Senin, 06 Februari 2017

2017 #8: Kisah Jess dan Leslie di Terabithia (Semoga Tidak Spoiler)

Judul asli: Bridge to Terabithia
Penulis: Katherine Paterson
Penerjemah: Rina Wulandari
ISBN: 9786023851720
Halaman:236
Cetakan: Pertama-Desember 2016
Penerbit: Noura Books
Harga:Rp 49.000
Rating:4/5

Semua orang kadang-kadang merasa takut.
Semua orang pernah takut
~Bridge to Terabithia, hal 223~

Apa yang salah dengan memiliki sahabat lawan jenis?
Sebenarnya tidak ada yang aneh apa lagi salah, hanya bagi anak seusia Jesse Oliver Aarons, Jr dan Leslie Burke padangan mereka mengenai makna sahabat dekat agak nyelenehBanyak yang mengiri bahwa teman dekat adalah seseorang yang mengejarmu di lapangan dan berusaha menangkap serta menciummu. Padahal makna teman dekat sesungguhnya bukanlah itu. 

Jesse Oliver Aarons, Jr alias Jess merupakan satu-satunya anak laki-laki diantara empat saudarinya. Bukan hidup yang mudah diantara lima perempuan. Sang ibu sibuk mengurus bayi sementara adiknya selalu mengekor.  Setiap hari ia bertugas memerah sapi untuk keluarga. Jess sangat pandai menggambar meski bagi ayahnya itu merupakan hobi yang aneh dan tak layak bagi anak laki-laki.


Aneka Versi di Goodreads
Leslie Burke dan orang tuanya pindah dari Pennsylvania ke Lark Creek bukan karena masalah uang, namun karena ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Sosok Leslie sendiri sangat bertolak belakang dengan Jess. Bahkan ia juga berbeda dengan anak perempuan lainnya. Leslie selalu mempergunakan celana dan memanggil ayahnya dengan sebutan Bill, Judy untuk sang ibu.

Persahabatan mereka dimulai dengan cara yang unik, Leslie mampu mengalahkan Jess dan anak laki-laki lainnya dalam adu lari di sekolah. Rumah mereka yang lumayan dekat membuat keduanya  (bertiga dengan adik Jess sebenarnya) sering pergi dan pulang dengan bus sekolah bersama. Lama-lama mereka menjadi sahabat dan tak malu menunjukan kepada orang banyak persahabatan mereka.

Iri rasanya mengetahui mereka memiliki tempat rahasia hanya untuk berdua. Di tempat rahasia yang berada di hutan itu, mereka menjadi penguasa sebuah negara yang sangat rahasia. Untuk menuju ke sana pun diperlukan cara khusus.  Tempat tersebut mereka namakan Terabithia. Leslie yang mengusulkan, terinspirasi dari kisah Narnia.  Ia bahkan meminjamkan Jess semua buku Narnia agar tahu bagaimana kehidupan di negara magis dan aturannya.

Kedua anak tersebut berimajinasi dengan bebas. Tupai menjadi semacam musuh menakutkan, buah kenari jatuh bisa diumpamakan serangan musuh. Burung yang berterbangan bisa dianggap sebagai pertanda serangan musuh, atau musuh yang menyerang. Bahkan anjing peliharaan Leslie juga menjadi semacam penjaga  Terabithia. Seru! 

Sebagai anak penulis (Judy menulis novel sementara Bill menulis tentang politik), membuat orang tua Leslie membiarkan anaknya memiliki khayalan sebagai salah satu cara mengembangkan diri secara kreatif. Jika kalian sudah pernah membaca Narnia, tentu bisa membayangkan apa saja yang ada dalam khayalan keduanya.

Bersahabatan mereka terpaksa berakhir ketika Leslie ingin membuktikan ia bukan seorang pengecut dengan memasuki Terabithia dengan cara khusus. Jess tak bisa berhenti menyalahkan dirinya karena saat itu ia justru sedang asyik melancong bersama sang guru tanpa mengajak Leslie.
Versi Bahasa Italia

Dalam kover buku ini, disebutkan bawah kisah ini sudah diterjemahkan dalam dua puluh bahasa. Di situs Goodreads sudah tercatat ada 118 versi buku ini, lumayan banyak juga. Pastinya ada sesuatu yang sangat spesial hingga banyak yang tertarik pada kisah ini.

Kekuatan kisah ini bagi saya ada pada kemampuan penulis mempermainkan perasaan pembaca. Mula-mula pembaca diajak menikmati kegembiraan kedua anak tersebut. Asyik mengikuti petualangan khayalan keduanyanya di Terabithia. Mendadak rasa bahagia tersebut dihempaskan menjadi rasa sedih, sakit, marah dan kecewa tanpa peringatan terlebih dahulu. Ibarat mobil, kita sedang menikmati perjalanan menuju puncak bukit, lalu mendadak dibawa ngebut turun tanpa sempat melihat pemandangan di puncak dan mendapat pemberitahuan akan turun. 

Soal bullying pastinya ada dalam kisah ini. Dunia anak-anak juga tak lepas dari kekerasan. Seorang anak yang mengalami penyiksaan di rumah cenderung melakukan penyiksaan pada sesama teman sekolah dalam kisah ini. Anak-anak cenderung meniru orang tua. 

Tokoh kita, Jess dan adiknya sering mengalami hal tersebut. Sayangnya mereka hanya diam hingga terus mengalami hal tersebut. Seorang guru yang bijak sudah berpesan agar Jess melakukan sesuatu atau ia akan terus mengalami hal tersebut. Sayangnya keberanian ia melawan justru tiba saat Leslie sudah tak ada bersamanya hingga tak bisa melihat perubahan yang terjadi pada sahabatnya itu.

Perihal anggapan yang menyebutkan bahwa anak laki-laki harus kuat, pelukan akan melemahkan, tidak boleh mengeluarkan air mata dan harus selalu tegar sepertinya tidaklah 100% benar. Ayah Jess tidak pernah memberikan ciuman selamat tidur yang didambakan Jess, padahal sang ayah selalu mengecup adiknya. Jess tidak berani mengadukan perbuatan jahat murid lain di sekolah karena merasa ayahnya akan memintanya untuk tidak cengeng dan menjadi lemah. Ia merasa tiap usahanya untuk membantu sang ayah selalu berujung pada kesalahan, ia tak berguna.

Jika seakan ada jarak antara Jess dan ayahnya, maka tidak demikian antara Leslie dan ayahnya. Jess awalnya merasa canggung melihat keakraban mereka berdua. Apa lagi Leslie memanggil kedua orang tuanya dengan nama masing-masing. Belakangan ia bahkan ikut menikmati suasana hangat di rumah sahabatnya itu. sesuatu yang tak ia rasakan di rumah.

Meski berkesan tidak acuh, namun sesungguhnya sang ayah sangat mencintai Jess dan ingin mendidiknya menjadi sosok yang berguna. Terbukti Jess terampil mempergunakan berbagai alat untuk bertukang saat membantu Lesli memperindah rumahnya. Ia juga yang mampu menghibur Jess. Tiap orang memiliki caranya sendiri untuk menunjukan rasa sayang. Tiap keluarga memiliki cara dan aturan sendiri, demikian juga dengan ayah Jess.

Persahabatan indah antara Jess dan Leslie tidak saja bermanfaat bagi mereka berdua, namun juga membawa dampak positif bagi orang-orang di sekitar mereka. Meski begitu, Jess merasa aneh karena ia seakan menikmati keuntungan mendapat perhatian dari banyak orang yang bersimpati padanya karena peristiwa Leslie. 

Dengan melihat kover buku ini, sebenarnya pembaca sudah mendapat gambaran mengenai isi kisah. Jika penasaran apa hubungan antara jembatan dengan kesedihan yang dialami Jess, sebaiknya baca buku ini. Dan siapkan tissue atau handuk kecil sebelum membacanya. 

Ada beberapa kalimat yang dicetak dengan ukuran lebih kecil. Misalnya yang ada di halaman 12 dan 48.  Mungkinkah kesalahan atau ada makna tersendiri yang terkandung dibalik itu.  Tapi sepertinya kesalahan edit ada pada kalimat  di halaman 63, dua baris dari bawah. Tercetak, "... menarik Jess sat itu...." Atau pada halaman 210, "Ellie beridiri di pintu ...."


Pada tahun  2007 diputar film berdasarkan novel ini dengan judul yang sama. Produsen film tersebut adalah  trio David Paterson, Lauren Levine dan Hal Lieberman, dengan sutradara Gábor Csupó. Naskah ditulis oleh Katherine Paterson, David L. Paterson serta Jeff Stockwell. Sementara  sosok  Jesse Aarons  diperankan oleh Josh Hutcherson, sementara Leslie Burke oleh AnnaSophia Robb, keduanya merupakan aktor muda berbakat dari Amerika Serikat.
Poster Film

Jika bisa menonton film ini, saya justru ingin melihat aksi Bailee Madison sebagai May Belle Aarons. Sosok May Belle sungguh membuat saya gregetan. Kadang dengan kepolosannya ia melontarkan kata-kata yang menenangkan, tapi juga bisa memicu emosi di lain waktu. Meski saya mengecam tindakan Jess yang memukulnya di wajah,tapi saya bisa mengerti kenapa ia begitu marah kepada May Belle. Pasti menarik. Oh ya dengan tentunya mempertimbangkan kemungkinan perbedaan antara buku dan film.

Buku yang mampu membuat saya mendadak melo ini telah mendapat banyak penghargaan. Antara lain ALA Notable Children's Book 1977, School Library Journal Best Book of 1977,  Lewis Carroll Shelf Award (1978), Newbery Medal (1978), Dorothy Canfield Fisher Children's Book Award Nominee (1979),  Janusz Korczak Medal (Polandia) 1981, Silver Pencil Award (Belanda) 1981, Zilveren Griffel (1983), Le Grand Prix des Jeunes Lecturs (Perancis) 1896, 1986 Colorado Blue Spruce Young Adult Book Award

Setelah iseng bekutat depan komputer, akhirnya saya menonton versi ini. Seru, menengangkan dan membuat haru hiks......Jadi pingin balik jadi anak-anak lagi. Pasang tenda di bawah pohon sawo, berkhayal ada hal-hal aneh di sana. Pokoknya hal sederhana sekali pun bisa menjadi sesuatu yang seru!

Sumber gambar:
http://www.disney.id
http://goodreads.com

1 komentar: