Rabu, 07 Januari 2015

2015#8: Silkworm



Penulis : Robert Galbraith
Alih bahasa: Siska Yuanita
Alih bahasa kutipan: M. Aan Mansyur
Sampul; Marcel A.W
ISBN:978-602-03-0981-1
Halaman: 536 

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp. 119.000,


Tujuh piring dan tujuh set peralatan makan telah diatur di sekeliling mayat membusuk yang seperti daging raksaksa itu. Bagian torsonya dibelah dari leher hingga bawah perut, dan bahkan dari samping Strike cukup tinggi untuk melihat lubang hitam menganga yang ditinggalkan. Ususnya lenyap, seperti telah habis dimakan. Kain dan kulit hangus di seluruh permukaan mayat itu menambah kesan mengerikan bahwa tubuh itu telah  dimasak dan disantap.

Siapa bilang urusan penerbitan buku jauh dari bahaya? Bersama Strike, kita kembali diajak memecahkan misteri pembunuhan, kali ini korbannya seorang penulis. Setelah sukses memecahkan kasus Lula Landry beberapa saat lalu, Strike mulai kebanjiran klien. Dulu sebelum kasus yang menghebohkan itu, klien sesuatu yang diburunya. Sekarang ia bisa memasang tarif tinggi serta memutuskan siapa saja yang menjadi kliennya, dan siapa yang didepaknya. 

Termasuk pagi itu, ketika ia mendepak William Baker salah satu klien potensialnya dan menerima  Leonora Quine istri salah satu penulis yang nekat mendatanginya tanpa janji terlebih dahulu dan dengan potensi membayar jasa diragukan. Baginya sekarang honor bisa dibicarakan asal ia senang dan menyukai kliennya. 

Semula,  Leonora meminta bantuan untuk mencari suaminya, Owen, yang sudah beberapa lama tidak pulang. Dahulu Owen pernah menghilang guna menimbulkan sensasi dan ia marah saat tahu Leonora menghubungi Polisi. Maka  ketika ia menghilang lagi, Leonora segera menghubungi Strike. 

Ternyata urusan menghilang Owen bukanlah perkara sederhana layaknya menghilang seorang penulis demi popularitas semata. Sebelum hilang, Owen sempat terlihat perdebatan sengit dengan pihak penerbit mengenai karya terbarunya, Bombyx Mori. Novel tersebut batal diterbitkan karena dianggap penuh dengan sindiran bagi orang-orang terdekatnya. Bahkan menyinggung beberapa nama yang cukup terkenal dalam penerbitan. Kisahnya yang aneh juga menjadi pertimbangan untuk tidak menerbitkannya. Bombyx nama latin untuk ulat sutra,  sementara Mori merujuk pada semak tempat ulat itu hidup.


Ia ditemukan meninggal dengan kondisi persis seperti pahlawan dalam Bombyx Mori. Diikat, isi perutnya dikeluarkan, zat asam disiramkan ke tubuh. Di dalam buku, mereka memakannya. Yekk, bikin perut saya mual membaca bagian saat mayat ditemukan.

Bombyx Mori memang belum dicetak namun ternyata kisahnyasudah bocor bagi beberapa orang. Ada yang menganggap kisah dalam buku itu merupakan plintiran buku lain, ada yang merasa tersinggung karena penggambaran tokoh yang ada dalam kisah teramat sangat nyata menggambarkan dirinya. Meski naskahnya tersimpan dalam lemari besi, ternyata bukan masalah untuk mendapatkannya. Siapa saja termasuk detektif kita yang hebat ini.

Dalam buku ini, sosok Strike terlihat lebih manusiawi dibandingkan buku terdahulu. Ia mau berkompromi dengan  kondisi kakinya  waktu melakukan penyelidikan hingga mau menggunakan taxi, kemewahan yang jarang ia lakukan sebelumnya. Belum lagi aneka pendekatan pada narasumber yang dilakukannya. Ia bahkan bersikap manis pada sang asisten. Hemmmm mungkinkah bagian ini berkembang menjadi seperti dugaan saya.

Sebagai orang yang gemar membaca dan mengoleksi buku, buku ini jelas menawarkan sesuatu yang berbeda dibandingkan kisah detektif lain. Bukan saja karena tokoh utama adalah seorang penulis, namun 
uga diajak menyelami bagaimana proses penerbitan sebuah buku. Dari proses pencitaan karya hingga bagaimana penjualannya. Bukan hal yang mudah. Tentunya disamping menikmati upaya Strike memecahkan sebuah kasus pembunuhan. 

Saya sempat penasaran dengan kata "Alih bahasa kutipan" Apa bedanya dengan alih bahas? Ternyata yang dimaksud alih bahasa kutipan adalah orang yang bertugas untuk menerjemahkan kutipan-kutipan yang terdapat dalam buku ini. Halaman yang tercantun adalah halaman yang memuat kutipan tersebut. Umumnya kutipan diambil dari drama lawas.

Banyak kata  yang jarang saya temukan dalam novel digunakan dalam buku ini, beberapa mungkin karena tidak ada padanan yang pas, bisa juga karena alih bahasa yang dirasakan paling pas. Misalnya kalimat,"Orang snob yang mengerikan(halaman 121). Lalu kalimat., "Bangkai; terikat kencang, bau dan membusuk, growong tanpa isi perut, tergeletak di lantai alih-alih tergantung pada ganco besi tempatnya seharusnya berada." (halaman 153). Atau kalimat, "... tapi harus mengurusi Tilly yang sekarang sudah mengantuk dan  Timothy yang justru nyalang, muncul kembali." Dalam http://kbbi.web.id  , nyalang bermakna  terbuka lebar (tt mata); tajam (memandang). 

Pengetahuan umum saya sepertinya masih kurang karena tidak memahami kalimat,  "Dia terkesan dengan ayahmu yang anggota QC?" tanya Strike. Musti banyak belajar lagi nih.

Kisah tentang seorang perempuan muda di halaman 241 mengusik rasa ingin tahu saya. Sosoknya hanya sebagai pemanis cerita atau sebagai petunjuk tersembunyi dalam pemecahan kasus ini. Dalam buku ini kadang yang terlihat sangat jelas justru bukanlah petunjuk, hal yang sepertinya hanya pemanis justru menjadi kunci pemecahan kasus.

Seperti buku yang lalu, saya merasa agak kesulitan menikmati kisah pada bagian awal. Sepertinya butuh waktu lama untuk bisa masuk dalam cerita. Dari 50 bab yang ada, nyaris butuh setengah buku untuk mulai menikmati kisah.

Setelah berurusan dengan model, sekarang penulis entah apa lagi profesi klien Strike. Khabarnya sang penulis akan membuat tujuh buku dalam seri ini, Masih banyak profesi lain yang menggoda.

Lalu kenapa judulnya Ulat Sutra?
Kenapa piring ada tujuh?
Untuk yang ini harus dibaca dan ditemukan jawabannya dalam buku ini.





1 komentar: