Jumat, 01 April 2011

Garuda-5 : Utusan Iblis, Kisah Pertempuran Dua Dunia


Pengarang : FA Purawan
Editor : Sukini
Halaman : 699
Penerbit : Tiga Kelana

" Dengarkan aku Pendekar Garuda. Aku bersumpah! Enam ratus enam puluh enam tahun lagi saat kedatangan berikutnya, akan kulaksanakan niatku bersekutu dengan utusan iblis! Kalian tak akan mampu ! Ha ha ha "

Para Pendekar Garuda tertegun mendengar sumpah yang keluar dari mulut Ki Sangeti. Kepala yang sudah putus di tebas ajian Toya Bhatara Guru, senjata andalan Sentika, ternyata masih bisa mengeluarkan sumpahnya.

“Sayang sekali….. kalian tak akan cukup umur untuk menyaksiannya sendiri!” Kanjeng Ratu Suromenjani penguasa dunia lelembut berkata sambil membawa kepala Ki Sangeti pergi menjauh.

Ketika Pakulangit menghujam tanah,
Cahayanya menerangi seisi lembah,
Ketika cincin api tampak di angkasa
Bersiaplah Dunia menelan petaka


Sentika, Anggraini, Widura, Dyah Pramestita serta Rangga tidak pernah mengira jika tembang yang selama ini sering mereka lafalkan adalah benar-benar pertanda mengenai datangnya utusan iblis. Setiap Enam ratus enam puluh enam tahun sekali utusan iblis akan datang ke bumi. Tugas mereka sebagai Pasukan Garuda-5 adalah menghalangi kedatangan utusan iblis ke muka bumi.

Beberapa ratus tahun kemudian.............
Jaka, Rani dan Bun tiga orang remaja biasa sering mendapat mimpi yang nyaris sama. Tidak ada yang saling mengetahui bahwa mereka memiliki mimpi yang senada hingga beberapa kejadian membuat mereka mau tak mau membicarakan mimpi-mimpi itu.

Mereka ternyata adalah titisan dari Para Pendekar Garuda! Mereka sepakat,ada pesan tersembunyi yang tersimpan dalam mimpi. Setiap pesan pasti memiliki dua sisi, yaitu pemberi dan apa tujuan bagi penerima. Mereka harus bersusah payah memahami arti pesan melalui mimpi yang selama ini mereka terima.

Sambil berusaha memahami arti mimpi, kehidupan mereka sehari-hari tetaplah berjalan sebagaimana biasanya. Jaka dan Rani sibuk di kegiatan OSIS SMA Raya sementara Bun,asyik membantu orang tuanya di kantin sekolah. Disamping itu, mereka juga harus berusaha mencari 2 orang titisan lagi. Mereka berpacu dengan waktu kemunculan utusan iblis.

Acara Jambore Akbar SMA Raya membuat mereka harus berurusan dengan banyak hal di luar nalar. Mereka ternyata mendirikan kemah ditempat dahulu utusan iblis nyaris berhasil turun ke bumi. Berbagai keanehan mewarnai suasana Jambore Akbar SMA Raya. Mereka juga harus berurusan dengan aneka makhluk aneh dari dunia lelembut, dari alam nyata mereka harus berurusan dengan teman-teman yang bertingkah seenaknya dan tak ketinggalan kisah cinta dari dua dunia.

Beberapa saat setelah 666 tahun.................
Saat 4 orang anggota Padepokan GRI mengunjunginya, Tukang Cerita bersabda, " Jika kalian mampu melewati bab-bab awal yang memang sedikit berat, maka sisanya seluruh cerita akan mengalir dengan cepat!"

Empat orang yang duduk manis dihadapannya hanya bisa saling melirik sambil menganggukan kepala. Tangan mereka serentak membalik-balikan halaman buku secara acak. Ketebalan buku (699 halaman) merupakan hal yang patut diperhitungkan jika ingin membaca buku Garuda-5: Utusan Iblis

Melihat wajah-wajah yang memancarkan rasa bimbang, beliau segera berkata, “ Anak berusia 8 tahun saja bisa membaca buku ini selama 2 hari " Tambah beliau seakan menantang kemampuan mencerna dan kecepatan membaca buku mereka.

Satu orang langsung berteriak, “ Aku nyerah…!” Dua orang menjawab, “ Buku ini harus menunggu giliran, masih banyak yang harus dibaca” Sisanya merasa tertantang dibadingkan dengan anak 8 tahun! Yang merasa tertantang itulah yang membuat repiu….^_^

Seperti saat membaca cerita fantasi yang lain, saya selalu membiarkan alam pikiran saya bergerak liar, menebak jalan pikiran sang penulis serta berandai-andai.

Kehadiran titisan Kanjeng Ratu Suromenjani bisa saya tebak dengan cepat. Saat salah satu tokoh muncul untuk pertama kali, saya langsung menebak ini pastilah titisan Kanjeng Ratu Suromenjani Kebiasaan sok tahu saya kadang terbukti benar, kebetulan di buku ini terbukti benar juga.

Penulis sepertinya sengaja membiarkan saya menebak dengan mudah untuk urusan titisan Kanjeng Ratu Suromenjani. Sementara untuk titisan Ki Sangeti dan 2 anak keturunan Pasukan Garuda, benar-benar mengecohkan saya! Semula saya pikir titisan mereka berdua adalah si tokoh pelengkap cerita saja. Ternyata salah! Seseorang yang saya kira adalah pimpinan ternyata hanya sekedar pimpinan, namun bukan yang memiliki ilmu tertinggi diantara mereka berlima.

Di dalam buku ini juga terselip humor-humor segar yang menenangkan syaraf tegang setelah mengikuti pertarungan aneka jurus. Humor segar tersebut juga bisa didapati dalam bentuk catatan kaki. Tentunya selain banyolan jenaka ala anak SMA

Selain memang benar, sesuai petuah Sang Tukang Cerita, bab-bab awal membuat saya harus menekan selambat mungkin kecepatan membaca saya. Maksudnya agar bisa SANGAT memahami cerita yang ada di awal-awal buku. Selanjutnya, saya bisa kembali Kecepatan membaca saja.

Ternyata “Petunjuk” itu bener-benar bermanfaat. Setelah memahami, maksudnya teramat sangat memahami bab awal yang menjadi latar belakang cerita, bab-bab selanjutnya kian seru! Keasyikan saya membaca serta membayangkan aneka adegan laga mengingatkan sensasi yang sama saat kecil. Dahulu selain buku Kho Ping Ho, aneka film laga Mandarin dalam sekian kaset video sering menemani saat luang saya. Kalau buku ini jadi film…….

Sekedar usulan, mengingat buku ini diselesaikan dalam jangka waktu belasan tahun, mungkin istilah SMA bisa diganti dengan SMU agar lebih sesuai dengan jaman sekarang. Eh Kalo halamannya juga 666 bukan 699 sejalan dengan makna 666 bagi banyak orang, efeknya kian seru tuh.

Sayang jika buku ini belum dikenal luas di masyarakat karena kurangnya promosi dari pihak penerbit. Saya jadi merasa tertantang untuk membuatkan semacam marketing plan untuk memperkenalkan buku ini lebih lanjut.

Tapa mencari inspirasi dulu ah……!
*Melirik tumpukan buku yang belum di repiu*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar