Judul asli: The Art of Packaging: Mengenal Metode, Teknik, Dan Strategi Pengemasan Produk Untuk Branding Dengan Hasil Maksimal
Penulis: Sri Julianti
ISBN: 9786020310114
Halaman: 304
Cetakan: Kedua-2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 148.000
Rating: 3.5/5
Sering menemukan sebuah produk dikemas ulang dengan menarik sehingga makin membuat kita tertarik untuk membelinya? Walau mungkin saja produk tersebut sebenarnya tidak termasuk dalam daftar belanja? Jangan sungkan mengakuinya, saya juga begitu. Itulah kekuatan dari kemasan atau disebut juga packaging.
Terdapat 20 bab dalam buku ini. Mula dari Sejarah Kemasan, "1001 Basic Packaging, Kemasan Kertas dan Karton, Kemasan Fleksibel, Membeli Kemasan dengan harga yang efektif, hingga Packaging Design dan Branding. Tiap bagian dilengkapi dengan contoh yang dekat dengan kehidupan kita hingga makin mudah memahami buku ini.
Selain itu, pda tiap akhir bab tersedia ringkasan yang dibuat dengan singkat namun padat, sehingga pembaca yang mungkin agak susah menangkap makna bab tersebut bisa lebih memahaminya dengan membaca ringkasan.
Bagi saya yang kurang paham mengenai kemasan, buku ini memberikan sebuah wawasan baru. Misalnya saja, saya jadi paham bahwa produk yang tidak membutuhkan perlindungan serta langsung
digunakan, maka kemasan dari kertas perupakan pilihan paling tepat. Contohnya adalah ketika membeli burger, kentang goreng siap konsumsi dan lainnya. Perlu
diperhatikan untuk tetap menjaga mutu kemasan, seperti warna cetakan yang
sesuai, tinta yang tak luncur, lem yang tepat dan lainnya.
Kekurangannya adalah penggunaannya yang agak sulit. Misalnya shampo saset. Agar aman saat distribusi, kemasan fleksibel biasanya memiliki kemasan sekunder yang cukup kuat melindungi selama proses distribusi berlangsung
Mengingat masih minimnya pengetahuan dalam bidang
pengemasan, maka Sri Julianti memutuskan membagi pengetahuannya dalam buku
ini. Buku beliau yang lain adalah Mastering
Packaging for E-Commerce, dan A Practical Guide to Flexible Packaging.
Buku yang luar biasa!
Penulis: Sri Julianti
ISBN: 9786020310114
Halaman: 304
Cetakan: Kedua-2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 148.000
Rating: 3.5/5
Sering menemukan sebuah produk dikemas ulang dengan menarik sehingga makin membuat kita tertarik untuk membelinya? Walau mungkin saja produk tersebut sebenarnya tidak termasuk dalam daftar belanja? Jangan sungkan mengakuinya, saya juga begitu. Itulah kekuatan dari kemasan atau disebut juga packaging.
Buku The Art of Packaging: Mengenal metode Teknik, dan strategi pengemasan
produk untuk branding dengan hasil
maksimal (2018) merupakan
sebuah buku yang akan mengajak Anda
menjelajahi dunia pengemasan (packaging.
), sesuatu hal yang ternyata tak sesederhana yang kita kira. Banyak hal yang
harus dipertimbangkan ketika produsen memutuskan mengemas produknya dalam desain tertentu. Pemilihan kemasan yang tepat perlu
dilakukan karena kemasan juga bagian dari branding
sebuah produk.
Kadang orang membeli sebuah
produk karena tergiur akan kemasan yang menarik, padahal untuk mutu tak kalah
bersaing dengan produk lain. Tak bisa dipungkiri, kemasan memegang peranan yang penting dalam
rangkaian proses produk. Memilih kemasan
yang melindungi produk, memudahkan distribusi, dan branding tidaklah mudah. Perlu pemahaman yang mendalam untuk
menentukan kemasan yang tepat untuk sebuah produk.
Sejarah metode pengemasan dan pengawetan makanan cukup unik. Nicolas
Appert menjawab tantangan Napoleon pada tahun 1795 untuk mencari cara
guna mengawetkan makanan bagi pasukannya, dengan menemukan kaleng. Tahun 1806
Brian Donkin membuka pabrik kaleng makanan dan mematenkannya pada tahun 1810.
Selanjutnya dengan ditemukannya aluminium pada tahun 1855 serta dimulaimya produksi massal kemasan kaleng pada tahun 1880, industri kemasan terus berkembang.
Selanjutnya dengan ditemukannya aluminium pada tahun 1855 serta dimulaimya produksi massal kemasan kaleng pada tahun 1880, industri kemasan terus berkembang.
Di tanah air sendiri, kemasan sudah muncul sejak zaman dahulu walau
dalam bentuk yang sederhana. Penggunaan daun jati dan daun pisang untuk membungkus makanan yang
dibeli, serta batang bambu untuk membeli tuak merupakan contoh sederhana
pengunaan kemasan.
Fungsi kemasan belakangan tidak hanya untuk melindungi produk dan
memudahkan proses distribusi, namun juga untuk rekam jejak perjalanan
sebuah produk, serta barang koleksi bernilai tinggi. Kemasan juga menjadi
branding bagi sebuah produk, sehingga
untuk melakukan renovasi dan inovasi pada kemasan sebuah produk harus
melalui riset yang mendalam.
Kemudian untuk mengatasi persoalan sampah, produsen juga mulai melakukan pemilihan
kemasan dengan lebih selektif. Sehingga sampai yang ditimbulkan produk bisa
ditekan.
Salah satunya dengan mempergunakan kemasan fleksibel, kemasan yang dibuat dari material yang dibentuk film dengan memiliki ciri ringan, tipis, serta berbentuk lunak. Kelebihannya, kemasan ini membuat produk menjadi lebih terjangkau.
Salah satunya dengan mempergunakan kemasan fleksibel, kemasan yang dibuat dari material yang dibentuk film dengan memiliki ciri ringan, tipis, serta berbentuk lunak. Kelebihannya, kemasan ini membuat produk menjadi lebih terjangkau.
Kekurangannya adalah penggunaannya yang agak sulit. Misalnya shampo saset. Agar aman saat distribusi, kemasan fleksibel biasanya memiliki kemasan sekunder yang cukup kuat melindungi selama proses distribusi berlangsung
Dengan memberikan lampiran mengenai hasil uji kemasan yang "styrofoam" yang dilakukan oleh BPOM, pembaca jadi makin bijak dalam memilih produk yang akan dibeli. Hanya saja sayang penulis tidak membuat semacam daftar Istilah atau Gosarium. Tentunya bagi mereka yang sedang belajar tentang kemasan, hal ini akan sangat membantu.
Penulis buku ini, Sri
Julianti, sudah dianggap sebagai The
packaging Guru di tanah air. Bisa
dikatakan buku ini merupakan catatan dari pengalamannya selama 30 tahun di
bidang pengemasan. Jebolan sarjana teknik kimia ini semula tak mengira akan
berkecimpung dalam bidang pengemasan.
Buku yang luar biasa!
Waduh, ternyata untuk urusan kemasan saja ada pakarnya ya. Selama ini saya kira bisa lakukan oleh tim desain grafis dan pelaksana saja. Hahaha. Ternyata ada ilmunya juga.
BalasHapusBetul! Saya juga baru tahu setelah membaca buku ini.
HapusLumayan rumit ternyata