Senin, 06 Januari 2014

Review 2014#1 : Diary si Bocah Tengil 6,Ular-ular Manten, Masque of the Red Death, Hippocampus

Beginilah nasib bagian keuangan. Kadang saat sudah berada di peraduan muncul sesuatu yang melintas di kepala. Bisa bagaimana cara efisiensi dana, SPJ yang belum tuntas, hal yang harus dilakukan bahkan rasa bimbing tadi sudah mengunci laci belum yahhh.

Salah satu  teman saya bercerita bahwa atasannya sampai dirawat akibat terlalu tegang bekerja. Menurut teman saya itu, saat pegawai yang lain pulang, si atasan yang kebetulan bertindak sebagai bendahara masih "kejar tayang" urusan laporan, maklum akhir tahun. Beliau baru pulang sekitar pukul tiga pagi! Bahkan beberapa kali beliau pulang saat pegawai yang lain masuk kantor. Duh jaga kesehatan dung Pak!

Untuk aku tidak harus seperti beliau!
Istirahat sepertinya menjadi sekala super prioritas untuk sementara. Sehat memang. Tapi salah satu imbas adalah jumlah buku yang dibaca berkurang. Karena setiap ada kesempatan aku memilih tidur. Entah sebelum jam kantor mulai, jam istirahat bahkan kadang jika sudah terlalu lelah dimana saja, kapan saja saya bisa tidur.

Apapun itu buatku seimbang dengan kesenangan bekerja di perpustakaan, impian masa kecil, surga bagi penyuka buku. Jika kepala terasa berat sementara pekerjaan butuh konsentrasi tinggi, ada dua hal yang saya lakukan untuk mengatasinya. Pertama saya akan keluar ruangan lalu duduk di pinggir danau yang ada di dekat perpus sekedar menyegarkan pikiran dan mata. Kedua saya akan menuju ke lantai dua lalu berjalan diantara buku-buku, menarik satu-dua atau beberapa yang sepertinya menarik.

Masalahnya.....
Kadang akibat terlalu bersemangat mengerjakan tugas sehingga mengeluarkan banyak energi *halah*  efeknya adalah susah tidur. Terlalu tegang.  Semua siaran televisi yang menarik sudah selesai, kasur sudah semakin panas akibat kegiatan bolak-balik tubuh. Salah satu solusi yang terpikir hanyalah membaca dan membuat review singkat mengenai buku yang dibaca.

Sekali jalan beberapa kegiatan terlaksana. Timbunan berkurang, informasi mengenai buku tersampaikan, saya mendapat hiburan lalu  menjadi agak rileks lalu bisa tidur walau butuh waktu lama.

Posting tergantung kapan ingatnya *efek tepar* he he he he

Beberapa buku yang saya baca beberapa waktu yang lalu, setelah masuk kerja sesudah  tahun baru tepatnya yaitu: 


Judul: Diary si Bocah Tengil 6:  Demam Kabin
Penulis: Jeff Kinney
Penerjemah: Maria Lubis
ISBN: 978-602-14402-0-9
Halaman: 218
Terbit: November 2013
Penerbit: Atria
Harga: Rp. 39.000,00

Sebenarnya kasihan juga terhadap sosok Greg Heffley. Terutama menyangkut soal perlakuan sang mama. Sepertinya adik Greg, Manny selalu mendapat apapun yang diinginkannya. Sang mama selalu mengabulkan permintaannya. Dalam beberapa kejadian ini sangat konyol buat saya. Seharusnya sang mama memberikan pengertian bukan meluluskan semua permintaannya. Misalnya kisah saat mereka menghias Pohon Natal. Manny marah karena ada yang meletakkan hiasan favoritnya, maka hiasan tersebut diambil agar Manny bisa meletakkannya di bagian atas pohon. Ternyata tidak hanya itu, Manny menuntut hiasannya diletakkan terlebih dahulu baru hiasan yang lain. Dan dengan konyolnya mereka mencopot hiasan yang sudah dipasang lalu mengulang prosesi pemasangan hiasan sesuai prosedur ala Manny. Konyol sekali!


Tak heran Greg tumbuh menjadi pribadi yang konyol. 

Tapi jika kita telaah lebih lanjut, ternyata kisah dalam buku ini banyak menampilkan hal-hal yang tidak hanya konyol tapi tidak masuk akal. Mungkin karena perbedaan budaya. Tapi ada juga bagian yang mengisahkan tentang sifat baik Greg

Entah kenapa saya juga merasa  kisahnya kian singkatnya. Pendek-pendek langsung pada sasaran.

KOCAK

Judul : Ular-ular Manten : Wejangan Perkawinan Adat Jawa


Penulis : Wawan Susetya
Prnyunting: Floriberta Aning S
Perancang Sampul: Ario Santoso
Tata Letak: C. Krisnawati

ISBN: 9791680280
Halaman: 92
Penerbit: Narasi



Menikah bukanlah hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang susah. Pada prinsipnya menikah adalah memadukan dua kepribadaian menjadi satu tanpa masing-masing pihak kehilangan jati dirinya masing-masing.

Dalam budaya Jawa ada lima hal yang merupakan identitas budaya mencakup wanita,curiga (keris-senjata), wisma (rumah), turangga (kuda-kendaraan), dan kukila (burung perkutut). Hal yang sepertinya sepele namun mengandung makna yang dasyat.

Saat temu , yaitu saat ketika pengantin laki-laki dan perempuan akan dipertemukan, masing-masing membawa gulungan daun sirih yang lalu dilempar bergantian. Makna tersirat adalah keselarasan, serasi dan seimbang.  Masing-masing memiliki peranan dan tanggung jawabnya namun harus saling menghormati.

Bahkan gendhing atau lagu yang dipergunakan untuk mengiringi wayang terdiri  dari Pathet yang menggambarkan siklus kehidupan seseorang. Pertama Pathet  Nem (antara jam 21.00-24,00) yang menggambarkan jiwa muda seseorang, lalu Pathet  Sanga (antara pukul 24.00-03.00) yang menggambarkan usia pertengahan manusia, ditandai dengan gunungan di tengah-tengah kelir. Terakhir Pathet Manyura (antara pukul 03.00-05.00) yang mengambarkan situasi dimana setiap manusia sudah waktunya mempersiapkan diri untuk kembali pada sang pencipta, biasanya ditandai dengan gunungan yang condong ke arah kanan.

*curcol*urusan KUA lebih mudah dari pada urusan Pengadilan Agama

INSPIRATIF



Judul: Masque of the Red Death
Penulis: Bethany Grifftin
Penerjemah: Yudith Listriandri
Penyunting: Nunung Wiyati
Perancang Sampul: Fahmi Ilmansyah
Ilustrasi Isi: Satrio
ISBN: 978-979-433-757-8
Halaman:397
Penerbit: Mizan Fantasi


Mungkin kesannya jahat tapi begitulah kondisinya. Mau selamat, jadilah orang kaya. Dengan demikian bisa membeli masker keramik guna menyaring udara yang penuh dengan virus berbahaya

Dengan memiliki masker tersebut secara fisik memang kita terlindungi tapi secara bathin tentunya tidak.

Bayangkan bagaimana rasanya kita duduk di sebuah kereta yang melaju dengan tenaga uap karena seluruh kuda sudah habis terkena penyakit menular, sementara di kanan atau kiri jalan terdengar suara tembakan dari senapan para penjaga yang bertugas membersihkan jalan dari mereka yang tercemar. Mereka yang tak mampu membeli masker keramik karena harganya mahal berusaha menyiasati dengan mempergunakan masker dari kain. Pakaian mereka jelas compang-camping. Sementara kita menggunakan gaun yang pantas dan rambut dengan warna yang menawan. Belum terhitung rias wajah dan bulu mata palsu.

Ilmu pengetahuan memang bisa membantu memecahkan banyak hal. Tapi ada juga pihak-pihak yang menyalahgunakan ilmu pengetahuan.

MENYENTUH


Judul: Hippocampus
Penulis: Tom Tancin
Penerjemah: Marcalais Fransisca
Penyunting: Dhwwiberta
ISBN: 978-979-433-731-8
Halaman: 342
Penerbit: Mizan Fantasy

Atlantis sepertinya tidak akan pernah berhenti dijadikan sumber inspirasi banyak penulis. Banyak kisah yang sudah menjadikan Atlantis sebagai latar belakang.

Buku ini misalnya. Seorang  anak sekolah menengah biasa, jago renang, populer ternyata memiliki keterkaitan dengan atlantis. 

Kisah yang ringan memang, tapi lumayan menghibur walau beberapa bagian seperti dipaksakan terjadi atau berhubungan.

Entah kenapa saya langsung sedikit kecewa saat membaca bagian awal buku ini. Sepertinya para penulis memiliki kesepakatan tidak tertulis bahwa untuk menandakan tokoh utama merupakan sosok pilihan yang mengemban takdir tertentu maka akan akan ada adegan tidur dengan gelisah, mengalami mimpi buruk, berteriak dalam tidur,  terjaga dengan tubuh berkeringat. Duhhh ngak ada hal lain apa yah.

Dari bukan siapa-siapa menjadi seorang yang paling berkuasa di Atlantis. Plus perubahan yang membuat seorang anak yang tak pernah memegang pedang mendadak cukup lumayan menggunakan pedang hingga bisa menjatuhkan lawannya.
 

Soal cara berkomunikasi atau berpindah lokasi dengan medium air lumayan menghibur. Beberapa kondisi seperti kendaraan yang berjalan di air, mungkin saja kelak menjadi suatu hal bisa terwujud.

MENGHIBUR


3 komentar:

  1. yang hippocampus itu novel baru ya mbak?

    BalasHapus
  2. Belum terhitung rias wajah dan bulu mata palsu, thanks ya gan.... :)

    BalasHapus
  3. @alvina rada lama sis
    @sinta iya paes juga tidak standar gt doang ternyata

    BalasHapus