Rabu, 23 Maret 2016

2016 #33: Meraih Cinta Melalui Mimpi

 Judul asli:Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi
Penulis: Eka Kurniawan
Penyunting: Ika Yuliana Kurniasih
Perancang sampul:@labusiam
Ilustrasi sampul: Ayu Hapsari & @labusiam
Ilustrasi isi: Ayu Hapsari
Pemeriksa akara: Intan & Nurani
Penata aksara: Archi Tobias Chandra
ISBN 10: 6022910722 
ISBN13: 9786022910725
Halaman:170
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: Bentang Pustaka
Harga: Rp 34.000
Rating: 4/5

Tidak perlu mereview buku yang bukan genrenya, apa lagi jika hanya bertujuan untuk bully. Ditambah buku itu bukan buku sendiri alias meminjam. 

Kurang lebih kalimat seperti itu disampaikan oleh salah seorang sahabat saya di alam buku ^_^. Konon kata tersebut juga ia dapat dari salah seorang penulis  buku. Ceritanya ia tertarik  membaca sebuah buku setelah membaca sinopsis yang ada di GRI. Kebetulan kenal dengan salah seorang anggota yang juga memiliki buku tersebut, maka dicobalah membaca sebuah buku pinjaman yang bukan berasal dari genrenya. 

Setelah membaca, ia merasa agak kecewa karena kisah yang disajikan tidak sesuai dengan harapannya. Sesuai dengan salah satu manfaat GRI, maka diolah sebuah  review dengan berupa maksimal menyebutkan kelebihan dan kekurangan buku. Tapi mau bagaimana jika lebih banyak kurangnya. Efeknya, penulis serta para fans merasa tidak terima dengan pendapatnya. Terjadilah Perang Pena di alam buku sana. Eh Perang Keyboard  harusnya ya.

Saya jadi penasaran.
Maksudnya apa sebagai pembaca saya tidak boleh membaca buku diluar genre kesukaan saya? Jika demikian sempit sekali wawasan saya. Hanya seputar peri, makhluk fantasi, penyihir, dracula, pistol, lokasi pembunuhan, reka ulang dan hal sejenis yang saya tahu jika begitu. Karena saya lebih suka membaca kisah fantasi dan misteri.  Iseng, saya mencoba membaca sesuatu yang berbeda, out of  the box kata orang sekarang. 

Tapi jika harus beli, agak mikir nih ^_^. Maka saya mencantumkan buku Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi dalam wishlist saya di GRI untuk program Markituka BBI Jabodetabek. Lucky me! saya mendapatkan  2 buku, salah satunya buku ini. Hayuh mencoba sesuatu yang baru. 

Kover dengan nuansa warna coklat dengan siluet seorang wanita, terasa sangat pas dengan kisah yang juga dijadikan judul dalam buku ini.  Burung-burung camar  yang terbang di langit, memandakan perempuan itu berada di pantai. Sederhana tapi elegan.

Terdapat lima belas kisah dalam buku ini. Beberapa kisah  yang ada antara lain Cerita Batu, Kapten Bebek Hijau, Membakar Api, Membuat Senang Seekor Gajah dan tentunya kisah yang menjadi judul buku ini, Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi

Meski saya bisa tertawa saat membaca kisah-kisah yang ada, jika kita renungkan sebenarnya kisah tersebut mengandung filsafah kehidupan yang cukup tinggi. Beberapa kisah membuat saya mengangguk setuju begitu selesai membacanya, setuju akan hal-hal yang bisa terjadi seperti dalam kisah. Setuju pada pesan moral yang terkandung. Lain kisah, saya menggelengkan kepala. Tanda  heran akan tingkah polah tokoh dalam kisah.

Kapten Bebek Hijau sebagai contoh. Usaha bebek kecil itu untuk membaur dengan lingkungan merupakan hal yang wajar.  Semula  bebek kecil tersebut memiliki bulu berwarna kuning, tanpa sengaja ia memakan  buah mogita hingga bulunya berwarna hijau. Bukannya bersyukur ia tidak mati karena makan buah beracun, sang anak bebek itu justru ingin kembali memiliki bulu kuning. Salah satu cara adalah memakan kunir raja yang ada di puncak bukit. 

Sebuah perjalanan yang penuh bahaya. Namun karena tekatnya sudah bulat ia nekat menempuh perjalanan sendirian. Dalam perjalanan, bebek kecil tersebut menemukan fakta bahwa ia bisa selamat dari bahaya karena memiliki buku berwarna hijau menyerupai warna alam sekitar. Alih-alih mengambil pengalaman tersebut untuk pulang kembali ke rumah, ia malah nekat meneruskan perjalanan ke puncak bukit dan memakan kunir raja. Berhasil memang. Namun bisa ditebak apa yang terjadi dalam perjalanan pulang, saat sepasang mata elang lapar melihat ada warna kuning diantara warna hijau rumput. 

Sebuah renungan indah. Kadang, sebagai manusia kita sering ingin diterima lingkungan sekitar dengan membaur menyerupai mereka. Tanpa kita sadari bahwa perbedaan bisa saja menjadi kekuatan dan penyelamat kita. Menerima apa yang ada dalam diri kita dan berkompromi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut, akan membuat hidup kita lebih indah serta bermakna.

Kisah Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, membuat saya teringat pada salah satu sinetron tentang anak asal Betawi yang menjadi seorang insinyur.  Entah sudah masuk musim putar keberapa. Seingat saya ada pada bagian yang mengisahkan bagaimana terpuruknya Dul akibat ditinggal Sarah karena kesalahpahan lama seputar urusan Dul-Sarah-Jaenab. Dul sering memimpikan berada di sebuah pantai. Saat ia berjalan kaki di pinggir pantai ada anak laki-laki yang juga bernama Dul. Suatu ketika, saat sedang mengerjakan sebuah proyek kecil-kecilan ia melihat kalender dengan gambar persis yang ada dalam mimpinya, ternyata itu di Anyer. Bermodal nekat hanya mengandalkan mimpi, ia pergi ke sana. 

Namanya juga sinetron, di sana Dul memang menemukan anak laki-laki yang sedang berlarian di pantai dan dipanggil dengan nama Dul juga. Makin terkejut ketika ia melihat ibunda Sarah juga ada di sana. Penonton bisa menebak kelanjutan kisahnya. Ternyata memang anak itu adalah anak Dul dengan Sarah yang selama ini belum pernah ditemuinya.

Mungkin saja, sekitar kita juga ada sosok seperti Maya, tokoh dalam Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi. Seseorang yang begitu meyakini arti sebuah mimpi hingga mau berbuat nekat. Tujuannya apa lagi, menggapai kebahagian seperti yang telihat indah melalui mimpinya. Atau seperti si Dul, yang nekat mencari makna mimpi karena merasa penasaran. Ia tak akan tenang sebelum bisa mengerti makna dibalik mimpinya. Hidup, memang unik.

Pada tiap kisah, kita akan langsung disuguhi ilustrasi menawan terkait kisah tersebut. Bisa dibilang, buku ini merupakan buku yang paling banyak memanjakan saya dengan ilustrasi sejak awal tahun hingga saat ini. Memang tidak ada kewajiban memuat ilustrasi pada sebuah buku, tapi jika itu bisa menambah makna kisah kenapa tidak ^_^.

Pengalaman pertama saya membaca karya penulis ini, sungguh menyenangkan. Cara penulis ini bercerita terkesan santai tapi membuat penasaran. Gaya maju-mundur-maju, tanpa cantik ^_^ membuat saya penasaran. Tak ingin berhenti sebelum sebuah kisah selesai. Begitu selesai, seperti nyandu, ingin membaca kisah lainnya juga.

Beberapa teman mengingatkan bahwa karya penulis ini cenderung absurd. Bagi saya yang penting kisahnya menarik dan menghibur. Selain mendapat masukan energi bagi jiwa, saya juga belajar pengetahuan. Terpenting, ini membuktikan bahwa tidak selalu seseorang akan merasa kecewa ketika membaca buku yang bukan genrenya.  Jika memang bagus dan menarik kenapa tidak mencoba karya lainnya. Sungguh menyedihkan jika membaca saja harus dikotak-kotak. Apa lagi sampai ada pendapat untuk melarang mereview, dengan alasan buku pinjaman! Pendapat yang picik!

Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang pernah dimuat di media cetak antara tahun 2007-2013. Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa for Prosa-Shortlist 2015, serta Anugrah Pembaca Indonesia Nominee for Buku dan Penulisan Fiksi Terfavorit -Shortlist 2015 berhasil diraih.

Saat mencari biodata penulis ini, saya merasa femiliar dengan nama sang istri. Ternyata beliau penulis kisah Gadis Kretek!  Plus namanya sering bersliweran di FB salah seorang sahabat  saya. Dasar kebiasaan buruk, suka tidak ngeh sama orang ^_^. Jadi malah mengkhayal iseng, gimana ya kira-kira anak mereka jika sudah lebih besar. Apakah bisa menjadi penulis anak-anak yang produktif, hingga menjadi penulis yang menghasilkan karya-karya indah seperti orang tuanya.  Bahkan memenangkan berbagai penghargaan tingkat internasional. Atau malah hanya jadi penikmat saja tidak  lebih. Ya, namanya juga ngayal, apa saja boleh dong.

Oh ya, buat mbak atau mas pengarang yang punya prinsip seperti di atas, saya cuman mau bilang kalau karya anda dicetak untuk umum maka berjiwa besarlah. Ada yang suka, ada yang tidak. Mereka yang suka akan memuji, yang tidak akan memberikan kritik. Lebih baik dikritik dari pada tidak ada yang komentar, artinya karya anda tidak dianggap ada. Dan anggaplah itu kursus gratis menulis guna menjawab celaan dengan karya lebih baik kelak.

Jika melarang orang meminjam buku dan membuat reviewnya, maka jadikanlah karya anda sebagai buku yang teramat super ekslusif. Hanya dicetak 5 eksemplar di dunia, misalnya. 

2 komentar:

  1. Kak Truly sangat realistis dan jujur dalam menanggapi pernyataan teman tentang larangan mereview tersebut. Saya setuju banget, pasalnya saya sering "terjebak" membaca buku yang ternyata mengecewakan dan saya harus mereview-nya. Ya, hasilnya... lebih banyak sisi negatif buku daripada positifnya. Nice review, Kak, btw saya suka karya-karya Eka, tapi belum baca yang ini >,<

    BalasHapus
  2. Hai.....
    Buatku alasan dilarang mereview karena buku pinjaman itu yang ajaib!
    Kalau alasan kenapa coba-coba baca genre baru memang lebih personal. Ada yang mau meluaskan wawasan dengan mencoba hal baru, tapi ada yang tidak.
    Perkenalanku dengan Eka *jie* justru lewat buku ini.
    Thx sudah mampir ^_^

    BalasHapus