Rabu, 30 Maret 2011

Xar & Vichattan : Takhta Cahaya, Saat Nasib Dunia Berada di Tangan Empat Anak

Judul asli:Xar & Vichattan : Takhta Cahaya
Pengarang: Bonmedo Tambunan
Penyunting: Lutfi Jayadi & Ratri Adityarani
Halaman: 312 hal
Penerbit: Adhika Pustaka
www.adhika-pustaka.com
Rating: 4/5

Seharusnya saya bertindak mengikuti kata hati! Belakangan ini saya sering mengacuhkan insting saat membeli buku. Padahal sudah beberapa kali terbukti insting saya benar, keragu-raguan membeli malah merugikan saya. 

Buku ini sempat dilirik saat acara Bedah Buku Feel di Gramedia Pejaten Village. Namun sayang, buku yang ditemukan di antara buku lain yang bukan sejenis kondisinya memprihatinkan. Belum lagi melihat format tulisan yang relatif kecil sedangkan spasinya lumayan besar, serta posisi sisi kanan dan kiri yang kurang proposional, membuat saya mengurungkan membeli buku ini.

Namun, rupanya buku ini masih "menggoda" saya. Saat ada diskon besar di salah satu toko buku, lagi-lagi tumpukan buku ini menggoda saya. Saat meminta rekomendasi ke teman-teman, jawabnya malah kian membuat ragu. Walau saya sudah menangkap ada sesuatu yang spesial, rupanya insting musti kalah dengan gengsi....

Siapa mengira, rupanya buku ini berjodoh dengan saya. Saya malah menerima buku ini sebagai hadiah ulang tahun yang terlalu cepat dari penulisnya. Dan insting saya terbukti benar, ada yang spesial mengenai isi cerita ini.

Ceritanya memang termasuk genre fantasi. Ini merupakan buku pertama, sementara buku kedua menurut pengakuan pengarangnya sedang mengalami pematangan alur cerita. 

Tokoh dalam kisah ini adalah anak-anak. Antesa, cucu biarawati agung Mirell serta Dalrin, putra Terma uv Elain dari Kuli Xar bersama dengan Kara au Yamenti cucu pendeta agung Magdalin au Yamenti dan Gerome op Karlan ditunjuk sebagai ahli waris Kuil Cahaya .

Tugas mereka tidaklah mudah, mereka harus membangkitkan kejayaan Kuil Cahaya guna membantu Kuil Xar dan Vichattan menghadapi Kuil Kegelapan. Bayangkan, empat orang anak yang usianya masih muda harus mengemban tugas yang sangat berat. Belum lagi musuh yang mereka hadapi memiliki kemampuan yang jauh diatas mereka.

Sebenarnya, jika boleh memilih, saya akan memilih menjadi warga kota Viachattan yang dikenal sebagai Kota Biru. Viachattan dikelilingi oleh tembok raksasa yang tebal dan kokoh. Tembok itu mempunyai menara-menara sihir disepanjang tubuhnya, yang masing-masing dilengkapi oleh kristal raksaksa yang siap menembakkan sihir mematikan. Di depan pintu setiap rumah, anak-anak tangga melayang di udara tanpa ada yang menyangganya. bagunan di kota itu hampir seluruhnya berwarna biru.

Penyihir Vichattan mengambil kekuatan energi disekitar mereka. Mereka terlatih untuk merasakan dan mengenali energi utama yaitu energi api, air , udara dan bumi.

Inti kekuatan sihir Kuil Xar adalah rasa percaya bahwa di dalam diri setiap makhluk terpendam kekuatan magis yang dasyat, yang tanpa kita sadari telah membentuk dan memberi kehidupan. Maka penganut ajaran Kuil Xar berlatih keras mengontrol diri dan pikiran agar dapat merasakan, meraih serta mengatur kekuatan yang tersembunyi tersebut,

Perjalanan mereka membangun Kuil Cahaya tidaklah mudah, sebelum membangun Kuil Cahaya, mereka harus terlebih dahulu membangunkan roh cahaya yang tertidur saat Kuli Cahaya hancur. Mereka harus membangunkan Pietas sang rusa serta Amor sang angsa. 
Dalrin berpasangan dengan Kara bertugas membangunkan Pietas, sementara Antessa dan Gereme bertugas membagunkan Amor

Sekilas, buku ini mengingatkan saya pada petualangan Alvatar dengan 3 sahabatnya,Katara, Saka dan Taf (gimana nulisnya ya..) Setiap anak (kecuali Saka) mempunyai keahlian menguasai elemen dasar kehidupan. Katara menguasai elemen air, Taf menguasai elemen bumi, sedangkan Aang, sebagai Alvatar harus belajar menguasai keseluruhan elemen, walau elemen dasarnya adalah udara.Para penyihir dari Kuil Vichattan mengingatkan pada kemampuan yang dimiliki oleh Katara, Saka dan Aang.

Para penyihir dari kegelapan, mengingatkan pada kisah Lord of The Ring. Walau penampilan fisik mereka menyerupai para pelalap api dari Harpot.Buku ini menemani saya yang susah tidur di malam hari akibat efek obat yang memutar balikan dunia. Kalo besok saya masih flu gara-gara begadang menuntaskan buku ini, Boni sepertinya harus ikutan bertanggung jawab he he



4 komentar:

  1. wah .. sepertinya Avatar memang sangat inspiratif yah^_^

    BalasHapus
  2. yup..........! padahal kata beberapa penulis fantasi lokal sebelum Avatar sudah banyak yang lebih ok. CUman pas jamannya dia aja beruntung

    BalasHapus
  3. ehem...ehem ck ck ck bisa nitip ini ngak bu!

    BalasHapus
  4. Loh si Om Dion belum punya?????
    Persediaanku habis, ntar aku cari yah
    ADa juga Pinnya mau????

    BalasHapus