Pengarang : Shu Yi
Penerjenah : Pangseti Bernardus
Penyunting : M. Sidik Nugraha
Halaman : 545
Penerbit : Serambi
Kau tidak bisa berbicara sepatah kata pun, kau memelukku erat-erat dan tidak ingin ditinggalkan. Kau hanya bisa meneteskan air mata
"Aku ini mata keranjang dan tidak punya tanggung jawab, juga tak bisa merayu dengan romantis, tapi mengapa kau masih ingin hidup denganku ?”
"Entahlah, barangkali aku berhutang padamu di kehidupan sebelumnya
Perkenalan Zhao Mei dengan Sun “Mark” Jiayu sungguh bukan perkenalan yang lazim. Sun Jiayu menyelamatkan dirinya saat tanpa sengaja berada ditengah-tengah perkelahian antar geng. Saat itu, Mei hanya mendengar suaranya saja, baru belakangan ia mengenali wajah orang yang menolongnya. Ternyata juga wajah yang membuat sahabatnya Peng Weiwei patah hati.Wajah yang akan menghiasi hari-harinya kelak.
Kisah cinta mereka berdua dibumbui dengan perkelahian antar geng, mafia, rasa cemburu dan amarah. Mereka berdua menjalani hubungan dengan mengalir, apa adanya. Satu sama lain saling mencintai dan menunjukkan cintanya dengan cara yang unik, yang jarang dilakukan oleh orang banyak. "Aku tidak pernah tahu seperti apa masa lalunya dan tidak pernah bisa menggenggam masa depannya. Tetapi pada saat ini, aku tahu dengan jelas dan pasti bahwa aku mencintai lelaki ini. Tak perduli apa pun yang telah ia lakukan dulu" Ungkapan hati Mei untuk Sun Jiayu.
Sun Jiayu merupakan “ lelaki pertama” bagi Mei. Mei memang selama ini dikenal sebagai seorang gadis yang lugu. Sementara Sun Jiayu terlanjur mendapat cap playboy. "Saat dia masuk, aku tidak bisa menahan tangis. Karena sakit, juga karena keperawanan yang kupertahankan selama dua puluh dua tahun terenggut olehnya” Walau belakangan baru menyadari jika ia merupakan lelaki pertama bagi Mei, Sun Jiayu tidak menunjukkan perasaan romatisnya hingga sempat membuat Mei marah dan melemparkan uang ke wajahnya.
Namum bagaimana juga, Mei adalah seorang wanita yang mencintai seorang pria. Saat Sun Jiayu berada dalam kesulitan, segala upaya dilakukan oleh Mei untuk membantunya. Wanita yang jatuh cinta mampu melakukan segalanya guna menyelamatkan sang kekasih. Mei melakukannya dengan segenap jiwa raganya, hingga tanpa sadar malah menyinggung harga diri Sun Jiayu. Niatnya menolong malah membuat lelaki yang paling dicintainya tidak memiliki muka untuk menemuinya lagi.
Sun Jiayu, dengan segala kekonyolan dan kebiasaan mengomelnya menjaga Mei melebihi jiwanya. Ia rela membuat dirinya ditangkap polisi agar Mei tidak terkena sasaran peluru dari mereka yang ingin membunuhnya. Ia mengirimi Mei uang untuk bersekolah musik sesuai keinginannya walau uang itu akhirnya dibakar Mei. Ia menjauhi Mei demi keselamatan diri Mei. Ia selalu menyimpan Alkitab kiriman Mei dengan foto Mei tersembunyi didalamnya.
Selain kisah pertarungan antar geng yang mendebarkan dan penuh dengan adegan berdarah, disini juga terdapat humor-humor serta kejadian yang menyegarkan. Misalnya saat Sun Jiayu ditawari kaca spion yang belakangan adalah kaca spion mobilnya sendiri. Atau kejadian saat tempat duduk mobil diambil orang sehingga dengan kocaknya Sun Jiayu terpaksa mengambil kursi. Sepanjang jalan ia terpaksa mengemudi dengan kurang nyaman. Beberapa kali ia nyaris terbentur kaca depan.
Ada beberapa kalimat yang serasa kurang pas, seperti “ Awalnya Peng Weiwei kasihan karena tetangganya ketakutan sampai stes berat. Tahu jika aku membuat masalah, aku melangkah ke pojok dan tertawa” Jika membaca konteks di atasnya maka akan lebih nyaman dibaca jika ditulis, “ Awalnya Peng Weiwei, kasihan, karena tetangganya ketakutan sampai stes berat. Tahu jika aku membuat masalah, aku melangkah ke pojok dan tertawa” Lalu pada halaman 124 tertulis, “ Dia punya tempatinggal….” Lebih enak jika , “ Dia punya tempat tinggal”
Sekedar peringatan, menurut buku ini, berciuman secara berlebihan bisa menimbulkan bahaya , “Bibirnya merapat ke bibirku. Aku dengan bodohnya menyambut, saking senangnya terasa nyawa mau melayang, rasanya agak pusing, mungkin kurang oksigen” Jangan lupa menarik napas panjang setelah berciuman ^_^
==============================================================
Penggalan kalimat berikut sungguh menusuk hati saya, menampar diri saya untuk kian bangun dari tidur panjang. Laki-laki paling takut kalau disuruh mengatakan tiga kata “aku cinta padamu” beri dia waktu
Waktu, sesuatu yang sudah tidak saya miliki lagi. Saya kian terbangun saat membaca "Tubuhmu berada di satu tempat, tetapi hatimu ada di tempat lain Sudah waktunya tubuh dan hati saya berada dalam satu tempat.
Seorang sahabat pernah berkata " Kalian berdua sungguh 2 orang yang paling keras kepala yang saya kenal! Memendam cinta hingga belasan tahun tanpa satu pun yang mau mengakuinya"
Hubungan pertemanan kami putus sambung. Namun ia selalu ada di hatiku. Aku dalam proses berpacaran, menikah, bercerai hingga mencari yang baru, ada saja saat dimana ia akan menjadi "keranjang sampahku" Begitu juga dia. Kita akan saling ada saat yang lain membutuhkan.
Namun aku bukan Zhao Mei yang akan melakukan apapun demi lelaki tercintanya. Aku hanya bisa melangkah perlahan-lahan hingga semuanya terlambat! Beberapa tahun lalu semuanya menjadi terlambat! Perlahan namun sepertinya kurang cepat, dia harus kubuat menghilang dari hati agar luka ini bisa segera sembuh.
Beberapa waktu yang lalu aku masih melakukan hal konyol. Saat wajahnya muncul di FB, tanpa sadar aku menyentuh layar monitor sambil menarik napas. Apa yang bisa diharapkan dari upaya menghilangkan rasa di hati setelah belasan tahun mengendap? Tak bisa secepat itu. Namun sekarang aku bisa meliriknya tanpa ada rasa.
Namun, kalimat 'Perempuan tak bisa melupakan lelaki yang mampu membuat mereka meneteskan air mata. Begitu juga halnya dengan lelaki. Mereka hanya ingat pada perempuan yang pernah membuat mereka sakit hati" Membuatku berpikir, memangnya siapa yang kubuat sakit hati...? Sehingga aku berada dalam kondisi seperti ini. Moga-moga tidak ada.
Penerjenah : Pangseti Bernardus
Penyunting : M. Sidik Nugraha
Halaman : 545
Penerbit : Serambi
Kau tidak bisa berbicara sepatah kata pun, kau memelukku erat-erat dan tidak ingin ditinggalkan. Kau hanya bisa meneteskan air mata
"Aku ini mata keranjang dan tidak punya tanggung jawab, juga tak bisa merayu dengan romantis, tapi mengapa kau masih ingin hidup denganku ?”
"Entahlah, barangkali aku berhutang padamu di kehidupan sebelumnya
Perkenalan Zhao Mei dengan Sun “Mark” Jiayu sungguh bukan perkenalan yang lazim. Sun Jiayu menyelamatkan dirinya saat tanpa sengaja berada ditengah-tengah perkelahian antar geng. Saat itu, Mei hanya mendengar suaranya saja, baru belakangan ia mengenali wajah orang yang menolongnya. Ternyata juga wajah yang membuat sahabatnya Peng Weiwei patah hati.Wajah yang akan menghiasi hari-harinya kelak.
Kisah cinta mereka berdua dibumbui dengan perkelahian antar geng, mafia, rasa cemburu dan amarah. Mereka berdua menjalani hubungan dengan mengalir, apa adanya. Satu sama lain saling mencintai dan menunjukkan cintanya dengan cara yang unik, yang jarang dilakukan oleh orang banyak. "Aku tidak pernah tahu seperti apa masa lalunya dan tidak pernah bisa menggenggam masa depannya. Tetapi pada saat ini, aku tahu dengan jelas dan pasti bahwa aku mencintai lelaki ini. Tak perduli apa pun yang telah ia lakukan dulu" Ungkapan hati Mei untuk Sun Jiayu.
Sun Jiayu merupakan “ lelaki pertama” bagi Mei. Mei memang selama ini dikenal sebagai seorang gadis yang lugu. Sementara Sun Jiayu terlanjur mendapat cap playboy. "Saat dia masuk, aku tidak bisa menahan tangis. Karena sakit, juga karena keperawanan yang kupertahankan selama dua puluh dua tahun terenggut olehnya” Walau belakangan baru menyadari jika ia merupakan lelaki pertama bagi Mei, Sun Jiayu tidak menunjukkan perasaan romatisnya hingga sempat membuat Mei marah dan melemparkan uang ke wajahnya.
Namum bagaimana juga, Mei adalah seorang wanita yang mencintai seorang pria. Saat Sun Jiayu berada dalam kesulitan, segala upaya dilakukan oleh Mei untuk membantunya. Wanita yang jatuh cinta mampu melakukan segalanya guna menyelamatkan sang kekasih. Mei melakukannya dengan segenap jiwa raganya, hingga tanpa sadar malah menyinggung harga diri Sun Jiayu. Niatnya menolong malah membuat lelaki yang paling dicintainya tidak memiliki muka untuk menemuinya lagi.
Sun Jiayu, dengan segala kekonyolan dan kebiasaan mengomelnya menjaga Mei melebihi jiwanya. Ia rela membuat dirinya ditangkap polisi agar Mei tidak terkena sasaran peluru dari mereka yang ingin membunuhnya. Ia mengirimi Mei uang untuk bersekolah musik sesuai keinginannya walau uang itu akhirnya dibakar Mei. Ia menjauhi Mei demi keselamatan diri Mei. Ia selalu menyimpan Alkitab kiriman Mei dengan foto Mei tersembunyi didalamnya.
Selain kisah pertarungan antar geng yang mendebarkan dan penuh dengan adegan berdarah, disini juga terdapat humor-humor serta kejadian yang menyegarkan. Misalnya saat Sun Jiayu ditawari kaca spion yang belakangan adalah kaca spion mobilnya sendiri. Atau kejadian saat tempat duduk mobil diambil orang sehingga dengan kocaknya Sun Jiayu terpaksa mengambil kursi. Sepanjang jalan ia terpaksa mengemudi dengan kurang nyaman. Beberapa kali ia nyaris terbentur kaca depan.
Ada beberapa kalimat yang serasa kurang pas, seperti “ Awalnya Peng Weiwei kasihan karena tetangganya ketakutan sampai stes berat. Tahu jika aku membuat masalah, aku melangkah ke pojok dan tertawa” Jika membaca konteks di atasnya maka akan lebih nyaman dibaca jika ditulis, “ Awalnya Peng Weiwei, kasihan, karena tetangganya ketakutan sampai stes berat. Tahu jika aku membuat masalah, aku melangkah ke pojok dan tertawa” Lalu pada halaman 124 tertulis, “ Dia punya tempatinggal….” Lebih enak jika , “ Dia punya tempat tinggal”
Sekedar peringatan, menurut buku ini, berciuman secara berlebihan bisa menimbulkan bahaya , “Bibirnya merapat ke bibirku. Aku dengan bodohnya menyambut, saking senangnya terasa nyawa mau melayang, rasanya agak pusing, mungkin kurang oksigen” Jangan lupa menarik napas panjang setelah berciuman ^_^
==============================================================
Penggalan kalimat berikut sungguh menusuk hati saya, menampar diri saya untuk kian bangun dari tidur panjang. Laki-laki paling takut kalau disuruh mengatakan tiga kata “aku cinta padamu” beri dia waktu
Waktu, sesuatu yang sudah tidak saya miliki lagi. Saya kian terbangun saat membaca "Tubuhmu berada di satu tempat, tetapi hatimu ada di tempat lain Sudah waktunya tubuh dan hati saya berada dalam satu tempat.
Seorang sahabat pernah berkata " Kalian berdua sungguh 2 orang yang paling keras kepala yang saya kenal! Memendam cinta hingga belasan tahun tanpa satu pun yang mau mengakuinya"
Hubungan pertemanan kami putus sambung. Namun ia selalu ada di hatiku. Aku dalam proses berpacaran, menikah, bercerai hingga mencari yang baru, ada saja saat dimana ia akan menjadi "keranjang sampahku" Begitu juga dia. Kita akan saling ada saat yang lain membutuhkan.
Namun aku bukan Zhao Mei yang akan melakukan apapun demi lelaki tercintanya. Aku hanya bisa melangkah perlahan-lahan hingga semuanya terlambat! Beberapa tahun lalu semuanya menjadi terlambat! Perlahan namun sepertinya kurang cepat, dia harus kubuat menghilang dari hati agar luka ini bisa segera sembuh.
Beberapa waktu yang lalu aku masih melakukan hal konyol. Saat wajahnya muncul di FB, tanpa sadar aku menyentuh layar monitor sambil menarik napas. Apa yang bisa diharapkan dari upaya menghilangkan rasa di hati setelah belasan tahun mengendap? Tak bisa secepat itu. Namun sekarang aku bisa meliriknya tanpa ada rasa.
Namun, kalimat 'Perempuan tak bisa melupakan lelaki yang mampu membuat mereka meneteskan air mata. Begitu juga halnya dengan lelaki. Mereka hanya ingat pada perempuan yang pernah membuat mereka sakit hati" Membuatku berpikir, memangnya siapa yang kubuat sakit hati...? Sehingga aku berada dalam kondisi seperti ini. Moga-moga tidak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar