Jumat, 08 April 2011

Angan-angan Fung Lin, Ciuman di Bawah Hujan

Penulis    : Lan FangHalaman   : 360
Penerbit   : PT Gramedia Pustaka Utama

Aku ingin terus membaca angin........,
Aku ,masih menunggu laki-laki yang juga menyukai hujan itu
- Fung Lin-


Aku memang bukan penggemar cerita romantis, walau tidak menolak membaca buku genre itu asal menarik. Namun ada 3 wanita yang karyanya (bergenre romance/metro pop) menarik minatku. Mereka adalah Lan Fang, Winna Efendi.   serta Eyang Nh Dhini (walau banyak yang menyebut karya beliau sebenarnya bergenre kisah hidup)

Lan Fang membuka kisah dalam buku ini dengan sebuah pengantar yang manis. "Kebetulan" sepertinya menjadi inti dari sebuah pengantar. "Kebetulan" jualah yang membuatku mengenal penulis yang satu ini."Kebetulan" ada acara  diskon di sebuah toko buku dan "Kebetulan" kehabisan bahan bacaan membuatku tertarik untuk mampir , dan menemukan sebuah novel dengan warna cover yang "Kebetulan" berwarna biru, warna favoritku.

Novel ini merupakan pengembangan dari cerita Novelette 1001 Hari di Hongkong. Tokoh utama seorang perempuan bermata sipit bernama Fung Lin. Fung  berarti angin, Lin berarti pepohonan. Sehingga Fung Lin berarti angin yang bertiup di pepohonan.  Keluarganya sudah tiada saat terjadi kerusuhan di tokonya beberapa waktu yang lalu. Hanya nasib baik yang membuatnya selamat. Walau untuk nasib baiknya, ia  harus berkorban seluruh keluarganya, toko hingga kuliahnya yang tidak tamat.

Fung Lin jatuh cinta pada  Anto sahabatnya saat kuliah dulu. Karena Anto   berbeda dengan yang lainnya.  Anto selalu menemaninya di perpustakaan, menyediakan bangku untuk berdua.Berbeda dengan kawan-kawan lelaki yang hanya mendekatinya saat membutuhkan bahan kuliah dan saat ujian. Anto sering mengajaknya makan bakso dan sesekali memesan bakso untuk dibawanya pulang. Mereka tidak pernah pulang bersama, hanya beriring hingga gerbang kampus lalu berpisah. Anto hanyalah penggalan  masa lalu yang membuatnya teringat akan kisah lamanya saat bertemu dengan Ari

Fung Lin jatun cinta pada Ari, politisi bermata matahari yang tak mampu menangkap asap. Bersamanya Fung Lin merasa nyaman tanpa pernah mengingatkannya kepada hal-hal yang ingin dilupakannya dengan susah payah. Sosok Ari sangat jauh berbeda dengan para anggota dewan yang dikenalnya. Begitu biasa dan menyatu dengan lingkungan. Ari selalu membuatnya tertawa. Ari jugalah yang membuatnyamengenal dan menyukai sosok Rafi

Fung Lin jatuh cinta pada Rafi, politisi berkaki angin yang terjebak basah gerimis. Karena  saat ia tersenyum, maka itu bener-benar sebuah senyuman.Bukan hanya bibirnya  yang tersenyun, namun juga matanya. Karena Rafi memperhatikan dirinya dengan tulus. Hanya pada Rafi  Fung Lin mau menyatakanperasaan yang sesungguhnya, ia sudah tak mampu membendung perasaannya lagi." Aku ingin kau peluk dan cium di saat hujan, Raf"  Ungkapnya tanpa malu,canggung dan kikuk.

Sebuah perhitungan nasib membuatnya  bertemu dengan Lie Ming. Mama Lie Ming sangat menyukainya, dan ia telah lolos test kelayakan untuk anaknya. Ia tidak pernah melihat Lie Ming tersenyum pada dirinya. Ia membiarkan dirinya menjadi boneka demi Lie Ming. Semuanya hanya karena perhitungan. Dan ia tahu,  walau semua perhitungan nampaknya bagus, namun Lie Ming bukan untuknya

Novel ini terbilang cukup unik, karena dalam novel ini terdapat sebuah draf novel yang ditulis oleh sang lakon utama  Fung Lin,yang juga menjadi bagian dalam keseluruhan novel ini. Kisahnya juga luar biasa, sangat cocok dengan aktivitas  dua lelaki dalam kehidupannya, Ari dan  Rafi.Entah mengapa, aku justru lebih menyukaicerita yang dibuat oleh Fung Lin. Andai saja ini dijadikan  sebuah cerita secara utuh, tentunya akan sangat menarik. Atau jangan-jangan malah sudah hanay saya yang kurang tahu.

Seperti beberapa buah karyanya yang lain, kisah cinta dalam novel ini dibuat dengan aneka kiasan yang bermakna indah.Betapa  Fung Lin sangat menyukai hujan,karena saat bermain hujan ia merasa sama dengan lingkungan sekitar. Dalam hujan ia menemukan kedamaian, oleh karenanya ia mengharapkan suatu saat menemukan seorang lelaki yang  mengusap air hujan dari kedua kelopak  matanya dan menciumnya di bawah hujan. So sweet....

Untuk aku yang bukan penggemar cerita romance, tentunya membutuhkan ekstra usaha untuk mengartikan sebuah kalimat puitis, mencoba menguraikan sebuah rajutan kata-kata bermakna guna mendapat inti terpendam. Latar belakang kedua tokoh yang berasal dari dunia politik, memberikan nuasan tersendiri.Sepak terjang mereka kadang seperti mencari pembenaran atas sikap-sikap mereka selaku anggota dewan, namun dilain sisi, kadang kala sifat mereka sebagai manusia biasa  juga muncul. Lelaki memang makhluk yang unik, apa lagi jika mereka adalah politikus.

Aku juga suka hujan, namun sepertinya aku tidak mengharapkan mendapat ciuman di bawah hujan.Walau  seorang lelaki dari kota hujan sempat mengusik hatiku. Dan sekali lagi sebuah "Kebetulan" buku ini dibaca saat hujan turun selama perjalanan pulang dari Kota Hujan.

Xiexie  Lan Fang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar