Jumat, 11 Desember 2015

2015 #102 : Pulung #5: Sriti Sang Penari


Penulis: Bung Smas 
Gambar sampul dan ilustrasi dalam: Koestolo
Halaman: 184
Cetakan: November 1985
Penerbit: PT Gramedia 


Turun, turun sintren
Sintrene widadari 

Nemu kembang ning ayunan
Kembange si Jaya Indra 
Widadari temuruna…

Kurungan ayam itu diangkat oleh sang dukun. Calon Sintren masuk ke dalam kurungan. Nyanyian mantra terus dilantunkan, diiringi tetabuhan yang semakin membahana.

Solasih solandana 
Menyan putih nggo ngundang dewa
Ana dewa dewane sapa  
Widadari ndang temuruna
Lae suruh temu rose
Aduh lae sintrene mundak ayune… 

Terjemahan bebas:
Turun, turun sintren
sintrennya bidadari
menemukan bunga di ayunan 
bunganya si Jaya Indra
bidadari turunlah…
 
Solasih solandana – nama-nama bunga
Menyan putih untuk memanggil dewa
Ada dewa, dewa siapa
Bidadari segera turunlah
Sirih yang bertemu ruasnya
Aduhai sintrennya semakin jelita…

 
Pulung kembali beraksi dibantu oleh para sahabatnya. Kali ini mereka berurusan dengan hal  yang terkait dengan alam gaib, meski secara tidak langsung.


Sriti, seorang penari belia berwajah cantik yang dipaksa menjadi sintren  oleh sang ayah. Mengikuti jejak kedua kakaknya. Sriti menolak, ia ingin bersekolah lagi, meski orang tuanya tidak memiliki biaya. Keduanya berkenalan ketika melihat pertunjukan tari Kelono Topeng. Entah kenapa, pertama kali bertemu dengan Pulung, Sriti sudah merasa bahwa Pulung  bisa membantunya.


Namanya juga Pulung, selain sudah terpesona dengan wajah cantik dan kemahiran Sriti menari, Pulung merasa tertantang untuk memecahkan misteri. Ditambah, ia merasa ada penggunaan kekuatan gaib dalam urusan sintren.

Belakangan urusan Pulung berkembang tidak hanya perihal Sriti yang mendadak mengilang. Tapi terkait dengan permintaan Oom Win, saudara bapaknya yang menjadi polisi. Ada urusan penemuan ladang ganja yang harus diurus oleh Pulung.


Sekali lagi, Pulung mengajak kita menikmati kisahnya yang mendebarkan hati. Penuh dengan aksi laga dan keseruan yang membuat jantung nyaris tidak berdetak. Ditambah lagi dengan aksi para sahabatnya yang tak kalah serunya. Untunglah mereka memiliki Oon Win, Tante Yan dan lainnya yang selalu mendampingi untuk memberikan pengarahan.

Meski menarik, perlu juga mencantumkan tulisan Bimbingan Orang Tua jika buku ini dicetak ulang. Maksudnya agar beliau-beliau bisa memberikan pengarahan bahwa apa yang dilakukan Pulung sebaiknya tidak ditiru begitu saja. Karena bisa membahayakan diri.

Dalam www.pekalongankab.go.id, disebutkan bahwa, Tari sintren dari Segi bahasa atau Etimologi "Sintren" merupakan gabungan dua suku kata "Si" dan "Tren". Si dalam bahasa jawa berarti "ia" atau "dia" dan tren berarti "putri". Seningga Sintren artinya Si Putri yang menjadi objek pemeran utama dalam pertunjukan ini.

Selanjutnya disebutkan sintren sendiri adalah kesenian tradisional masyarakat Jawa Tengah khususnya Pekalongan, Kendal dan sekitarnya, merupakan sebuah tarian yang berbau mistis / magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dan Raden Sulandono. Tersebut dalam kisah bahwa Raden Sulandono adalah putra Ki Bahurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Bahurekso. Akhirnya Raden Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung melalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula Raden Sulandono yang sedang bertapa dipanggil rohnya untuk menemui Sulasih, maka terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan Raden Sulandono.

Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya. Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci (perawan), dibantu oleh pawangnya dan diiringi gending 6 orang. 


-------------
Curcol dikit ah...

Sosok Pulung melekat dalam benak saya sebagai seorang anak yang berani, selalu membela kebenaran, pandai mengaji dan silat, setia kawan, keras kepala, serta bertingkah semaunya. Telepas dari kelebihan dan kekurangannya, sosok Pulung layak dicintai. Tentunya memiliki anak seperti Pulung sempat terbesit dalam benak saya.

Pulung Jenggolo Jampang.
Pulung. Nama tersebut disarankan oleh seorang yang saya anggap eyang. Kesannya  seorang anak laki-laki yang gagah berani, membela kebenaran, namun taat pada orang tua serta  pandai dalam hal agama. Sayangnya, beberapa sesepuh tidak menyetujui karena takut sang anak akan diejek "pemulung" dari nama "Pulung". Meski tidak jadi mempergunakan nama itu untuk jagoan, saya tetap saja tidak bisa menghilangkan nama itu dari ingatan saya

Kalau nama itu tetap dipakai, entah apakah saya jadi sakit kepala menghadapi kelakuan jagoan atau malah adem ayem saja.

3 komentar:

  1. saya belum baca Pulung yang ini. Saya punya Misteri Boneka Gayung dan Hantu Nancy.
    menyesal juga dulu ga mengkoleksi. Saya malah punya koleksi lengkap serial karya Bung Smas yang lain, Noni.
    Karya-karya Bung Smas selalu menarik walau memang benar lebih tepat ditujukan untuk remaja walau tokoh utamanya anak SD.

    BalasHapus
  2. Hai, thx sudah mampir.
    Dulu sempat koleksi lalu raib. Sekarang coba koleksi ulang. Untung masih bisa ditemukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hi mas truly...boleh tau gak dimana bs nemukan buku2 pulung lagi? sy mau beli kl ada...tq...

      Hapus