Jumat, 01 April 2011

Good Wives : Kehidupan Para Gadis March Setelah Dewasa

” Aku mencintaimu semenjak aku mengenalmu,Jo: tidak bisa menahannya, kamu begitu baik kepadaku. Aku sudah mencoba menunjukkannya, tapi kamu tidak mengizinkanku”

”Oh, kamu mau kemana?” Tanya Jo
”Ketemu setan ” Jawab Laurie


Tidak lama waktu yang dibutuhkan untuk menuntaskan buku ini. Masalahnya justru ada dibagian membuat review. Banyak hal-hal indah yang menyentuh hati. Hingga bingung bagaimana harus menguraikan isi buku ini. Sebaiknya tinggalkan review ini,segera membeli agar bisa mengerti makna dalam cerita yang menghangatkan jiwa versi www.librarything.com. Kekurangan dari buku ini, semoga hanya di buku yang aku punya, ada beberapa halaman yang cetakannya berbayang.

Walau buku ini memang bukan genreku, namun tetap saja buku ini mampu membuatku terlena. Mengingat butuh watu yang lama...............a akhirnya aku tahu bagaimana nasib empat sosok perempuan yang paling dicintai dalam sastra Amerika, buku ini akan menempati salah satu sisi rak buku favorit sepanjang masa

Buku ini berkisah mengenai bagaimana perjalanan hidup Meg yang cantik dan tertib, Jo yang penuh semangat dan susah diatur, Beth yang pendiam dan baik hati, serta si bungsu Amy yang berdarah seni dan kekanak-kanakan,. Anak-anak perempuan itu menyerahkan hati mereka kepada sang ibu untuk selalu dijaga, dan jiwa mereka kepada ayah untuk dilindungi.

Meg kian menunjukkan kewanitaannya. Pernikahan serta kelahiran anak-anaknya membuat Meg kian dewasa dalam menghadapi hidup. Benturan-benturan kecil dengan suaminya membuat ia kian memahami hidup. Sikapnya yang terlalu memuja anak-anak nyaris membuat percikan kecil dalam rumah tangganya. Untung ia segera bisa mnyadari kekurangannya.

Beth kian kurus, pucat serta lebih pendiam dari dahulu. Di pelukan sang ibu tempatnya mendapatkan napas pertama, Beth dengan tenang mengembuskan napas terakhir, tanpa ada perpisahan kecuali pandangan penuh kasih, satu desahan kecil. Kepergiannya hanya secara fisik, namun keberadaannya masih melehat di hati saudari-saudarinya . Kenangan indah mereka akan selalu dikenang.

Amy walau bukan perempuan yang cantik, namun memiliki pesona yang kian menawan. Tingkah lakunya benar-benar diatur. Caranya berpakaian, walau bukan menggunakan pakaian yang terbaik, membuatnya kian menarik. Sejak ia menggantikan Jo di rumah Bibi March, Jo tidak perlu kembali lagi kesana. Sang bibi menawarkan kursus menggambar dari salah seorang guru gambar terbaik. Bibi March sangat menyukai Amy.

Jo sudah jauh melembut. Ia bisa membawa diri dengan santai, namun belum cukup anggun. Lidahnya sudah tidak setajam dulu. Karya-karya Jo sudah mulai diperhitungkan. Ia sudah mulai dapat menghasilkan uang dari hasil karyanya tersebut. Dan ia tidak pelit untuk membagikan uang yang diperolehnya dengan keluarga

Kisah kasihnya dengan Laurie berakhir dengan persahabatan. Jo menyadari terlalu miripnya mereka berdua membuat kisah cinta mereka tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Keputusan yang diambil sehubungan dengan perasaan hatinya dan Laurie membuatnya ia memutuskan untuk berlibur sementara. Ia sudah mempersiapkan diri untuk menjadi perawan tua yang mengabdikan hidup demi anak-anak.

Sikap Jo yang ceplas-ceplus seenaknya membuat ia harus menerima akibat yang menyedihkan. Bibi March yang berkeinginan pergi ke Eropa, alih-alih mengajak Jo yang sering diminta tolong menemaninya, ia malah mengajak Amy. Jo dianggap bersikap kasar dan memiliki semangat terlalu mandiri serta benci Bahasa Perancis. Sementara Amy menyukai Bahasa Perancis serta lebih patuh serta akan menerima bantuan apapun untuk perjalanan itu dengan penuh terima kasih. Namun kelak, saat berpulang, Bibi March membuktikan bahwa ia tetap mencintai Jo dengan caranya sendiri.

Buatku secara pribadi, sosok Jo benar-benar ”Aku” sekali. Perbedaan diantara kita hanyalah ia menikah dengan sang profesor sementara aku sudah terlena dengan nikmatnya menjadi orang tua tunggal. Salah seorang sahabat juga mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya Jo nyaris sama dengan diriku, kecuali soal kepandaian memasak yang beda jauh. Aku hanya bisa membuat panganan kecil bukan memasak masakan utama.

Jika mau jujur, pasti ada satu diantara Meg, Jo, Beth dan Amy yang mewakili sifat dan pribadi diri kita. Mungkin tidak sama persis namun pastilah ada yang bersinggungan. Louisa May Alcott sosok yang membidani buku ini merupakan anak dari pasangan dari Amos Bronson Alcott dan Abigail May Alcott (29 November 1832 - 6 Maret 1888). Kehidupan dirinya serta saudarinya menjadi landasan bagi pembuatan buku Little Women yang fenomenal.

Sejak terbit pertama kali tahun 1868, buku ini tetap dibaca dan dikagumi banyak orang dari generasi ke generasi. Menurut contekan dari Mbah Google, masih ada beberapa lanjutan dari buku ini. Memang bukan tentang Meg, Jo serta Amy lagi. Namun kisah mengenai keluarga mereka tetaplah menarik. *Siap-siap menunggu kiriman dari Ibu Peri Buku*

Baru sadar bukunya ketinggalan di meja kerja . Maap info bukunya ngintip di web Serambi aja yah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar