Minggu, 11 September 2016

2016 # 98-100 : Malam Minggu Bersama Imung

Bagi mereka yang menikmati remaja pada tahun 70-80 tentu mengenal sosok Imung. Detektif cilik putra seorang kopral polisi di Magelang. Ayah dan ibunya berpisah saat ia kecil. Imung merupakan nama yang ia pilih untuk mengenang sang adik yang dibawa ibu. Lidah cadelnya hanya mampu memangginya Mung, maka ia menyebut dirinya Imung.

Seharinya ia tinggal di kantor polisi yang juga merupakan rumahnya. Belakangan ia pindah ke Jakarta diasuh oleh Kol. Polisi Suyatman mantan anak buah bapaknya. Dengan alasan membayar hutang budi ia mengajak Imung untuk tinggal bersamanya. 

Ternyata hal ini ada gunanya juga. Kemampuan Imung makin terasah. beberapa kali ia diajak melibatkan diri untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh polisi. Tidak hanya polisi, namun orang-orang di sekelilingnya juga sering meminta bantuan untuk memecahkan kasus kejahatan dan kasus-kasus aneh lainnya.

Dalam memecahkan sebuah kasus, Imung hanya mengandalkan pada ketajaman analisa saja. Ia tak dibantu dengan aneka teknologi canggih seperti saat ini. Wajar juga jika dipikir. Saat itu kemajuan teknologi belum seperti saat ini. Tapi disanalah keseruannya.

Cetak ulang kisah Imung oleh penerbit ini patut diacungi jempol. Selain sebagai nostalgia bagi pembaca yang sekarang tentu sudah lebih mapan, kisah Imung merupakan angin segar bagi dunia dunia perbukuan kita. Jika diperhatikan, di bagian belakang sudah diberikan peringatan bahwa buku ini merupakan buku yang membutuhkan bimbingan orang tua dan dibaca oleh mereka yang  berusia minimal 9 tahun. Berapa banyak buku yang diperuntukan bagi remaja seperti itu belakangan ini?

Seingat saya, seharusnya ada 5 buku, tapi saya hanya menyimpan 3 malah. Buku pertama raib entah ke mana. Di situs GRI, saya juga hanya menemukan empat buah buku, padahal di buku keempat terdapat informasi mengenai buku kelima.

Gambar ilustrasi yang dipergunakan sebagai kover pada tiap buku sama, sosok seorang anak lelaki dengan potongan rambut belah pinggir plus poni yang menutupi dahi. Perbedaan tiap buku ada pada warna latarnya serta sedikit siluet yang ada di beberapa buku.

Pemberian nomor halaman juga unik. Untuk nomor bukan puluhan seperti 1,3,8 diletakan angka "00" di depannya. Dengan demikian nomor halaman akan menjadi 001, 003, 008.

Di beberapa bagian, untuk memisahkan bagian satu dengan yang lain, terdapat siluet wajah Imung di tengah halaman. Cukup menarik sebagai selingan mengingat  ilustrasi dalam buku ini lumayan sedikit. Biasanya ada di atas judul kisah. Itu pun bentuknya sangat sederhana sekali.

Bagian yang tak kalah menarik dari buku ini adalah pembatas bukunya. Bentuknya tidak sederhana seperti umumnya pembatas buku, segi empat panjang. Bentuknya memang mirip segi empat panjang dengan ujung menyerupai lekukan, mirip ekor kucing. Gambar yang ada berbeda tiap buku, namun memiliki kesamaan memuat hanya setengah wajah Imung. Tiap buku memiliki pembatas buku dengan warna yang sama dengan warna kover. Wajah Imung yang dicetak setengah mengambil sisi kanan atau sisi kiri, tidak sama pada tiap buku. Sebagai contoh untuk buku ketiga mengambil sisi wajah kanan (eh kiri kalau dari sisi saya melihat).

Dalam rangka babat timbunan, serta untuk bernostalgia (mendadak melo) jadi ingin membaca ulang seriang Imung. Seingat saya, ada buku pertama hingga keempat. Tapi kembali, entah dimana buku pertama itu berada.

Judul: Detektif Cilik Imung #2: Matinya Raja Batik
Penulis; Arswendo Atmowiloto
Penyunting: Tim PlotPoint Kreatif
Ilustrasi sampul: Matahari Indonesia
Pemeriksa aksara: Syarifah Maulidina, Rika Amelina, Dias Rifanza
Penata aksara: Echa
Desain Prasajadi
Ilustrasi isi; Prasaji
ISBN: 9786029481419
Halaman: 231
Cetakan: Pertama- Januari 2014
Penerbit: PlotPoint  Publishing
Rating:3/5

Dalam buku ini dikisahkan Imung sudah bukan anak SD lagi. Ia sudah menjadi anak SMP dan tinggal di Jakarta dengan Kolonel Suyatman bapak angkatnya yang juga seorang polisi. Makin berkembanglah bakat dan kemampuannya.

Terdapat 10 kisah, asyik kan makin puas bacanya. Nomor kisah dimulai dari 16 hingga 25. Judul kisah selain Matinya Raja Batik yang dipergunakan sebagai judul buku juga terdapat Pameran Permata, Ke Mana Poznansa, Tamu dari Jauh, Pembajakan Bus Kota dan lainnya.

Di akhir bagian terdapat penggalan buku ketiga. Bisa membuat penasaran yang membaca

Judul: Detektif Cilik Imung #3: Operasi Lintah
Penulis; Arswendo Atmowiloto
Penyunting: Tim PlotPoint Kreatif
Ilustrasi sampul: Matahari Indonesia
Pemeriksa aksara: Syarifah Maulidina, Rika Amelina, Dias Rifanza
Penata aksara: Echa
Desain Prasajadi
Ilustrasi isi; Prasaji
ISBN: 9786029481426
Halaman: 276
Cetakan: Pertama-Februari 2014
Penerbit: PlotPoint  Publishing
Rating:

Kisah dalam buku ini dimulai dengan nomor 26-36. Dimulai dari Pencemaran Minuman Ringan, Piknik tanpa koreng, Bola Voli atau Vokal Group, Surat yang Mengubah Mayat dan tentunya yang menjadi judul buku ini Operasi Lintah.

Imung kian terkenal. Kasusnya juga kian beragam, tidak hanya teman-teman dan orang sekitar yang meminta bantuan tapi juga orang yang tahu mengenai keahliannya dari berbagai pemberitaan. Kasusnya juga kian rumit.

Kisah Operasi  Lintah lumayan seru, tak heran jika dijadikan sebagai judul buku ini. Imung berurusan dengan penjahat kaliber internasional kali ini. Kerja sama dengan ayahnya membuat saya berangan-angan kalau ada kisah dengan sang ayah sebagai tokoh tentunya juga bakalan seru nih.


BTW gimana caranya harga koran Rp 500 per eklsemplar, seseorang membayar Rp 1.000 dapat 3 koran. Mungkinkah karena yang beli seorang polisi atau penjual sengaja menaikan harga koran dari harga resmi karena memuat berita yang sensasional saat itu.

Eh menemukan sebuah fakta yang agak membuat kaget. Benarkah Imung ngefans sama tante Muhtar? Oedipus Complex-kah?


Judul: Detektif Cilik Imung #4: Selamatkan Bayi Kami
Penulis: Arswendo Atmowiloto
Penyunting: Tim PlotPoint Kreatif
Ilustrasi sampul: Matahari Indonesia
Pemeriksa aksara: Syarifah Maulidina, Rika Amelina, Dias Rifanza
Penata aksara: Echa
Desain Prasajadi
Ilustrasi isi; Prasaji
ISBN: 9786029481457
Halaman: 276
Cetakan: Pertama-Februari 2014
Penerbit: PlotPoint  Publishing
Rating:3/5

Imung kembali beraksi! 
Ada 13 kisah dalam buku ini. Dimulai dari  Sakiti Foxi Terri, Pacarnya Tidak Senang Car Kuku, Kejahatan di Tempat Terhormat, Surat Kaleng dari Semarang, Peci Sani Tegak Kembali dan lainnya. Lumayan banyak juga, sebagian besar mengenai sesuatu yang hilang. Tentang kehilangan.

Mungkin benar pernyataan yang menyebutkan bahwa semakin sering seseorang berlatih suatu hal maka ia akan makin mahir. Begitu juga Imung. Semakin sering ia membantu polisi memecahkan kasus, semakin terasah keahliannya. Apa lagi kesehariannya ia selalu berada diantara para polisi, caranya berpikir untuk memecahkan kasus makin terasah.

Akhir buku ini tidak hanya memuat sedikit bocoran tentang buku kelima, namun juga profil ilustrator sampul, Matahari Indonesia yang lebih sering dipanggil Zsa Zsa. 

Serial Imung merupakan karya Arswendo Atmowiloto. Beliau lahir di Surakarta pada 26 November 1948.   Karyanya lumayan dikenal di tanah air seperti Keluarga Cemara, Senopati Pamungkas, Serial Kiki, Serangan Fajar (diangkat dari film yang memenangkan 6 Piala Citra pada Festival Film Indonesia) (1982) dan masih banyak lagi.Yang paling sering diingat orang adalah buku Mengarang Itu Gampang.

Serial Imung pernah diangkat ke layar kaca oleh SCTV. Walau kisah ini dibuat dengan mengambil latar waktu sudah lampau, namun masih menarik untuk dinikmati saat ini. 

Terdapat 16 kisah serial Imung versi penerbit lama menurut data yang ada di GRI (klik di sini),
1. Pencuri Aneh
2. Haji Palsu
3. Pembajakan Pesawat Udara
4. Penyiletan Gadis-gadis cantik
5. Matinya Raja Batik
6. Tamu dari Jauh
7. Operasi Lintah
8. Jangan Sakiti Foxi Terri
9. Selamatkan Bayi Kami
10. Bangkit dari Kubur
11. Siulan Kematian
12. Jenderal Poen
13. Ke Mana Pipin Pergi
14. Sepasang Korban Itu Pernah Bertunangan
15. Hari-hari Terakhir Imung
16. Kupu-kupu Bermahkota

Lumayan buat mengenang masa lalu ^_^ 

3 komentar:

  1. Saya tidak tahu kalau buku ini sempat tenar dan ternyata cetak ulang dari buku lama. Ternyata ceritanya kayak detektif Conan ya.. menarik banget. Saya jadi nyesel nggak beli dari dulu. Harus mulai mengkoleksi nih.

    Recent Post: Gravity by Rina Suryakusuma

    BalasHapus
  2. Di toko buku G Depok masih bisa ditemukan dengan harga Rp 5.000 pada area diskon (di bawah)

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus