Selasa, 09 Agustus 2016

2016 #78-79: Dari The Swords hingga Forts in Indonesia


 Ini termasuk buku referensi. Tempatnya ada di lantai 4, mbak. Coba dicari di sana.

Penjelasan tersebut saya peroleh dari salah satu teman pustakawan di kantor saya. Ceritanya saya sedang mencari sebuah buku dan tidak menemukannya di lantai dua. Maklum, saya hanya memperhatikan nomor panggil saja, tidak melihat lokasi di mana buku itu berada. Pantas tidak ada di lantai 2.

Ada berbagai jenis buku yang terbit di tanah air. Di perpustakaan tempat saya bekerja juga demikian. Secara garis besar ada buku yang merupakan buku klasik karena tahun terbit, buku yang bisa dipinjam untuk dibawa pulang, serta buku referensi yang hanya bisa dibaca ditempat. 

http://elib.unikom.ac.id disebutkan bahwa definisi buku referensi (Trimo, 1997) adalah suatu buku atau sejumlah publikasi kepada siapa orang berkonsultasi untuk mencari fakta-fakta atau informasi tentang latar belakang suatu objek, orang, dan atau peristiwa secara cepat dan mudah. Buku sumber ini bukan untuk dibaca secara menyeluruh, seperti kamus, ensiklopedi,handbook,direktori,guidebooks, almanak-almanak, peta, buku biografi, buku indeks dan abstrak, publikasi penelitian dan publikasi pemerintahan. Pada intinya buku teks yang mengandung informasi yang dibatasi oleh tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dan biasanya ditulis komprehensif dilengkapi dengan indeks-indeks alfabetis sehingga orang mudah dan cepat mencari data yang dibutuhkannya. Maka koleksi ini memang diperuntukkan dibaca ditempat, selain hal tersebut diatas fahtor lain adalah karena koleksi ini seringkali tidak mudah didapatkan atau dalam jumlah terbatas, jenis buku referensi juga sebagai bahan pustakawan untuk mampu memenuhi permintaan-permintaan informasi.

Jadi di perpustakaan ada perbedaan antara buku referensi dan buku lainnya.  Untuk yang ingin tahu perbedaan antara buku referensi dan buku ajar, silahkan klik di sini.

Dalam rangka babat timbunan, saya menemukan beberapa buku yang bisa dikategorikan dalam buku referensi. Jika ada yang menganggap bukan, harap dimaklumi saja.

Judul buku: Swords and Hilt Weapons
Kontributor: Michael D. Coe, Peter Connolly, Anthony Harding, Victor Harris, Donald J. LaRocca, Thom Richardson, Christopher Spring, Frederick Wilkinson
ISBN: 9781853758829
Halaman: 239
cetakan : 2012 
Penerbit: Prion Books Limited
Rating: 3/5

Di GRI, buku ini mendapat rating 3,94. Lumayan juga. Secara garis besar buku yang terdiri dari 16 bab ini berisikan mengenai segala hal terkait dengan pedang. Bahan yang dipergunakan, pemanfaatan, perkembangan serta keberadaannya dalam kehidupan manusia dalam beberapa rentang waktu.

Bentuk pedang juga mengalami perubahan seiring waktu. Tidak hanya berwujud lurus saja namun juga beragam. Bahkan hiasan yang ada di pangkal pedang juga mengalami perubahan. Menarik, tidak hanya manfaat yang diperhatikan namun juga keindahan dari sebuah pedang.

Pada bagian Swords  of Islam, diuraikan bahwa pedang  bukan saja sebagai representatif dari kekuasaan dan eksistensi diri sang pemilik. Tapi juga sebagai lambang kebesaran Islam.  Banyak hal yang menarik di bagian ini.

Aneka ilustrasi dengan foto berwarna membuat buku ini menarik untuk dibaca.Terdapat lebih dari 400 ilustrasi akan membantu pembaca untuk lebih bisa menikmati buku ini.

Sangat cocok disebut sebagai buku referensi bagi penggemar senjata, kolektor dan pecinta sejarah militer serta mereka yang menaruh perhatian pada karya seni.  Bagi penyuka seni,  pedang juga menawarkan keindahan, antara lain  melalui sarung dan ujung pedang.

Buku ini saya peroleh di Big Bag Wolf. Harganya menjadi lebih murah dibanding yang lain karena ada sedikit cacat. Yang saya maksud adalah adanya sedikit goresan panjang di kover. Namun goresan itu tidak dalam sehingga sama sekali tidak mempengaruhi bentuk dan isi buku. Jadi, buat apa mengeluh he he he.
Judul: Forts in Indonesia
ISBN: 9789791274616
Halaman: 326
Cetakan: Pertama-2012
Penerbit: Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia
Rating:3/5

Sesuai dengan judulnya, buku ini berisikan pengetahuan tentang beberapa benteng yang ada di tanah air. Pada prinsipnya, benteng adalah bangunan untuk keperluan militer yang dibuat dengan tujuan untuk mempertahankan diri saat terjadi peperangan. Di tanah air, benteng yang masih ada umumnya adalah peninggalan dari kolonialisme Eropa, terutama Belanda.

Isi buku ini terbagi menjadi tiga bagian utama. Bagian pertama diberi judul The Story Behind. Isinya tentang segala sesuatu seputar keberadaan benteng di tanah air. Termasuk  perbedaan antara Fort, castle dan city wall pada halaman 16 dan 17. 

Terdapat juga semacam timeline seputar benteng yang ada di tanah air. Beberapa benteng dibangun pada abad ke-16, ada juga yang dibangun pada abad ke-17 dan 18. Tak semua benteng itu masih berada dalam kondisi prima mengingat usia.

Pembahasan beberapa daerah yang memiliki benteng berada di bagian kedua, dengan judul Discover The Legacies. Ada empat daerah besar tempat benteng-benteng itu berada, yaitu Sumatra, Jawa, Sulawesi, serta Maluku. Terdapat  benteng Marborough di Bengkulu, benteng Surosuwan dan Speewijk di Banten, benteng Bau-bau di Buton, benteng Oraje di Ternate dan masih banyak lainnya.

Semula saya agak bingung kenapa kover buku ini lebih menonjolkan gambar perahu pada kovernya bukan ilustrasi sebuah benteng. Ternyata penjelasannya sangat masuk akal. Bagi saya yang bukan penyuka sejarah, serasa mendapat pengetahuan baru.

Bagian terakhir dengan judul Fortscape A New Horizon berisikan hal-hal menarik seputar benteng pada saat ini, Cukup membuat saya tergoda untuk mendatangi beberapa benteng yang ada. Tentunya ada sensasi tersendiri berdiri di sebuah bangunan tinggi sambil menatap pemandangan luas terbentang sambil berkhayal kira-kira apa yang sedang dilihat dan dipikirkan pembesar zaman dahulu yang berada di sana. Mulai deh ngawur saya he he he

Untuk para penyuka sejarah, buku ini akan menawarkan sebuah informasi baru mengenai kondisi dan susunan sebuah benteng. Juga gambaran bagaimana kehidupan sosial masyarakat sekitar pada saat itu. Bagi para arsitek, tentunya bisa menjadi tambahan ilmu mengenai tata bangun. Denah yang ada membuat pembaca makin bisa memahami informasi yang disajikan serta membayangkan betapa megahnya kondisi benteng zaman dahulu.

Bagi saya, kedua buku ini memang menawarkan tambahan pengetahuan dalam bidang yang berbeda. Hanya saja, karena kertasnya merupakan kertas khusus mengkilat, agak kurang ramah untuk mata minus saya. Ukuran serta bobot yang lumayan, membuat buku ini harus dibaca dengan posisi baik dan benar ^_^. Maksudnya tidak bisa seenak pembaca, misalnya sambil tiduran, dibawa untuk dibaca selama perjalanan.


1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus