Judul : The
Atlantis Gene (Gen Manusia Atlantis)
Pengarang: A.G Riddle
Penerjemah : Ahmad Alkadri
Editor : Merry Riansyah
Pemeriksa Aksara : Abduraafi Adrian
ISBN: 9786020900223
Halaman: 592
Cetakan: Pertama-Januari 2015
Penerbit: Fantasious
Pengarang: A.G Riddle
Penerjemah : Ahmad Alkadri
Editor : Merry Riansyah
Pemeriksa Aksara : Abduraafi Adrian
ISBN: 9786020900223
Halaman: 592
Cetakan: Pertama-Januari 2015
Penerbit: Fantasious
Pertama
marilah kita berikan jempol sebanyak-banyaknya untuk usaha penulis membuat
kisah dengan setting tanah air tercinta ini.Memang tidak semua bagian dari
kisah, tapi lumayanlah porsinya.
Urusan seputar
Atlantis memang topik yang menarik buat dibicarakan dan dijadikan latar sebuah
novel. Apalagi Sejak penelitian Dokter Santos mengenai lokasi Atlantis
yang diperkirakan berada di wilayah kepulauan Indonesia, aneka perdebatan
muncul.
Sepertinya kedekatan emosilah yang
membuat pembaca di tanah air tertarik pada buku ini, kedekatan yang
diwakili dengan lambang Monumen Nasional di kover depan. Warna biru memberi
kesan kuat pada kata Atlantis yang selama ini dianggap sebagai kota bernunasa
air.
Buku ini terbagi menjadi tiga
bagian besar. Bagian pertama, Jakarta Membara, memberikan landasan
mengenai kisah ini. Aneka aksi laga bak film berseliweran dalam bab ini.
Seorang ilmuwan Amerika, Kate Warner berupaya mencari obat bagi penderita autisme. Sebuah lembaga multinasional yang selama ini mendukung penelitiannya mendadak sangat menginginkan laporan mengenai perkembangan obat tersebut. Mengapa dan untuk apa merupakan msiteri bagi Kate.
Di sisi lain, seorang agen rahasia,
David Vale dalam misi anti-terorisme di Jakarta, mendapati suatu
petunjuk besar mengenai aksi terorisme global yang akan segera terjadi.
Kemungkinan besar aksi tersebut, yang diberi nama Toba Protocol, dimulai
dari Jakarta. Ternyata misi tersebut tidak seperti yang ia harapkan.
Tak heran jika kemudian David dan
Kate bertemu dan bersama-sama menghadapi bahaya besar. Tidak saja di Jakarta,
tapi juga di tempat-tempat yang tak terduga. Menghadapi lawa-lawan yang kejam,
berpacu dengan waktu dan mempergunakan segala daya upaya agar bisa selamat.
Bagian ini agak membosankan bagi
saya, karena isinya lebih banyak menonjolkan urusan kekerasan fisik
semata.
Permadani Tibet, merupakan judul
dari bagian kedua. David dan Kate berada di Tibet dalam sebuah biara yang
terisolir dari dunia luar. Ternyata para biksu yang ada dalam biara
tersebut merupakan pewaris atlantis yang tersisa. Saat banjir besar yang
menenggelamkan Atlantis datang, mereka yang selamat mengunci ke dataran tinggi
seperti puncak-puncak gunung guna membangun kehidupan baru.
Mereka merawat David yang terluka
parah dan membantu Kate memulihkan kondisinya. Kate juga mendapat sebuah jurnal
yang harus ia baca. Jurnal tersebut terkait dengan segala hal yang terjadi
belakangan ini.
Selain berkisah mengenai para
biksu, terdapat juga uraian mengenai sebuah senjata rahasia. Konon getaran
senjata tersebutlah yang menyebabkan Flu Spanyol yang melanda pada
pertengahan abad 20.
Bagian ini agak mulai menarik
perhatian saya, alurnya lebih menyenangkan buat dibaca dan dinikmati. Hal-hal
yang semula samar kian terlihat jelas dalam bagian ini.
Pada bagian ketiga, kita
diajak menuju Makam Atlantis. Dalam kisah ini disebutkan Gilbraltar merupakan
pintu menuju atlantis. Kejutan ternyata sudah menanti mereka di sini.
Ada sebuah senjata rahasia lagi di
sana terkait dengan Gen Atlantis. Itulah sebenarnya Toba Protocol,
bukan sekedar mencari Gen Atlantis tapi menciptakan bangsa Atlantis, bangsa
yang kebal terhadap senjata rahasia tersebut. Juga ada tentang tabir masa
lalu Kate.
Bagaimana kelanjutan kisah Kate
dan David? Dibaca saja ya....
Sepertinya
buku ini tidak berjodoh dengan saya, dari pemilikannya yang gagal maning, gagal
maning hingga akhirnya merampok sis Jenny untuk bisa membaca. Ternyata saya
tidak bisa menikmati kisahnya. Dua tiga minggu sejak saya mulai
membuka halaman pertama, ditambah sekian hari rehat sekedar mengumpulkan tenaga
untuk menuntaskan buku ini. Hanya karena prinsip sekali dibaca harus sampai
tamat , maka bertahanlah saya membaca buku ini. SEMANGAT!!!
Bermula dari
nama tokoh pada awal kisah, David Vale dan Keegan. Jelas kedunya bukan nama
lokal. Pastinya akan sangat mencolok melihat ada bule berkeliaran di
Stasiun Manggarai. Bahkan turis dengan carrier di punggung pun akan
menjadi pusat perhatian di sana. Lalu bagaimana David bisa begitu terkesan
yakin dirinya tidak menjadi pusat perhatian.
Untuk
dua agen lainnya pada halaman 10, saya asumsi mereka adalah orang kita, jika
tidak bagaimana mungkin mereka bisa tidak dikenali diantara keramaian. "Satu duduk di bangku panjang
di tengah-tengah keramaian. Satu lagi memperbaiki lampu di dekat toilet....Kedua
agen tersebut sangat bagus, mereka agen terbaik dari Markas Jakarta; David
hampir tak bisa mengenali mereka di antara keramaian."
Senang juga mengetahui mata pelajaran Bahasa Inggris yang dipelajari sejak SD hingga Sekolah Menengah Atas berguna. Pada halaman 137 disebutkan David bertanya pada istri penolongnya apakah ia bisa berbahasa Inggris, dijawab :Ya sedikit, karena aku harus menjual ikan di pasar." Saya baru tahu butuh keterampilan berbahasa asing untuk bisa menjual ikan hasil tangkapan dari Sungai Pasanggrahan.
Kalimat yang
paling mengganggu saya adalah, "Itu sebabnya aku memilih Jakarta-kota
besar terdekat dari Gunung Toba. Kupikir ini referensi tempat yang akan mereka
gunakan untuk memulai serangan." (halaman 71) Jakarta merupakan kota
terdekat dari Gunung Toba, waduh dihitung dari manaini? Gunung Toba,
sekarang menjadi Danau Toba terjadi akibat letusan gunung ketiga
kalinya yang terjadi 74.000 tahun lalu. Jika tetap mengambil lokasi
Gunung Toba maka kota terdekat adalah Medan bukan Jakarta.
Kemudian di
halaman 111 tertulis, "Itulah salah satu alasan aku mendirikan cabang
operasi di Jakarta, 96 km dari Gunung Toba." Aneh bukan, sebuah kesalahan
yang dilakukan oleh seseorang yang dalam buku ini digambarkan gemar membaca dan
menyukai sejarah. Pastinya ia akan tahu mana kota terdekat yang ada sejak
Gunung Toba meletus dan menjadi Danau Toba.
Banyaknya sosok yang menjadi tokoh dalam buku ini juga membuat saya bingung. Bisa
dipastikan tokoh utamanya adalah Kate dan David, selain itu ada beberapa tokoh
lainnya yang meski peranannya penting hanya muncul sesekali saja hingga tamat.
Jika ia sungguh penting harusnya porsinya berimbang dengan Kate dan David.
Meski demikian,
buku ini memberikan tambahan pengetahuan bagi pembacanya. Misalnya
tentang Adam kromosom Y, asal muasal manusia pertama, misteri
punahnya manusia Neanderthal, manusia Devonian, dan Homo floresiensis. Dan
pastinya mengenai Autis.
Beberapa typo juga
ditemukan dalam buku ini. Entah kesalahan mengetik seperti yang ada di halaman
60, "Mereka berjalan ke bagian desa yang lebih salam, melewati
rumah-rumah yang lebih bagus." Atau sekedar salah pemutusan kata di
halaman 385, "...matahari te-ngah...." Sebenarnya saya sangat solider
dengan typo. Tapi kalau sampai menganggu saya pastilah sangat mengganggu
bagi yang lain.
Dan sampai
akhir kisah saya masih bingung, jadi Gan Atlantis itu yang bagaimana? Yang
kebal terhadap senjata rahasiakah? Lalu apa hubungannya dengan anak-anak authis
yang diteliti Kate? Apakah maksudnya sesungguhnya mereka juga mengandung Gen
Atlantis?
Sumber gambar:
https://maps.google.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar