Jumat, 01 April 2011

Apakah Anda (Juga) Pencuri Buku?


Judul: The Man Who Loved Books Too Much
Penulis : Allison Hoover Bartlett
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Editor : Indradya Susanto Putra
Halaman : 282
Penerbit : Penerbit Alvabet

Semua pencuri buku adalah pembohong sejati!

Baru kali ini saya menyesal bisa membaca dengan cepat! Walau setiap hari memaksa membaca hanya sekian halaman, tetap saja buku ini selesai dalam hitungan hari. Ceritanya sungguh sayang untuk ditamatkan dalam waktu singkat. Apa boleh buat, lain kali ini ini pasti saya baca lagi, lagi dan lagi.

Bagi kolektor buku, buku dinilai bukan dari isinya. Bahkan banyak diantara mereka yang tidak membaca buku koleksinya. Mereka menilai buku dari bentuk fisik, saat penerbitan dan kesulitan mendapatkannya. Sungguh berbeda dengan mereka yang suka membaca, isi adalah segalanya.

Gilkey sangat mencintai buku hingga bersedia masuk penjara demi buku. Ketertarikannya lebih karena apa yang disimbolkan oleh sebuah buku alih-alih ceritanya. Gilkey bukan saja tergerak hatinya untuk mencuri karena perasaan cinta terhadap buku. Namun juga karena menikmati rasa kekaguman orang terhadap koleksi bukunya, itulah inti hasrat Gilkey. Baginya buku adalah benda visual, yang tanpak menarik ketika berjajar di rak. Ia memperlakukan buku dengan sangat lembut penuh dengan kehati-hatian.

Bagi Gilkey, sebanyak apapun uang yang dimiliknya, jumlah itu tak akan pernah cukup untuk semua buku yang diinginkannya. Kebanyakan buku yang diinginkannya merupakan buku yang masuk dalam daftar seratus novel berbahasa Inggris terbaik abad kedua puluh (novel yang diterbitkan sejak 1990) yang disusun oleh para anggota dewan editor Moderen Library pada tahun 1998

Hal ini mungkin juga dialami oleh diri kita masing-masing tanpa kita sadari. Saya pribadi, kadang lebih mementingkan membeli buku, menghadiri bedah buku atau pergi ke toko buku dibandingkan acara lain. Walau keuangan sedang defisit,namun mengetahui ada diskon disebuah toko buku saya langsung bergegas menuju toko buku itu. Setelah pulang dari toko buku, sudah bisa dipastikan keuangan saya kian defisit. Namun rasanya sepadan. Baru belakangan saya lebih bisa menahan diri.

Atau cerita sahabat karib saya yang saya temui lewat salah satu milis penerbit. Tagihan kartu kreditnya sebagian besar adalah dari toko buku. Ia seakan meletakkan langit sebagai batasan belanja buku, namun untuk urusan yang lain ia akan meletakkan tanah sebagai batasannya. Ia bahkan mau berbaik hati membuka “Rekening” bagi sahabat seperti saya, yang punya niat belanja buku besar tapi keuangan kecil. Dia bagai malaikat penolong bagi saya dan para sahabat.

Kesukaannya membeli dan membaca buku serta lambatnya kecepatannya membaca merupakan keuntungan bagi saya. Saya bisa membaca buku terbaru gratis, tidak gratis juga sebenarnya, saya menunjukkan rasa terima kasih dengan menyampulkan buku yang saya pinjam.

Tanpa sadar, saya jadi membenci sekaligus mengagumi Ken Sanders,orang yang bertanggung jawab menjegal sepak terjang Gilkey. Walau saya tahu bahwa yang dilakukan Gilkey adalah kesalahan besar, namun sebagai seseorang yang mencintai buku, saya bisa memahami mengapa ia berbuat begitu. Untuk itu saya membenci Sanders yang membuat hidup Gilkey menjadi merana. Di sisi lain, saya mengagumi kegigihannya membantu para pedagang buku antik menyelamatkan buku-buku mereka dari tangan yang tidak bertanggung jawab semacam Gilkey. Kecintaannya terhadap buku, membuat Sanders merasa buku harus diperlakuan dengan istimewa, termasuk cara memperolehnya.

Walau berkesan berat, namun buku ini juga memberikan banyak cerita-cerita segar. Misalnya saat Gilkey meminta ayahnya mengambilkan buku yang dibelinya, membayangkan ketegangan yang dialaminya serta kelakuan saat akhirnya sang ayah datang dengan membawa buku pesanan. Atau mendengar Gilkey menggerutu saat mengetahui banyak buku di perpustakaan yang hilang dicuri. Ia dengan marahnya mengomentari bahwa mencuri buku di perpustakaan adalah pencurian, sebuah kesalahan besar, lalu yang dilakukannya bagaimana?

Membaca judul buku In Cold Blood dan The Profesor and The Mad-man yang tercantum dalam buku ini membuat saya meringis. Maklum kedua buku itu sudah saya jadikan modal saat mengikuti bookswap. Padahal edisi asli buku ini ternyata berharga cukup mahal. Memang yang saya punya adalah edisi terjemahan namun edisi terjemahan pertama. Siapa tahu beberapa tahun kedepan juga berharga mahal. Duh... jadi musti berhati-hati kalau ikutan bookswap.

Buku ini juga memberikan tambahan pengetahuan seputar buku. Saya jadi tahu bahwa ”Papan” adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sampul. Saya lebih mengerti kenapa banyak sahabat saya yang menolak membeli buku dengan menggunakan kartu kredit Juga mengenai berbagai macam tipe pencuri buku.

Dalam situs ABBA ( Antiquarian Booksellers’ Association of America), Asosiasi Pedagang Buku Antik Amerika disebutkan ada 5 tipe pencuri buku. Yaitu: Kleptomania yang tidak bisa  menahan diri untuk mencuri buku; pencuri yang mencuri demi meraih keuntungan, pencuri yang mencuri karena marah; pencuri biasa; pencuri yang mencuri untuk digunakan sendiri. Saya jadi berpikir, jangan-jangan tanpa sadar saya juga pernah “Mencuri” Masuk kategori yang mana yah….

Paragraf yang paling saya sukai dari buku ini, merupakan ungkapan dari Winston S. Churchill yang bercerita mengenai kecintaanya terhadap buku.


Jadi, apakah anda termasuk orang yang cinta membaca, kolektor buka, atau (juga) pencuri buku? Kalau saya adalah .......

Oh ya, saya ingin sekali mencetak tulisan berikut,lalu menempelkan disemua buku saya serta membuat versi besarnya untuk di rak buku ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar