang tersembunyi selama berabad-abad .

Pria sekarat itu hanya menyebutkan sederetan angka, ” Dua puluh enam, dua puluh tujuh, dua puluh delapan, Matthew” Dalam kebingungan, Cotten mendengar pria itu mengatakan sesuatu dalam bahasa yang tidak lagi didengarnya sejak anak-anak. Bahasa yang hanya dipergunakan oleh dirinya dan saudara kembarnya yang telah meninggal, ”Geb el crip”

Sejak saat itu, hidup Cotten serasa dalam bahaya. Ia merasa ada yang mengawasinya. Perabotan dirumahnya berubah tempat tanpa ia sadari. Sahabatnya terbunuh, pamannya mengalami kecelakaan aneh. Seorang pendeta perempuan membisikinya kalimat yang nyaris sama ”Geb el crip ds adgt quasb-” Kaulah satu-satunya yang dapat menghentikannya.

Guna memecahkan misteri kotak kayu yang diterima, Cotten meminta bantuan John Tyler, sejarawan injil dan pendeta Katolik terkemuka yang sedang tidak bertugas tetapi masih terikat sumpah. Ternyata kotak tersebut berisi sebuah piala yang terbungkus kain dengan lencana suatu ordo berpengaruh dari abad pertengahan yang menyatakan diri mereka sebagai Penjaga Piala. Piala atau cawan itu bukan sembarang piala. Namun sebuah piala yang diyakini dipergunakan pada saat perjamuan terakhir.

Buku ini merupakan Indiana Jones versi perempuan dalam alur cerita Don Brown. Ada tambahan pengetahuan secara umum menegnai jamuan terakhir, ada kisah pergolakan bathin seorang pedeta hingga percintaan yang tidak tertebak.

Saat mulai membaca, saya terbawa arus dan tidak bisa meletakkan buku ini hingga tamat. Namun, ketika aku selesai, saya terpaksa mengakui ada sesuatu yang hilang. Jika dilihat dari konsep jelas ini buku yang menarik. Namun entah mengapa saya merasa ada yang "Kosong"

Alur cerita yang ditawarkan serta karakter para tokoh cukup menarik, bahasa yang digunakan juga terasa ringan di awal buku. Namun kian kebelakang, saya merasa keseluruhan cerita sebenarnya bisa dikemas dalam sekian bab saja, tidak perlu satu buku penuh. Sayang sekali duo penulis ini tidak mengembangkan plot cerita hingga kian menarik. Ceritanya seakan tidak berkembang, terlalu datar justru disaat seru!

Banyak para tokoh yang hanya sebagai pelengkap saja. Mulanya saya mengira para tokoh itu kelak akan menjadi bumbu yang menarik, namun ternyata dugaan saya salah. Tokoh-tokoh itu hanya sebagai pemantas belaka. Cerita ini juga tidak menjelaskan apa yang terjadi pada beberapa orang yang semula disebutkan.Sungguh sayang padahal seharusnya bisa dikembangkan hingga membuat cerita yang kian menarik.

Sekedar ingin tahu, pada halaman 401 baris ke delapan, apakah memang lupa diterjemahkan ke Bahasa Indonesia atau memang begitu seharusnya? Penasaran berat nih......^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar