Selasa, 12 Juli 2011

2: Gusni, Kamu Harus Citius, Altius, Fortius!

 Judul             : 2
Penulis           : Donny Dirgantoro
Pewajah Isi     : Suwarto &
                        Oya Pamungkas
Desain Kover  : Donny Dirgantoro &
                        Diberu Karina
Ilustrasi           : Bayu Abdinegoro
ISBN              : 978-979-081-562-9
Halaman         : 418
penerbit          : Grasindo

Jangan pernah meremehkan kekuatan seseorang manusia, karena Tuhan sedikit pun tidak pernah.
Citius, Altius, Fortius
Faster, Higher, Stronger

SAYA TIDAK SALAH PILIH!

Terus terang buku ini awalnya saya pilih  dengan harapan bisa ikut mengembalikan saya ke alam produktif. Belakangan entah kenapa, saya merasa jenuh. Buktinya terlihat jelas, hingga nyaris tengah bulan baru 3 buku yang saya baca. Bukan salah buku-buku tapi konsentrasi yang terbagi membuat saya cepat merasa lelah dan jenuh.

Saat mencari buku untuk dibaca di kereta api dalam rangka tour of duty kemarin, mata saya segera tertuju pada buku ini. Secara pribadi saya menaruh harapan besar pada buku ini. Donny yang saya kenal di kampus dan klub foto selalu punya ide sederhana tapi spektakuler hasilnya.Sepasang sepatu di Musholla misalnya, bukanlah sebuah pemandangan yang luar biasa. Wajar jika banyak sepatu yang diletakkan di depan Mushollah. Tapi D****h (panggilan mesranya) bisa mengabadikannya menjadi sebuah foto yang unik dan mampu bercerita banyak. Saya yakin buku ini bisa menawarkan sesuatu yang berbeda.

Lihat saja kovernya. Hanya tulisan angka 2 dengan warna yang sungguh  kontras. Tipe huruf yang digunakan, jika kita perhatikan akan bersinggungan dengan kisah yang ada. Tidak hanya tipe huruf sebenarnya, tapi juga latar belakang kover yang berwarna merah serta warna angka dua. Semuanya merupakan simbol dari kisah yang ada. Bukan latah menerbitkan buku dengan judul bernuansa angka, namun saat membaca buku ini, terutama mulai halaman 410, pembaca akan mengerti kenapa  buku ini diberi judul 2.

Membuka lembar awal, kedua alis saya sempat bertemu. Ceritanya kok….Tapi kian kebelakang alis saya kembali ke posisinya masing-masing. Yang terdengar justrui tawa lepas saya. Sampai saya mendapat tepukan halus plus peringatan dari mama yang duduk di sebelah, “hush… ini kereta api yah bukan kamar kamu. Mbok yah dikecilkan sedikit ketawanya, anak perempuan jiee” Duh si mama segini masih saja disebut anak. Tapi yah begitulah seberapa umur saya, buat beliau saya tetap anak kok he he he.

Buku ini berkisah mengenai kehidupan  seorang anak yang tegar, bersemangat , gemar berolah raga dan pantang menyerah. Kisahnya dimulai dari sebuah keluarga harmonis yang sedang menunggu kelahiran anak kedua. Kedua orang tua mereka dipanggil Papa Gita dan Mama Gita. Panggilan itu terasa wajar mengingat  Gita merupakan anak pertama mereka, dan masyarakat kita sering memanggil orang tua berdasarkan nama anak pertama.

Kehamilan sang mama berjalan dengan normal. Namun saat melahirkan baru diketahui ada sesuatu yang berbeda dengan sang bayi. Bayi yang lahir super jombo itu diberi nama Gusni Annisa Puspita. Di sini Donny mulai  memainkan emosi pembacanya. Pembaca dibuat bertanya-tanya kenapa Gusti begitu berbeda dibandingkan kakaknya. Apa perbedaannya dan apa yang menyebabkan perbedaan itu.

Perbedaan yang terlihat jelas pada awal kisah adalah Gina menjadi pemain bulutangkis profesional sementara Gusni harus puas dengan mengayunkan raket nyamuk dimana saja. Nyaris sampai setengah buku pembaca baru mendapat jawaban dimana dan apa yang menyebabkan  Gusti berbeda dengan kakaknya, Gina.


Sebagai bumbu, Donny juga memasukan sebuah kisah cinta yang jauh dari menye-menye.  Kisah cinta yang dimulai dari sepotong kue onde-onde dan restoran bakmi. Saat kecil  hanya Harry yang mau bersahabat dengan Gusti si anak perempuan. Saat usia SD hal ini jelas dianggap aneh. Setiap anak laki-laki memiliki anggapan yang nyeleneh soal anak perempuan. Menurut anak laki-laki, anak perempuan itu acak-acakan-tidak jelas maunya. Anak perempuan itu cerewet, galak tapi cengeng, nenek sihir, tukang ngadu. Hem tunggu sampai mereka besar sedikit pasti anggapannya berbeda. Keduanya memiliki kesamaan sangat menggemari onde-onde dan bakmi plus ukuran tubuh yang super jumbo.

Kisah cinta antara Harry dan Gusti  tidak hanya dibumbui dengan romantisme ala remaja namun juga dengan rangkaian kebersamaan yang membuat mereka saling menguatkan satu dengan yang lain. Melalui Harry, Gusni mengerti apa itu cita-cita. Cita-cita menurut Harry adalah sesuatu yang baik buat diri kita sendiri, sesuatu yang membuat diri kita senang kalau melakukannya. Tertular semangat Gusni, Harry terpicu untuk mengembalikan cita-cita masa kecilnya. Gusni mampu tegar karena ada Harry disisinya.

Sosok kedua orang tua Gusni juga terlihat sangat mendukung kedua anaknya tanpa membedakan apakah Gusni membutuhkan perhatian khusus atau tidak. Keduanya mendapat perhatian yang seimbang. Sang Mama selalu memberikan petuah yang menyejukkan. Beliau selalu memberikan dorongan dan semangat bagi Gusti. ”Kamu perempuan Gus, harus berani, Mama mau kamu kuat dan berani, Gus... kamu berani mencintai dan kamu mencintai dengan berani”

Dibandingkan dengan buku-buku  lain, buku ini memiliki keunikan pada setting dan tema cerita. Setting peristiwa dalam buku ini beragam, antara lain saat kerusuhan 1998 yang lalu. Donny mampu membuat saya  merasakan ketakutan yang sama seperti saat itu. Bayangkan saja, rumah sakit tempat saya melahirkan ditimpuki batu karena dianggap berhubungan erat dengan rezim Orde Baru. Saya sampai menyusun semacam rencana penyelamatan diri dengan rekan sekamar yang juga baru melahirkan, sekedar mengantisipasi jika terjadi kerusuhan.  Ketakutan yang dialami Harry dan Gusni membuat saya juga teringat bagaimana khawatirnya saya pada nasib keluarga dari pihak sana. Mengingat mereka memiliki darah China

Tema cerita seputar seseorang yang bersemangat menghadapi hidup ini walau divonis berumur pendek sepertinya bukan tema baru. Tapi Donny membuatnya berbeda dengan membentuk sosok Gusni sebagai seorang atlit bulutangkis. Kisah bagaimana ia berusaha sekian tahun guna mencapai cita-citanya sungguh mengharukan. Apalagi ditambah dengan semangat hidupnya. Dijadikannya cita-cita masa kecilnya sebagai semangat hidup, sebagai pemberi kekuatan dalam menjalani sisa kehidupan yang entah sampai kapan.

Saya tertawa membayangkan betapa semangatnya Gusni mengayunkan raket nyamuknya. Saat orang memuja sang kakak, Gita sebagai pemain bulutangkis, Gusni justru terkenal dengan raket nyamuknya. Tawa saya kian keras saat membaca bagaimana Gusni berhadapan dengan para preman menggunakan raket nyamuk. Aduhhhhhhhhhhhh sakit perut saya gara-gara tertawa.

Tapi…, saya ikut meringis saat membaca bagaimana sedihnya Gusti kehilangan Harry sahabatnya saat SD. Bagaimana Gusti nyaris tak mau memakan onde-onde, kue kegemaran mereka berdua. Atau saat  Gusni mendatangi taman tempat mereka dahulu sering duduk-duduk. Juga saat membaca bagaimana restoran bakmi milik keluarga Harry habis dibakar saat kerusuhan.

Selain mengisahkan semangat Gusni, ada juga  kisah mengenai pelatih yang tak pernah pantang mundur dan bersemangat membagi ilmunya. Selama melatih ia....duhhh sebaiknya saya berhenti disini jangan sampai nanti jadi spoiler.

Secara keseluruhan buku ini menarik, menghibur dan memberi motivasi. Hanya ada hal yang ingin saya tanyakan kepada penulis sebenarnya. Misalnya saat restoran bakmi  milik keluarga Harry diamuk massa, maka Harry dan sekeluarga pindah rumah dan sekolah. Tapi seingat saya keluarga Gusni tidak pindah, lalu kenapa Harry tidak berusaha menggubungi Gusni ? Dalam kisah ini tidak disebutkan Harry pindah keluar kota, bahkan mereka sempat berselisih jalan saat mengunjungi puing restoran bakmi Seolah-olah mereka terpisah jarak yang sangat jauh hingga tidak bisa berkomunikasi. Baru saat reuni mereka bertemu, atau ada penjelasan tapi kejenuhan membuat saya kurang memperhatikan?

Jika disimak lebih dalam, kisah ini memberikan banyak asupan moral. Pertama, bagaimana pun juga keadaan kita, janganlah pernah menyerah. Berjuanglah mencapai impian, karena hidup tanpa impian akan membuat hidup kita berjalan tanpa arah.   Ada harapan disetiap keterbatasan.

Kedua, cinta bisa kadang kapan saja, dimana saja dan dalam wujud yang beraneka ragam. Kisah cinta Gusni dan Harry justru dimulai dari kue onde-onde. Kisah cinta dimulai dari persahabatan sekian lama. Ketiga, jangan pernah meremehkan kekuatan seseorang manusia, karena Tuhan sedikit pun tidak pernah. Gusti justru mampu berjuang disaat ia merasa lemah. Saat semua orang mengasihaninya, Gusti justru membuktikan ia sangat tidak layak untuk dikasihani.


Di tanah air Bulutangkis atau badminton bisa dianggap olah raga rakyat. Olah raga ini sering dimainkan di kampung-kampung dan dilombakan saat  acara menyambut Hut RI. Mirip dengan tenis, bulu tangkis bertujuan memukul bola permainan yang dikenal dengan istilah kok (berasal dari shuttlecock) melewati jaring agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan dan berusaha mencegah lawan melakukan hal yang sama. Olah raga ini dimainka 2 orang untuk tunggal dan empat orang untuk ganda.

Bulutangkis memiliki sejarah unik.  Bulutangkis atau badminton mendapat namanya dari Badminton House di Gloucestershire,  Rumah dari Duke of Beaufort, dimana olahraga ini dimainkan di abad terakhir. Sebelum Badminton House, ada sebuah permainan yang disebut poona (permainan yang dimainkan oleh petugas stationed tentara Inggris di India).

Lalu apa hubungannya Gusni dengan olah raga bulutangkis?
Bagaimana nasib hubungannya dengan Harry?
Siapa sosok yang selalu berlari setiap jam 05.00 WIB?
Dibaca saja yah he he he he

 Sebait kalimat Mama Gita sepertinya layak untuk menutup repiu ini, ” Aku adalah seorang wanita, aku adalah kekuatan, aku adalah kelembutan, aku adalah ibu dari cinta.”

http://image.shutterstock.com/display_pic_with_logo/10610/10610,1129368592,7/stock-photo-close-up-shuttercock-632305.jpg

5 komentar:

  1. saya suka sampulnya tuh, merah!! gak tahu ya saya suka yang simpel2 kayak gini.

    BalasHapus
  2. EH Mas... aku td ketemuan sana Ine, serah terima buku Untung, ktnya siang ini dikirim. Wah titipannya banyak juga ^_^

    BalasHapus
  3. pengalaman baca buku 5 cm yang cukup berkesan membuat penasaran buanget pengen baca buku ini

    BalasHapus
  4. @Truly: ah nggak. segitu aja, nggak ada apa2nya ama mbak truly. makasih ya.

    BalasHapus
  5. AWESOME BOOK!!!!

    bener2 two thumbs up deh...
    salut ama si Gusni..!!!!

    paling suka pas adegan Gusni ribut ama Kakanya si Gita..
    asli bagian itu bener2 nguras emosi bgt :'D

    <3 it!! yeaaahh ^O^


    *btw jadi pengen nyobain Bakmi Nusantara.. Yummmyy......... (^O^)

    BalasHapus