Jumat, 03 April 2015

2015 #43: Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo: Pesona Budaya Nan Eksotis




Naskah: Heriyanto Atmojo, S.Sn

Desainer: Heriyanto Atmojo, S.Sn 
Rendra TH
Fotografer: D. Eka Timbol P
Heriyanto Atmojo, S.Sn
Fajar Yoga
Wisnu Wardana, S.Sn
ISBN: 978-979-045-109-4
Halaman: 112
Cetakan: Pertama-Juni 2008 
Penerbit: Tiga Serangkai


Batik dan Solo

Dua kata yang membuat saya nyaris meninggalkan seluruh buku yang  dipilih dengan susah bayah demi buku yang mengandung kata batik dan Solo.

Ceritanya, saat mengunjungi diskon heboh di salah satu toko buku di jakarta Pusat, saya menemukan berbagai buku lawas yang menggoda hati. Semangat juang membeli, apalagi harga murah sangat. Mendekati kasir, saya menemukan buku ini. Langsung masuk tas belanjaan.

Antrian yang panjang membuat saya nyaris meninggalkan semua belanjaan. Ternyata ada masalah dengan jaringan, harga yang tertera di komputer kasir atau apalah sehingga antrian lumayan panjang. Belum lagi ditambah dengan belanjaan pedagang buku yang memborong berkardus-kardus buku dengan total nominal yang fantastis.

Ternyata.....
Masalah berlanjut! Untuk sementara hanya menerima uang tunai. Lahh pigimenong ini. Justru momen seperti inilah gunanya debit, kartu kredit dan kartu sejenis dibawa. Kalau pun bisa ternyata hanya kartu yang dikeluarkan oleh bank tertentu saja yang bisa, dan itu pun kadang bisa-kadang tidak bisa. Hadehhhh!

Terpaksa kami, para pembeli sibuk membongkar uang tunai yang ada. Pilah-pilih, mikir lama. Akhirnya saya memutuskan buku ini, satu novel, serta dua buku untuk ponakan,  total Rp 150.000 mendekati jumlah uang tunai yang saya punya Rp 159.500. Untunglah saat nyaris sampai pada giliran saya, semua sistem pembayaran berfungsi normal. Tak pernah sebahagia ini saya membayar menggunakan kartu debit.

Cukup membahas proses pembelian buku ini hingga sampai ke rak buku saya. Sekarang marilah kita nikmati isi buku ini sambil menghirup teh hangat ditemani Brem Solo. Nikmat

Pada halaman awal, kita akan disuguhi Peta Wisata Surakarta. Jika ingin menikmati kota Solo cukup Di sana terlihat ada dua kampung batik. Kampung Batik Kauman serta Kampung Batik Laweyan. Untuk mencapai daerah Kampung Batik Kauman cukup menyusur Jl Alun-alun Utara arah ke Barat, belok kanan pada pertigaan ketiga untuk masuk ke Jl Wijaya Kusuma dan lalu berhenti pada pertigaan dengan Jl Cakra. Jika tidak mau repot, bisa mempergunakan jasa becak yang siap mengantar ke sana. Bahkan menurut saya mereka lebih bersemangat mengantar ke kampung batik dari pada ke tempat lain.

Meski sama-sama kampung batik, tapi kedua kampung tersebut memiliki perbedaan pada produk yang dihsilkan. Kampung Batik Kauman menyajikan batik dengan warna cenderung gelap, seperti coklat kehitaman. Sementara Kampung Batik Laweyan menggunakan warna lebih terang. 

Ada dua macam motif batik tulis di Solo, motif geometri dan nongeometris.  Yang termasuk motif geometris antara lain banji, ceplok, kawung serta garis miring. Untuk motif nongeometris semen, buketan dan terang bulan.


Sesuai fungsinya, motif  batik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motif tradisional yang dipergunakan untuk upacara,umumnya berupa motif larangan seperti parang rusak, kaung, serta udan liris.  Sementara motif yang dipakai untuk sehari-hari berupa nitik, galaran dan  lainnya. 

Menengok halaman selanjutnya, kita akan disuguhi Daftar Isi. Banyak pihak yang memberikan pengantar dalam rangka penerbitan buku ini. Salah satunya Wali Kota Surakarta saat itu Ir. H. Joko Widodo. 

Selanjutnya pembaca akan disuguhi uraian sekilas tentang Karaton Surakarta, Mesjid Agung Surakarta, Pasar Klewer, Kampung Kauman, Rumah Peninggalan Saudagar Batik Tempo Dulu, Berbelanja Batik Tulis Tradisional di Kauman, Keunikan Batik Tulis Tradisional Solo, Proses Pembuatan Batik Tulis Tradisional di Kauman, serta Kegiatan Belajar Membatik di Kauman.

Sepertinya buku ini juga mengusung tentang tempat yang wajib dikunjungi di kota Solo selain membahas Batik Kauman. Hal ini terlihat adanya pembahas tentang Karaton Surakarta, Mesjid Agung Surakarta, serta Pasar Klewer. Tapi jika diperhatikan lebih jauh, sepertinya penulis memasukan tempat-tempat dimana batik sering dipergunakan atau ditemukan dengan mudah. Dalam keraton, pastinya kain batik tulis merupakan pakaian yang sering dipergunakan. Di Pasar Klewer kita juga bisa menemukan aneka produk Batik Kauman.

Kampung Kauman memiliki hubungan erat dengan sejarah perpindahan keraton. Masyarakat kaum (abdi dalem) mendapatkan latihan secara khusus dari kasunanan untuk membuat batik baik berupa jarik/selendang dan sebagainya. 

Dengan kata lain, tradisi batik kauman mewarisi secara langsung inspirasi membatik dari Ndalem Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Berdasarkan bekal keahlian yang diberikan tersebut masyarakat kauman dapat menghasilkan karya batik yang langsung berhubungan dengan motif-motif batik yang sering dipakai oleh keluarga keraton

Dalam perkembangannya, seni batik yang ada di kampung kauman dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu batik klasik motif pakem/batik tulis, batik murni cap serta model kombinasi antara tulis dan cap. Mengingat awal mula berdirinya kampung ini maka tak heran jika batik tulis dengan motif pakem yang terinspirasi dari seni batik kraton Kasunanan merupakan produk unggulan kampung batik kauman.


Kita juga akan menemukan bagaimana cara proses pembuatan batik tulis Kauman dalam buku ini.Batik merupakan kain bergambar yang pembuatannya dilakukan dengan melukis malam dengan mempergunakan canthing pada kain.

Pengobeng, orang yang pekerjaannya membatik, sebelum memulai proses membatik harus mencairkan malam secara sempurna. Malam tersebut yang dijadikan seperti cat saat membatik. Ternyata terdapat juga aneka jenis malam.  Informasi mengenai aneka jenis malam bisa diperoleh dalam buku ini juga. 

Setelah malam cair proses selanjutnya adalah membatik kerangka, ngisen-iseni, nerusi, nembok, bliriki, medel, mbironi, disoga, nglorod. Proses lengkap bisa dilihat di halaman 99-105 dalam buku ini.

Batik sejak 2 Oktober 2009 sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan unutk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity), Keberadaannya perlu kita lestarikan.

Buku ini menurut saya lebih mengarah coffee table book. Isinya penuh dengan gambar dan sedikit uraian kata. Meski demikian kalimat yang ada merupakan kalimat yang singkat dan padat isi. Langsung menguraikan hal inti saja. Jadi jangan harap bisa menemukan aneka uraian panjang lebar dalam buku ini. Kadang gambar bicara lebih banyak dari pada rangkaian kata-kata.

Bahkan bagian tentang Kegiatan Belajar Membatik di Kauman hanya terdiri dari tiga halaman. Halaman yang berisi uraian kegiatan tersebut sebanyak satu halaman, sementara dua halaman sisanya berisi foto sehalaman tentang anak-anak yang sedang belajar membatik. Tapi melihat foto yang ada, kita bisa merasakan semangat belajar, rasa ingin tahu dan antusias mereka.

Seya berharap menemukan aneka pakem batik tulis dalam buku ini, namun ternyata hanya beberapa. Meski begitu sudah menambah pengetahuan saya tentang aneka motif batik. Lumayan bermanfaat guna memilah batik tulisan warisan eyang putri saya he he he.  

Oh ya, satu yang tidak ada dalam hal ini adalah bagaimana merawat batik tulis. Jika sudah punya batik tulis tentunya seseorang ingin merawat dengan baik, apa lagi mengingat harga batik tulis yang lumayan. 

Seingat saya, jika kita membeli batik di Kampung Batik Kauman, akan ada semacam lebel yang memberikan petunjuk bagaimana cara merawat batik yang dibeli. Saya tidak tahu apakah semua toko melakukan hal tersebut. Tapi dua toko langganan saya melakukannya.

Koleksi batik tulis saya cukup dibilas sebentar dengan air klerek. Itu sebabnya jika saya ke Solo pasti membeli cairan klerel. Memang salah satu produsen bubuk pencuci juga sudah menyediakan versi moderennya, tapi saya lebih menyukai bau asli klerek. Belakangan saya juga mencuci dengan mempergunakan air teh. konon bisa membuat batik lebih awet.

Para penulis patut diajungi jempol akan niat baiknya melestraikan budaya bangsa, batik tulis. Dengan buku ini, mereka juga sudah memperkenalkan keberadaan Kampung Batik Kauman ke seluruh nusantara.  Mungkin mereka bisa membuat buku sejenis mengenai hal lain yang ada di Jawa Tengah, Kota Sola khususnya. Sehingga generasi muda bisa lebih memahami kebudayaan bangsa.

Kecil-kecil eh tipis-tipis mantap isinya.
Tidak menyesal membeli buku ini.

Sumber gambar: 
http://www.thearoengbinangproject.com/kampung-batik-kauman-solo/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar