Rabu, 30 Maret 2011

Hati-hati terhadap Dinding kamarmu!

Judul asli:
100 Cupboard
Penulis: N.D Wilson
Penerjemah: Anggraini Novitasari
ISBN: 978-979-3972-16-9
Halaman: 260
Penerbit: Dastan
Rating: 3/5

Kover yang menawan serta rekomendasi banyak pihak yang terjamin kredibilitasnya membuat saya tak ragu untuk meminta hadiah buku ini dari Sista Ine sebagai hadiah ulang tahun. Thx Sis..., buku merupakan hadiah yang paling menyenangkan bagaimana pun isinya.

Ide ceritanya cukup lumayanlah, walau tidak bisa dimungkiri mirip dengan beberapa cerita yang menggunakan pintu sebagai portal untuk berada di tempat lain. Atau jika ingin lebih spesifik, mirip pintu ajaib ala Doraemon. 

Guna memudahkan memahami cerita, pihak penerbit menyediakan semacam sketsa. Hanya sayangnya tulisan yang ada begitu halus sehingga dibutuhkan usaha ekstra keras untuk bisa  membacanya

Kisahnya mengenai seorang anak bernama  Henry York, berusia dua belas tahun. Kedua orang tuanya diculik saat sedang bersepeda, maka untuk sementara ia tinggal bersama Paman Frank dan Bibi Dotty, sepupu  Anastasia, Henrietta dan  Penelope, dikenal sebagai Keluarga Willis di Kansas

Di rumah itu hanya ada sedikit kamar, satu untuk paman dan bibinya, satu untuk para sepupu , beberapa untuk urusan ruman tangga, serta satu sisanya adalah kamar sang kakek yang sudah dua tahun  tak bisa  dibuka. Suka tidak suka Henry terpaksa tidur di loteng. Namun justru disanalah ia menemukan petualangan yang tak terlupakan.

Suatu saat, ia terbangun karena sepotong  kecil plester dinding bergulir didahinya. Dari balik dinding di loteng, ia menemukan 99 pintu dengan aneka ukuran dan warna.  Setiap pintu mengarah ke suatu tempat. Ada tempat yang menyenangkan namun ada juga yang suram.

Namanya juga anak-anak. Henry menjadi penasaran dengan apa yang ada di balik pintu itu. Bersama Henrietta ia mencoba memecahkan misteri di balik pintu itu. Sejak saat ia menemukan pintu-pintui itu, hidupnya tidaklah sama, ia sering mengalami mimpi-mimpi aneh juga hal-hal yang tak bisa ia percaya.

Puncaknya adalah saat tanpa sengaja ia terluka oleh makhluk bernama Endor. Darahnya telah membangunkan Nimiane, sang ratu penyihir yang terkurung di kegelapan. Bukan itu saja, Henrietta menghilang melalui pintu ke seratus, pintu yang ada di kamar kakeknya. Ia menuju  Fitzfaeren, salah satu negeri yang telah dihancurkan oleh Anjing-Penyihir pengikut Nimiane.

Belakangan tidak hanya Henrietta, paman dan bibinya juga terseret dalam bahaya. Semuanya bermula dari rasa ingin tahunya terhadap apa yang ada di balik dinding kamarnya. 
Henry tidak saja harus menyelamatkan Henrietta, namun juga seluruh keluarga paman dan bibinya, mengembalikan mereka yang keluar dari balik pintu-pintu itu serta menemukan jati dirinya. Untunglah ia mendapat bantuan dan dukungan dari banyak orang, termasuk dari sosok  yang tak terduga.

Tokoh Paman Frank dalam cerita ini dibuat menjadi sosok yang penyayang namun terus terang saya tidak melihat unsur itu saat ia berbincang-bincang seputar orang tua Henry.  Bandingkan saat ia berkata, ” Sama seperti manusia. Jika mereka agar tersesat, mereka tertiup ke sana-kemari sampai akhirnya jatuh ke dalam semacam tempat berlindung, lubang, atau gorong-gorong.... Aku pernah tersesat.... Tapi sekarang aku sudah ditemukan....”

Terus terang saya sangat penasaran dengan apa yang dimaksud plester dinding. Kebetulan saya sedang merenovasi kamar, pak tukang yang saya tanya menyebutkan bahwa plester dinding adalah semacam campuran kerikil halus (bisa diganti pasir kasar), semen dan air.  

Jika membaca buku ini, lalu ada adegan  Henry mulai mencabut potongan plester dari dinding, maka sepertinya yang dimaksud adalah wallpaper, alias kertas pelapis dinding. Tapi ini hanya sekedar rasa penasarana saya yang bukan editor dan penerjemah sehingga kurang mengerti urusan bahasa. 

Hanya saja saya merasa aneh, jika plester dinding seperti yang dimaksudkan pak tukang sama dengan yang ada dalam buku ini, bagaimana mungkin campuran tersebut  bisa dicabut layaknya sebuah potongan kertas?

Saya juga penasaran dengan apa yang tertulis di halaman 90.  ”Plester di sudut atas lepas dengan mudah, dan Henry memiringkan kabinet ke tempat tidur sehingga bisa  berdiri di sisinya untuk mencapai dinding paling atas di puncak langi-langit.... Ia turun dari kabinet, menegakkannya kembali di lantai, dan mencoba menarik tempat tidurnya sepelang mungkin....”

Kabinet disini maksudnya lemarikah? Jika sebuah lemari kecil kayu, saya mempertanyakan kekuatannya hingga bisa dinaiki seorang anak berusia 12 tahun serta kekuatan sang anak untuk menarik dan  memiringkan lalu mengembalikan ke posisi semula.

Jika kabinet yang dimaksud adalah failing kabinet alias semacam lemari  tempat berkas-berkas yang banyak kita jumpai di perkantoran, saya mempertanyakan kekuatan Henry untuk memiringkannya dan mengembalikannya  ke posisi semula. Namun jika kabinet disini adalah semacam lemari plastik berwarna-warna, saya akan mempertanyakan kekuatan kabinet tersebut, apakah mampu menahan beban anak berusia 12 tahun? Hem... yang mana yah....

Logika saya mengenai beberapa lemari yang berfungsi sebagai kotak pos sungguh payah! Diantara 99 pintu yang ditemukan Henry, beberapa bisa membawa kita menuju tempat lain, beberapa berfungsi menjadi semacam kotak surat. Yang ada di benak saya, kotak pos, di kantor pos disebut Pobox  adalah sejenis lemari  kecil, dimana surat akan dimasukan melalui sebuah rongga. 

Nanti pemilik kotak surat akan membuka kotak tersebut untuk bisa mengambil surat yang ada. Umumnya kotak surat terkunci, sehingga hanya sang pemilik kotak surat yang bisa membukanya. Atau kemanismenya mirip kotak surat yang ada di rumah-rumah. Pak Pos memasukan surat dari celah yang ada, nanti pemilik mengambil dari sisi belakang/punggung setelah terlebih dahulu membuka pintu yang dikunci.

Namun dalam buku ini disebutkan bahwa punggung kotak pos berada di dinding kantor pos di suatu tempat. Bagian depannya berada di kamar Henry. Punggung lemari yang lain berada di hutan atau di suatu tempat berpohon. Jadi kotak pos ini memiliki tiga sisi yang bisa dipergunakan untuk mengambil dan meletakkan surat? 

Jika punggung untuk memasukan surat berada di  hutan atau tempat sejenisnya, maka bagian depan, bagian yang dibuka untuk mengambil surat ada di kamar Henry atau di kantor pos. Karena umumnya bagian depan pasti dipergunakan untuk memasukkan surat. Lalu jika bagian depan berada di kamar Henry, maka gunanya bagian yang di hutan apa? Aduh maaf saya benar-benar tidak paham dan tidak menemukan penjelasan  mengenai ini.

Maklumlah setelah mendapat banyak pencerahan dari para penerjemah cerita fantasi dan bergaul dengan teman-teman penulis fantasi lokal yang mumpuni, saya  jadi menikmati sebuah cerita fantasi dengan sudut pandang yang berbeda. Saya tidak lagi menikmati secara pasrah sebuah cerita, namun saya selalu berusaha mencari logika yang terkandung di dalamnya guna lebih memahami benang merah yang disajikan penulisnya.

Buku ini merupakan buku pertama dari rangkaian seri 100 Cupboards yang terdiri dari
100 Cupboard; Dandelion Fire; dan The Chesnut King
 
Semoga untuk kali ini  pihak penerbit mau berbaik hati menerbitkan keseluruhan seri sehingga kita bisa menemukan jawaban dari hal-hal yang belum jelas di buku pertama, tidak seperti seri yang lain dibiarkan menggantung.

Biar bagaimana... THX Ine.....!
yang penting niat baiknya khan *peluk-peluk*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar