Selasa, 31 Desember 2019

2019#41: Kisah Sang Mata Surga

Judul asli: The Borrowed 13.67
Penulis: Chan Ho-Kei
Alih bahasa: Ratih Susanty
Editor: Rosi L. Simamora
ISBN:9786020632469
Halaman: 544
Cetakan: Pertama-Juli 2019
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 129.000
Rating: 3.25/5

Apa susahnya mengetahui siapa yang bersalah? Yang susah itu tidak memberi si tersangka ruang untuk bergerak, sehingga dia tak punya pikihan selain mengakui perbuatannya?

~The Borrowed 13.67, halaman 58~

Semula saya mengira kisah yang disajikan semacam kisah misteri ala polisi lokal. Ternyata bisa dianggap buku ini  berisi kumpulan kisah dengan tokoh utamanya sama. Ada dua tokohnya yaitu Superintenden Kwan Chun-duk dengan posisi terakhir adalah pensiunan Komandan Divisi B Biro Intelejen Pusat-DBIP, serta Inspektur Polisi Sonny Lok.

Walau pada blurd terdapat bocoran tentang urusan kisah, yang masih terkait dengan aneka peristiwa penting di Hong Kong,  tetap saja saya masih ingin membuktikannya sendiri. Jadi dalam buku ini terdapat enam kisah, urutannya dari paling lawas adalah Waktu Pinjaman (1967), Tempat Pinjaman (1977), Neraca Keadilan Themis (1989), Hari Terpanjang (1997), Dilema Tahanan (2003), terakhir Kenyataan Hitam dan Putih (2013). Namun pada Daftar Isi buku ini, urutan kisah justru dicantumkan dari yang paling anyar sampai  terlawas.

Jika ditelaah, setiap kisah memiliki keunikan tersendiri. Pada kisah Kenyataan Hitam dan Putih, Inspektur Lok  yang berpangkat sebagai Kepala Unit Kriminal Kowloon Timur, sukses menyelesaikan kasus dan memberikan pemaparan. Sementara Superintenden Kwan Chun-dok justru menjadi sosok yang digambarkan tak berdaya. Meski demikian, perannnya tak dapat dianggap sepele.

Sedangkan pada kisah Neraca Keadilan, justru Kwan Chun-dok yang memiliki peran lebih menonjol. Sebenarnya ini merupakan hal yang wajar mengingat urutan kisah memang dibuat dari Kwan Chun-dok masih sehat dan Lok baru meniti karier.

Pastinya pembaca akan menemukan banyak hal yang terduga. Sebenarnya penulis sudah memberikan petunjuk, namun diracik sedemikian rupa sehingga membaca tidak menyadarinya. Butuh kejelian menikmati kisah ini. Julukan bagi  Kwan Chun-duk saja Sang Mata Surga. Maka pastilah banyak hal-hal yang harus "dilihat" dengan teliti.

Oh ya, beberapa bagian sepertinya berkesan tak berguna, bertele-tele. Padahal sesungguhnya penulis sedang membangun gambaran mengenai bagaimana sebuah peristiwa terjadi. Tak ada bagian yang menjemukan jika kita bersabar.

Hubungan keduanya lebih dari sekedar rekan kerja, atasan dan bawahan.  Sudah menjadi mentor dan murid. "Kalau kau tidak keberatan, panggil saja aku Sifu, yang artinya mentor. Mulai sekarang, kau akan menjadi muridku." Demikian yang tercantum di halamna 281. Tapi rasanya,  dalam  beberapa bagian malah terkesan seakan hubungan anak dan orang tua.

Tiap kisah yang ada juga terdiri dari halaman yang tak sedikit. Untuk kisah Waktu Pinjaman misalnya. Kisah yang terdiri dari 5 bagian ini, dimuat mulai dari halaman 463 hingga 535. Lumayan panjang juga bukan? Tiap kisah sudah bisa jadi sebuah novel tersendiri.

Aneka paragraf dengan banyak baris juga bisa ditemukan dalam buku ini. Beberapa melebihi lima baris. Paragraf terpanjang  jika saya tidak salah hitung,  ada di halaman 88 yaitu pada kisah  Kenyataan Hitam dan Putih,  bab ke 7. Total ada 24 baris dalam paragraf tersebut. Ternyata ada juga paragraf yang hanya terdiri dalam 2 baris kalimat saja, tepatnya paragraf yang tercetak di halaman 89. 

Penggunaan kata yang biasa atau istilah juga ada dalam buku ini. Contohnya kata necrophiliacs di halaman 13. Mungkin saja beberapa pembaca paham makna kata tersebut, tapi bukan menutup kemungkinan ada yang tak naham. Sayangnya tak ada keterangan  baik berupa catatan kaki, tambahan informasi dari penerjemah, atau glosarium.

Oh ya kata superindenten Sudah ada di KBBI, jadi bagi pembaca yang bingung apa maknanya silakan cek di KKBI. Karena itu tak diberikan penjelasannya dalam kisah ini.

Dari seluruh penyajian, kisah hingga kover, buku ini layak diberikan bintang 4. Kekurangnya adalah buku ini tak ramah untuk dibawa-bawa karena ukurannya yang lebar dan beratnya yang lumayan. Ini bukan tipe buku untuk dibawa menemani perjalanan. Lebih pas dibaca di rumah saat senggang.

Direkomendasikan bagi mereka yang menyukai kisah detektif ala Poirot dan Holmes. Sekedar pesan sebelum membaca, nikmati saja kisah jangan terlalu yakin menebak pelaku kejahatan jika tidak ingin sering kecewa.

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com











3 komentar:

  1. Ya Tuhan jumlah halamannya banyak betul. Rasanya saya bakal bosan duluan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bacanya pelan2, lumayan stok bacaan

      Hapus
    2. kalau sudah baca dan ikut ceritanya, mungkin bukan akan bosan sambil menunggu sisa halaman, justru penasaran dalam setiap halamannnya.

      Hapus