Kamis, 21 November 2019

2019 #34: Menikmati Pesan Sang Mentari


Judul asli: Pesan Sang Mentari
Penulis: Kong Kwang-kyu
Penerjemah: Hyacinta Louisa
Supervisi terjemahan Bahasa Indonesia: Joko Pinurbo
ISBN: 9786020519920
Halaman: 133
Cetakan: Pertama-2019
Penerbit: PT Grasindo
Harga: Rp 51.000
Rating: 3/5

...
Ah! Karena kehangatan sang mentari
Aku lupa bahwa aku sedang berbaring di ruang tengah
Setelah beberapa waktuku teringat
akan pesan yang ditulis sang mentari

"Kwang-kyu, jadilah orang yang hangat"

~Puisi Pesan Sang Mentari, halaman 22~

Sebenarnya buku ini sudah agak lama berada di meja saya. Harap maklum, karena meja yang terkena badai persiapan kegiatan, membuat buku ini tertimbun  banyak berkas. Begitu acara selesai, meja mulai dirapikan, barulah buku ini muncul dipermukaan ^_^.  Baiklah, mari kita nikmati isinya.

Secara garis besar, buku ini terbagi dalam  empat bagian besar. Bagian pertama  berisi 11 puisi, mulai dari Anak-anak Khatulistiwa hingga   Seperti Anjing dan Kucing. Bagian kedua memuat  11 puisi,   Sungai yang Terkejut hingga  Simbiosis. Sementara bagian  ketiga dimulai dari puisi Daftar Hal-hal Buruk hingga Ambarawa Membara, ada 11 puisi juga. 

Terakhir, bagian empat,  mengandung  10 puisi, berawal dari puisi Musim Gugur Tiba diakhiri dengan Untuk Ibu (2). Konon, puisi berjudul alkohol ditarik dari bagian ini.  Maka kita bisa menikmati 43 puisi dalam buku ini.

Suatu hal yang menurut saya pribadi sangat masuk akal. Jika kita lihat di halaman belakang, tertulis U15, artinya buku ini ditunjukan bagi pembaca usia 15 tahun keatas. Tentunya kurang elok jika ada tema alkohol dalam buku untuk usia remaja. Walau saya penasaran juga bagaiaman puisi tersebut he he he.

Setiap puisi yang ada pada tiap bagian mengandung keunikan tersendiri. Baik dari judul maupun isi. Beberapa kali saya berusaha mencari benang merah dari keempat bagian, tapi  belum juga menemukan. 

Penasaran, saya bertanya pada salah seorang staf penerbit mengenai benang merah  antar puisi yang dalam  buku ini. Ternyata bagian yang ada  merupakan cuplikan dari buku-buku karangan penulis. Sayangnya saya tidak  mendapat informasi lebih lanjut mengenai buku apa yang dimaksud.

Dengan apik, penulis mengumpamakan banyak hal dalam kehidupan ini dalam kiasan yang sederhana dan mudah dipahami. Umumnya dikaitkan dengan alam. Misalnya, "... Bagaimana jika rasa cintaku padamu runtuh seiring datangnya waktu bagaikan istana pasir yang dibangun anak kecil itu..." Atau pada puisi Berdiri di Samping Alang-alang, "... Meski aku tertiup angin dan terbawa arus, Aku ingin pergi tanpa penyesalan..."

Puisi Pesan Sang Mentari yang dijadikan judul buku ini, bisa ditemukan pada halaman 22. Puisi ini berkisah tentang "matahari" yang memberikan kehangatan  bagi penulis. Karena isinya memberikan semacam pesan moral agar penulis buku ini, Kong Kwang-kyu, menjadi sosok yang hangat, maka puisi ini yang dipilih untuk menjadi judul buku ini. 


Kedekatan penyair ini dengan Indonesia dimulai ketika yang bersangkutan diundang menjadi juri pada "Penghargaan Sastra Khatulistiwa"tahun 2018 dan 2019. Hal ini juga membuat munculnya ide untuk menulis puisi. Ada puisi yang dibuat ketika berada di Indonesia, yaitu Burung Layang-layang serta Ambarawa yang Membara.

Favorit saya adalah puisi "Buku yang Indah" di halaman 76, ketebak sepertinya he he he. Dengan indah, penyair menggambarkan mengenai buku yang terbaik, " Manusia  sebuah buku yang indah."

Puisi yang ada, tentunya dibuat dalam bahasa Korea, serta ditulis dalam huruf Hangeul.  Salah satu peserta acara sempat mengatakan bahwa puisi tersebut sangat indah jika dibaca dalam bahasa aslinya.  

Namun bukan berarti kita tidak bisa menikmati karya-karya penulis yang dinobatkan sebagai penyair melalui "Literatur Barat dan Timur pada tahun 1986. Melalui campur tangan Joko Pinurbo, penikmat puisi di tanah air bisa mencicipi jalinan kata indah dalam buku ini.

Bukan hal yang mudah memang, mengingat mencari padanan kata  terjemahan dari Korea ke bahasa Indonesia tidaklah mudah. Butuh keterampilan khusus untuk itu. Tak salah jika penerbit mempercayakan tugas tersebut pada seorang Joko Pinurbo. Melalui beliau kita bisa menikmati karya-karya Kung Kwang-kyu yang banyak menyatukan alam dengan hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya sayang jika puisi yang ditulis mempergunakan Hangeul tidak dicantumkan  tulisan latinnya. Padahal ini sangat berguna untuk bisa menikmati karyanya dalam bahasa asli.  Bagi mereka yang sedang belajar bahasa Korea,  tentunya ini akan menjadi salah satu cara menarik mempekajari bahasa. Plus belajar kebudayaan tentunya. Tentunya ada pertimbangan khusus kenapa buku ini diterbitkan seperti itu.

Hal lain yang membuat penasaran, kenapa kovernya sanagt sederhana  dibandingkan aneka buku puisi yang lain? Kebetulan saya sering mengunjungi toko buku, meski tak membeli buku puisi, saya juga menikmati  aneka kover yang dibuat dengan artistik.

Pertama kali melihat buku ini di meja penerima tamu, saya kira ini semacam buku acara. Isinya tentang ulasan buku puisi dan mungkin beberapa puisi yang diambil dari buku aslinya. Ditambah rasa keheranan  karena tidak ada meja penjual buku yang  umumnya ada pada cara seperti ini. Masih berpikir positif, siapa tahu petuagsnya belum datang ^_^.

Terbayangkan betapa terkejutnya saya ketika buku yang saya terima ini adalah buku puisi yang akan diluncurkan saat itu. Sungguh sangat sederhana. Warna coklat mendominasi seluruh halaman, cahaya yang ada di pojok atas kanan bisa saya anggap sebagai mentari. Sesuai dengan judul buku ini.

Puisi sendiri menurut Muhammad Hj. Salleh dalam situs romadecade.org ialah sebuah bentuk karya sastra yang kental dengan musik bahasa serta suatu kebijaksanaan oleh si penyair dan tradisinya. Karena semua kekentalan itu, sesudah puisi tersebut dibaca akan menjadikan kita lebih bijaksana.

Sementara menurut Herman J. Waluyo, pengertian puisi yaitu suatu karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan si penyair dengan cara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dalam pengonsentrasian sebuah struktur fisik dan struktur batinnya.

Dalam   http://bahasa-korea.com, disebutkan bahwa puisi Korea juga memiliki sejarah yang kaya. Puisi Korea terdiri dari Silla (atau Shilla) yang dikenal sebagai hyangga, lagu Goryeo, sijo dan gasa. Perbedaan di antara mereka yaitu dibuat pada dinasti yang berbeda, perulangan, ritme, dan tema. Tapi semuanya mencerminkan hati dan pikiran orang Korea.

Selanjutnya disebutkan juga jika puisi Korea yang coba diterjemahkan ke dalam bahasa lain biasanya akan sering diterjemahkan dengan kurang sempurna sebagaimana makna aslinya. Maka, layak jika kita memberikan penghormatan akan usaha keras tim ahli Bahasa hingga kita bisa menikmati buku puisi ini.


Secara garis besar, buku ini layak dibaca dan menjadi salah satu koleksi. Menikmatinya juga tidak susah, cukup dibaca dengan perlahan, diresapi kata yang ada, maka Anda akan menemukan keindahan tersembunyi.

Sumber gambar:
1. Buku Pesan Sang Mentari
2. Koleksi pribadi




































3 komentar:

  1. Masih belum bisa menikmati buku puisi. Padahal seharusnya mudah membacanya. Mungkin memahami dan meresapi rasa dalam puisinya yang butuh kepekaan. Itu kali bagian yang sulitnya. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul!
      MEnikmati kata2 mungkin bisa, tapi memahami maknanya agak sulit.

      Hapus
  2. http://hotbetqq.com/ Merupakan Situs Sbobet Bola Online Terpercaya, Agen Judi Taruhan Bola Terpercaya Di Indonesia dan Permainan Live Casino Online Terbaik Dengan Memberikan Segala Fasilitas Bonus Menarik Kepada Semua Pemain Dengan Pelayanan Yang Cepat Dan Ramah

    http://agenorientalcasino.rocks/ Merupakan Agen Oriental Casino, Agen Live Casino Terbaik dan Terpercaya Se Indonesia dengan menggunakan Server Oriental Game

    BalasHapus