Jumat, 29 November 2019

2019 #35: Seni Mengemas Produk

Judul asli: The Art of Packaging: Mengenal Metode, Teknik, Dan Strategi Pengemasan Produk Untuk Branding Dengan Hasil Maksimal
Penulis: Sri Julianti
ISBN: 9786020310114
Halaman: 304
Cetakan: Kedua-2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Harga: Rp 148.000
Rating: 3.5/5


Sering menemukan sebuah produk dikemas ulang dengan menarik sehingga makin membuat kita tertarik untuk membelinya? Walau mungkin saja produk tersebut sebenarnya  tidak termasuk dalam daftar belanja? Jangan sungkan mengakuinya, saya juga begitu. Itulah kekuatan dari kemasan atau disebut juga packaging. 


Buku The Art  of Packaging: Mengenal metode Teknik, dan strategi pengemasan produk untuk branding dengan hasil maksimal (2018) merupakan sebuah buku yang akan mengajak  Anda menjelajahi dunia  pengemasan  (packaging. ), sesuatu hal yang ternyata tak sesederhana yang kita kira. Banyak hal yang harus dipertimbangkan ketika produsen memutuskan mengemas  produknya dalam desain tertentu. Pemilihan kemasan yang tepat perlu dilakukan karena kemasan juga bagian dari branding sebuah produk.

Terdapat 20 bab dalam buku ini. Mula dari  Sejarah Kemasan, "1001 Basic Packaging, Kemasan Kertas dan Karton,  Kemasan Fleksibel,  Membeli Kemasan dengan harga yang efektif, hingga Packaging Design dan Branding. Tiap bagian dilengkapi dengan contoh yang dekat dengan kehidupan kita hingga makin mudah memahami buku ini.

Selain itu, pda tiap akhir bab tersedia  ringkasan yang dibuat dengan singkat namun padat, sehingga pembaca yang mungkin agak susah menangkap makna bab tersebut bisa lebih  memahaminya dengan membaca ringkasan. 

Kadang orang membeli sebuah produk karena tergiur akan kemasan yang menarik, padahal untuk mutu tak kalah bersaing dengan produk lain. Tak bisa dipungkiri, kemasan memegang peranan yang penting dalam rangkaian proses produk.  Memilih kemasan yang melindungi produk, memudahkan distribusi, dan branding tidaklah mudah. Perlu pemahaman yang mendalam untuk menentukan kemasan yang tepat untuk sebuah produk.

Sejarah metode pengemasan dan pengawetan makanan cukup  unik. Nicolas Appert menjawab tantangan Napoleon  pada tahun 1795 untuk mencari cara guna mengawetkan makanan bagi pasukannya, dengan menemukan kaleng. Tahun 1806 Brian Donkin membuka pabrik kaleng makanan dan mematenkannya pada tahun 1810. 

Selanjutnya dengan ditemukannya  aluminium pada tahun 1855 serta dimulaimya produksi massal kemasan kaleng pada tahun 1880, industri kemasan terus berkembang.

Di tanah air sendiri, kemasan sudah muncul sejak zaman dahulu walau dalam bentuk yang sederhana. Penggunaan daun jati  dan daun pisang untuk membungkus makanan yang dibeli, serta batang bambu untuk membeli tuak merupakan contoh sederhana pengunaan kemasan.

Fungsi kemasan belakangan tidak hanya untuk melindungi produk dan memudahkan proses distribusi, namun juga untuk rekam jejak  perjalanan sebuah produk, serta barang koleksi  bernilai tinggi. Kemasan juga menjadi branding bagi sebuah produk, sehingga untuk melakukan  renovasi dan inovasi pada kemasan sebuah produk harus melalui riset yang mendalam.

Bagi saya yang kurang paham mengenai kemasan, buku ini memberikan sebuah wawasan baru. Misalnya saja, saya jadi paham bahwa produk yang tidak membutuhkan perlindungan serta langsung digunakan, maka kemasan dari kertas perupakan pilihan paling tepat. Contohnya adalah  ketika membeli burger, kentang goreng siap konsumsi dan lainnya.  Perlu diperhatikan untuk tetap menjaga mutu kemasan, seperti warna cetakan yang sesuai, tinta yang tak luncur, lem yang tepat dan lainnya.

Kemudian untuk mengatasi  persoalan sampah,  produsen juga mulai melakukan pemilihan kemasan dengan lebih selektif. Sehingga sampai yang ditimbulkan produk bisa ditekan. 

Salah satunya dengan mempergunakan kemasan fleksibel, kemasan yang dibuat dari material yang dibentuk film dengan memiliki ciri ringan, tipis,  serta berbentuk lunak. Kelebihannya, kemasan ini membuat produk menjadi lebih terjangkau. 

Kekurangannya adalah penggunaannya yang agak sulit. Misalnya shampo saset. Agar aman saat distribusi, kemasan fleksibel biasanya memiliki kemasan sekunder yang cukup kuat melindungi selama proses distribusi berlangsung

Dengan memberikan lampiran mengenai hasil uji kemasan yang "styrofoam" yang dilakukan oleh BPOM, pembaca jadi makin bijak dalam memilih produk yang akan dibeli. Hanya saja  sayang penulis tidak membuat semacam daftar Istilah atau Gosarium. Tentunya bagi mereka yang sedang belajar tentang kemasan, hal ini akan sangat membantu.


Penulis buku ini, Sri Julianti,  sudah dianggap sebagai The packaging Guru di tanah air.  Bisa dikatakan buku ini merupakan catatan dari pengalamannya selama 30 tahun di bidang pengemasan. Jebolan sarjana teknik kimia ini semula tak mengira akan berkecimpung dalam bidang pengemasan.

Mengingat masih minimnya pengetahuan dalam bidang pengemasan, maka Sri Julianti memutuskan membagi pengetahuannya dalam buku ini.  Buku beliau yang lain  adalah Mastering Packaging for E-Commerce,  dan A Practical Guide to Flexible Packaging.


Buku  yang luar biasa!

2 komentar:

  1. Waduh, ternyata untuk urusan kemasan saja ada pakarnya ya. Selama ini saya kira bisa lakukan oleh tim desain grafis dan pelaksana saja. Hahaha. Ternyata ada ilmunya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul! Saya juga baru tahu setelah membaca buku ini.
      Lumayan rumit ternyata

      Hapus