Kamis, 18 Agustus 2011

Buku Baca Bersama Blogger Buku Indonesia:Untung Surapati



Penulis              : Yudhi Herwibowo
Editor                : Sukini
Desain Sampul  : Rendra TH
Desain Isi          : Rendra TH
ISBN                : 978-602-98549-1-6
Halaman           : 660
Penerbit           : Metamind
Harga               : Rp  81.000
nuli bakal lahir
sawijining manungsa kang linuwih, kapilih
kang miwiti uripe nyarina batur najis
nanging ing titiwancine piyambake
bakal madeg raja tinresnan
kang bakal kalebu ati marang kawulane
nganti salawase
Perkataan bangsa yang besar adalah  bangsa yang menghormati pahlawannya mulai mengusik hati nurani saya.  Bagaimana saya bisa menjadi sosok seseorang yang memiliki jiwa besar jika belum menghormati para pahlawannya. Lalu bagaimana bsia menghormati jika sosoknya saja tidak saya kenal. 
Untung ada Mas Yudhi ^_^ Pria bersahaja ini membantu saya mengenal para pahlawan. Belajar sejarah menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Untuk kesempatan kali ini, Mas Yudhi mengajak saya berkelana mengenal sosok Untung Surapati.
Untung Suropati lahir di Bali sekitar tahun 1660 , wafat di Bangil, Jawa Timur pada 5 Desember 1706). Tidak ada yang tahu siapa orang tuanya secara jelas. Dalam buku ini disebutkan ia merupakan anak dari I Gusti Ngurah Jalantik. Saat mengungsi ke daerah barat anak keduanya terpisah dari rombongan. Untung kecil ditemukan oleh para pedagang budak. Ia diberi nama si kurus .

Sejak memiliki si kurus sebagai budak, karier dan kekayaan Moor meningkat pesat. Bahkan Moor selamat dari berbagai bahaya. Maka sejak itu si kurus dipanggil Untung. Awalnya Untung, Pande dan Suzane bersahabat erat. Bosan pada keadaan, Pande memutuskan untuk melarikan diri. Bersahabatan yang semula bertiga sekarang menajdi berdua,  hubungan Untung dan Suzane berkembang kearah yang tak terduga.

Tanpa memikirkan resiko dan pandangan masyarakat, seorang anak perempuan petinggi Belanda menjalin kasih dengan bekas budak. Sungguh hal yang memalukan saat itu! Moor sangat marah! Ia menjebloskan Untung ke penjara. Namun dengan bantuan Suzane, Untung berhasil melarikan diri dan mengajak tahanan lainnya.

Berkat ilmu kanuragan yang dipelajarinya dari Ki Tembang, Untung mampu bertahan melawan pasukan yang mengejarnya. Ki Tembang sendiri sudah pernah memberikan peringatan kepada Untung untuk menjauhi Suzane. " Selain itu, ada baiknya engkau ... engkau mencoba menjaga jarak dengan putri majikanmu itu. Kupikir, ini akan baik untuk semuanya ... Tapi, kadang perasaan yang bergerak dari hati kita, sama sekali tak lagi bisa kita halangi ...." Tapi begitulah cinta, siapa yang bisa menolak saat ia melebarkan pesonanya....
Untung dan kawan-kawannya melarikan diri hingga berada di Tanah Mati. Mereka membentuk pasukan dan mulai menjalankan misi mengusir Belanda agar bisa hidup layak di tanahnya sendiri. Mereka mulai melakukan perampokan pada rombongan VOC yang melewati daerahnya. Mereka dikenal dengan sebutan Begal dari Tanah Mati
Belakangan, Untung sempat mau berkompromi dengan VOC demi Suzan serta anak yang dikandungnya. Untung serta pasukannya menjadi bagian dari tetara VOC. Miris rasanya melihat bagaimana Untung dan rekan-rekannya dimanfaatkan oleh pihak VOC. Bagaimana tidak, bereka menjadi garda terdepan, artinya mereka harus bertempur dan menghadapi saudara sendiri demi kepentingan VOC.Sedikit sekali yang memahami siapa sosok Untung sesungguhnya, buku ini memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai Untung Suropati,yang karena semangat juangnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.

Misalnya saja nama Surapati yang berada di belakang namanya. Surapati merupakan gelar yang diberikan oleh Sultan Cirebon kepada Untung. Untung dan pasukannya membantu Sultan Cirebon menghancurkan keberadaan pos VOC yang dinilai makin menggerogoti kewibawaan kesultanan. Sayangnya aksi tersebut mengusik Raden Surapati, anak angkat sang sultan. Ia tak mengira apa yang dilakukan Untung berdasarkan permohonan ayahandanya. Ia mempermalukan Untung di hadapan orang banyak dengan menuduhnya sebagai gerombolan perampok!
Hal ini jelas membuat sultan sangat murka dan ganti mempermalukannya tanpa sengaja di hadapan orang banyak. Sakit hati, kembali membuat Raden Surapati menyusun sebuah siasat untuk menghabisi Untung. Disewanya pendekar bayaran untuk membunuh Untung. Saat siasatnya terlihat tak berhasil ganti ia membunuh para pendekart bayaran. Tapi kedoknya sudah terlebih dahulu terbuka! Ia dihukum mati atas semua tindakannya. Sebagai ungkapan penyesalan dan tanda terima kasih atas penghancuran pos VOC, Untung diberi gelar Surapati. Seterusnya ia dikenal dengan nama Untung Surapati.

Sepeti yang sudah-sudah, buku ini juga mengusung ciri seorang Yudhi. Simak saja kalimat berikut, " Lalu, sebuah perulangan terus terjadi. Bunga yang tumbuh, menguncup, bermekaran, layu kemudian mati. Lalu, kembali tumbuh, untuk menguncup lagi, bermekaran lagi, layu lagi, kemudian kembali mati...... Seiring iring-iringan burung-burung bangau yang masih membelah angkasa secara teratur dan kecipakan ikan yang memainkan nada-nada gembira di sepanjang sungai..." 

Ciri lain terlihat pada penamaan bab yang ada dalam buku ini, Perempuan yang Menangis Bersama Rembulan, Sebuah Ikatan di Ujung hari, Dukungan Penuh Gelora, Kabar yang Mengoyak JiwaPerempuan Bermata BungaSelingkar Cincin Berukir Daun Bertaut, Lelaki yang Menepis Kematiannya, atau Pertemuan di bawah Jejatuhan Daun. Benar-benar bernuansa seorang Yudhi 

Pertemuan saya dengan Mas Yudhi di Solo beberapa waktu yang lalu juga diwarnai dengan perbincangan buku ini. Ada point penting yang menurut beliau sebuah kesalahan. Yaitu saat Untung memberikan surat untuk disampaikan kepada Suzan. Saat itu mengingat kedudukannya, seharusnya Untung bukan memberikan surat  tapi mengirim pesan lisan melalui salah satu orang kepercayaannya.  Namun mengingat pergaulan dan selama ini ia dibesarkan dalam lingkungan Belanda, maka cara ini juga menurut saya tidak salah. Kadang kita mengikuti adat dimana kita dibesarkan, bukan bagaimana kebiasaan yang berlaku.

Informasi seputar tokoh yang di tuangkan dalam bagian yang diberi judul karakter sangat membantu saya memahami cerita. Dengan banyaknya tokoh yang berada dalam buku ini, kadang saya sering lupa. Untuk mengatasinya saya tinggal kembali ke bagian awal dan menyegarkan ingatan saya. Gampang dan sangat membantu.


6 komentar:

  1. Kalo sudah bicara hati, semuanya menjadi tidak begitu sederhana lagi (halaman 293) hahahaha *pingsan bentar

    BalasHapus
  2. lucu juga yaah, ada nama tokohnya suzan.
    terkesan dari abad modern gitu, hehehe

    nice review mbak truly :)

    BalasHapus
  3. dpt peta dr mana mbak? klasik tuh peta

    BalasHapus
  4. suzan , nama yang langka untuk tokoh novel di indonesia

    BalasHapus