Senin, 02 Maret 2015

2015 #30: Tourism Marketing 3.0

Penulis: Hermawan Kartajaya , Sapta Nirwandar
Editor: Kevin Leonard Rachman
Desain sampul: Marketeers
Illustrator: Marketeers
Pewajah isi: asep.aziz@yahoo.co.id
ISBN: 9786020301051
Halaman: 240
Cetakan: Pertama-2013
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp. 99.000


Kalau kerja cuman jualan barang ngak perlu jadi sarjana

Kurang lebih begitu komentar teman-teman saya saat mendengar saya sedang mencoba keberuntungan dengan melamar kerja di salah satu penerbitan buku. Salah satu persyaratan yang diajukan adalah mencintai buku, tentunya saya lolos untuk point ini. Dipanggil wawancara saja belum kok sudah dicela. Terima kasih buat dukungannya *gemas* 

Sering kali orang mengartikan marketing dengan sekedar jualan. Dalam kasus saya, malah ditambah dengan perkataan apa bedanya kamu dengan penjual keliling. Mungkin mereka tidak pernah mengalami seperti saya makanya berkata begitu.

Saat saya kecil, saya masih sempat mengalami situasi saat bel rumah berbunyi, lalu sapaan akrab  mbak dan mas penjaja produk kebutuhan rumah tangga keliling terdengar. Mereka bisa dikatakan langganan orang tua dan eyang saya. Produk yang ditawarkan waktu itu antara lain sabun mandi yang sekarang kian top dan pasta gigi yang sekarang namanya sering disebut  sebagai pengganti  kata pasta gigi. Kedatangan mereka merupakan hiburan bagi saya. Betapa tidak, dengan piawainya mereka berhasil membuat bagian logistik  minimal membeli 1-2 sabun mandi. Kadang segelas teh manis disuguhkan, jika beruntung ada panganan kecil guna menemani. Bahkan jika  mereka mengeluarkan jurus rayuan mautnya yang begitu hebat, mereka bisa menikmati sepiring makan siang. Hebat bukan! Siapa bilang penjual keliling tidak butuh ilmu.


Marketing, disebut juga pemasaran,  merupakan proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan  informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Marketing dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Dengan demikian selama masih ada kebutuhan dan keinginan manusia maka akan ada marketing


Dewasa ini, dunia marketing kian berkembang pesat. Segala sektor sudah mulai memahami perlu serta pentingnya marketing. Demikian juga dengan dunia pariwisata.  Sebagai negara yang memili berbagai macam kekayaan alam dan budaya, negara kita menjadi salah satu tujuan favorit pariwisata. Baik untuk turis lokal maupun internasional

Selain turis yang melakukan kunjungan untuk bersenang-senang dan bersantai, salah satu yang mulai mendapat perhatian adalah business tourist. World Tourism Organization  memberikan definisi business tourist  sebagai kegiatan berpergian atau menetap di suatu tempat yang bukan merupakan lingkungan seseorang tinggal dengan durasi yang tidak lebih dari satu tahun untuk tujuan bersenang-senang, bisnis dan lainnya. Turis tipe ini sangat pentong bagi negara berkembang, karena terdapat penciptaan hubungan, pertukaran teknologi, pameran, penambahan informasi dan hal lainnya yang berdampak finansial dan non-finansial bagi negara yang dituju.
Guna menunjang kegiatan pariwisata, World Tourism Organization  mengkampanyekan perihal buy local product, respect local culture, protect heritage, save energi serta use public transport. Tujuannya untuk membantu negara tujuan traveler merasakan keuntungan dari pariwista. 
Turis sebagai customer merupakan salah satu stakeholder paling penting dalam setiap industri. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sisi change dan competitor maka customer di bidang pariwisata juga mengalami banyak perubahan. Mulai dari perubahan yang terjadi dalam dirinya hingga perubahan perilaku. Misalnya saja sekarang dikenal dengan istilah 5A, Awarness, Appeal, Ask, Act dan Advocate.    Dalam fase Advocate,  customer menceritakan kembali pengalaman mereka saat mencoba suatu barang atau jasa.   
Perusahaan juga harus melakukan inovasi serta memperkuat diri dengan memperkuat differentiation serta positioning, hingga secara otomatis brand akan terangkat dengan sendirinya. Hal tersebut yang menjadi inti dari Era Tourist 3.0
Sekedar mengingat kembali. Era 1.0 merupakan era product-centric, dimana marketing sekedar menjual produk hasil keluaran pabrik. Teknologi utama adalah pesan pabrik yang dioperasikan untuk menghasilkan suatu produk. Produk yang dihasilkan biasanya sederhana dan dirancang untuk melayani seluruh pasar. Standarisasi  dan memperbesar skala produksi dilakukan untuk menurunkan biaya produksi sehingga harga jual semakin rendah dan terjangkau.

Customer oriented merupakan penekanan pada Era 2.0. Era ini muncul di era reformasi,  dimana teknologi utama yang dipergunakan adalah teknologi informasi. Penekanan pada pemenuhan  needs dan wants pelanggan.  Perusahaan harus melakukan segmentasi dan pengembangan produk yang lebih baik untuk target market yang lebih spesifik. Juga mencoba menyentuh pikiran dan perasaan, mind dan heart konsumen. Customer menyukai pengalaman mencoba sebuah produk tourism yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.

Saat ini kita berada di Era 3.0 dimana penekanan tidak cukup hanya customer oriented, namun customer oriented  with mission, vision & value yang lebih luas, yaitu bertujuan untuk dapat berperan dalam memperbaiki masalah dunia. Konsumen dianggap sebagai sosok manusia yang utuh sehingga  marketing 3.0 sebenarnya melengkapi emotional marketing dengan humas spirit marketing. Turis memiliki ketertarikan khusus secara pribadi. Pemenuhan akan human spirit setiap turis menjadi hal yang penting bagi perusahaan.Customer   memiliki ketertarikan khusus dari setiap individu terhadap hal-hal yang mampu menjawab kekhawatiran dan hasrat yang bersifat personal

Seluruh jenis pariwista yang ada di dunia dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, culture, nature serta adventure. Culture merupakan seluruh hasil cipta daya manusia, merupakan salah satu yang selalu ada jika berkunjung ke daerah atau negara lain yang memiliki perbedaan budaya dan hal ini yang membuat perbedaan suatu daerah dengan daerah lainnya. Terdiri dari; Pleasure  dapat dinikmati;  Event merupakan pengemasan aneka produk wisata; Enrichment merupakan bentuk aktualisasi diri dengan cara melestarikan kebudayaan


Nature merupakan kegiatan yang berhubungan dengan alam. Komitmen merupakan hal penting dalam jenis ini, karena tanpa komitmen hasil yang diperoleh akan kurang maksimal. Nature terdiri leisure, outdoor serta enchancement. Leisure merupakan aktivitas pasif, hanya merupakan kegiatan melihat-lihat alam saja. Outdoor merupakan   kegiatan aktif berinteraksi langsung dengan alam. Biasanya menggunakan jasa guide setempat.  Enchancement merupakan kegiatan menjaga alam dengan cara tinggal dan ikut melestarikan alam. Biasanya waktu yang dihabiskan lebih lama dibandingkan dengan yang lain.

Adventure lebih bersifat personal dan bersifat tantangan yang memicu adenalin. Biasanya merupakan kegiatan gabungan antara culture dan  nature ditambah dengan unsur challage. Tantangan menjadi berbeda bagi setiap orang. Discovery  menawarkan aktivitas berpetualang untuk melihat kekayaan alam atau budaya dengan cara yang yang lebih menarik dan menantang. Exploration mencari pengalaman berbeda dengan menjelajah lebih dalam obyek wisata. Enlightenment butuh nyali untuk melakukan aneka hal ekstrim. Tujuannya mencari kepuasan dengan menaklukan rasa takut dalam dirinya.


Seluruh pilihan yang ada di setiap jenis tourism dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkatan untuk memudahkan memahami hubungannya. Yaitu Enjoy, experience dan engage. Enjoy  merupakan one way activities dengan physical evidence merupakan daya tarik utama. Dalam hal ini peranan produsen lebih dominan. Experence merupakan penggembangan dan penggabungan dari beberapa produk yang dikelola guna menciptakan pengalaman lebih bagi para turis. Engage merupakan aktualisasi diri dan pemenuhan atas kekhawatiran serta hasrat terhadap dunia.

Guna memudahkan memahami  uraian di atas, maka dibuatlah Tourism Marketing Matrix 3.0. Terdapat empat sumbu yang mendasari pembuatan matriks ini. Dua sumbu utama yaitu culture-adventure-nature; enjoy-experience-engage. Sedangkan dua sumbu berikutnya yang berupakan pelengkap untuk menunjukkan hal yang diperlukan dalam setiap jenis tourism serta dampak yang dapat dirasakan oleh customer 

Buku ini lebih bersifat pengetahuan praktis. Sehingga lebih banyak contoh yang disajikan. Setiap pembahas suatu hal bisa dipastikan ada contoh pelaksanaannya. Contoh kasus yang ada di bagian belakang buku membantu pembaca memahami isi buku ini, kita bisa menemukan berbagai contoh dari dalam dan luar negeri. Termasuk juga melihat bagaimana perkembangannya sesuai dengan era Tourism. Contoh yang diberikan juga beragam dari TV & Radio, Art market, Fashion,  Architecture, Culinary dan lainnya.  Sementara untuk contoh dalam negeri dipilih Pasar Sukowati di Bali, Jakarta Fashion Week,  Saung Angklung Udjo di Bandung. Dan yang membuat saya ingin berkunjung adalah Balai Pustaka Soeman Hasibuan di Pekanbaru.

Mengambil contoh Interactive Games misalnya. Secara singkat bisa disebutkan bahwa dahulu produser hanya membuat serta memasarkan permainan lego semata. Selanjutnya dibuat Legoland dengan isi yang beragam, baik dari sisi permainan Lego, pameran maupun program acara yang membuat Legoland menjadi tujuan wisata.  Ameka kegiatan interaktif bisa ditemukan di sana. Sekarang ada Legoland Discovery Center. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan versi kecil dari Legoland namun menawarkan banyak yang yang menarik. Pengunjung tidak saja diajak bermain danmendapat pengetahuan tentang seluk-beluk Lego, tapi juga bisa belajar bagaimana pembuatan batangan-batangan Lego, melajar menyusun dengan kelas-kelas yang disediakan. Model bisnis yang dipilih tidak sekedar menjanjikan produk untuk dinikmati dan membuat pengunjung senang, tapi juga menjadikan pengunjung makin pintar, terampil, serta terbuka wawasannya.

Bahasa yang   dipergunakan dalam buku ini juga mudah dimengerti meski banyak mempergunakan istilah dalam marketing. Sangat disarankan untuk dibaca bagi mereka yang ingin menambah pengetahuan di bidang pariwisata. Apalagi belakangan ini pemerintah sedang menggiatkan industri creative tourism, tentunya hal ini membukan peluang usaha yang luas. Untuk itu perlu tambahan pengetahuan bagi mereka yang ingin berkecimpung dalam bidang tesebut.

Pada sisi pojok kiri atas kita akan menemukan logo dan tulisan Wonderful Indonesia lengkap dengan situs resminya. Hal ini dimaksud sekaligus untuk mendukung gerakan promosi pariwisata yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Wonderful Indonesia memfokuskan pengembangan di 16 destinasi wisata utama yaitu: Danau Toba ( Sumut), Kepulauan Seribu, Kota Tua (DKI Jakarta), Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger- Semeru (Jatim), Kintamani-Danau Batur (Bali), Menjongan-Pemuteran (Bali), Kuta-Sanur-Nusa Dua (Bali), Gunung Rinjani (NTB), Komodo (NTT), Ende-Danau Kelimutu (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Toraja (Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sulteng) serta Raja Ampat (Papua Barat).




1 komentar:

  1. ulasannya keren mas. ini saya lagi nyari, dan kayaknya harus pesan dari jakarta, karena di banda aceh rada susah nyarinya :


    www.hikayatbanda.blogpsot.com

    BalasHapus