Jumat, 18 Oktober 2013

Empat Buku yang dibaca Selama Liburan

Seperti biasa, saat libur panjang pasti urusan buku menjadi agenda utama.
Begitu juga libur Idul Adha kali ini. Selain rencana ke Solo selama 2 hari, libur juga dicanangkan untuk menghabiskan eh mengurangi timbunan buku. Buku-buku berikut dibaca selama perjalanan ke dan dari Solo.

Untuk kali ini, sebuah buku hanya akan diberikan datanya lalu inti review dari buku tersebut. Mungkin beberapa kalimat berkesan sadis, tapi begitulah anggapan saya apa adanya.

Planetes, Memburu Tongkat Silex Luminar
Pengarang : Ziggy Zezsya Zeovienna Sabrizkie
Editor : Aya Sophia
Tata Sampul: Febri
Tata Isi: Atika
ISBN: 978-602-7933-42-2
Halaman: 199
Penerbit: Laksana Fiksi

Ceritanya dunia dulu bukan berbentuk seperti sekarang, terbagi dalam tiga bagian. Mereka yang hidup di tengah harus hati-hati agar tidak jatuh ke bawah. Hal ini mengingatkan pada film kocak tentang pencarian ujung dunia.

Demi sebuah tujuan mulia maka dunia dibuat menjadi bulat seperti sekarang. Caranya cukup simpel hanya dengan menancapkan sesuatu.

Beberapa bagian dalam kisah ini logikanya  kurang bisa saya terima. Banyak "bolong-bolong" yang seharusnya tidak terjadi. Konon hal ini dikarenakan keterbatasan halaman sehingga kisah harus diedit. Tapi walau diedit kan bisa diseleraskan lagi sehingga tidak berkesan aneh.

Pembaca tidak bisa diberikan alasan!
Pembaca harus dimanjakan dengan karya yang menawan TITIK. Jika ada keterbatasan halaman, maka penulis yang harus melakukan penyesuaian dengan kisah, bukan pembaca yang harus berkompromi dengan kisah yang kurang pas. Tugas editor membantu penulis, jika pembaca masih menemukan banyak hal yang membuat kenikmatan membaca terganggu, maka perlu dipertanyakan bagaimana mereka mengarahkan penulis.

Kekurangan utama buku ini adalah riset. Penulis mungkin membuat kisah ini saat Pluto belum dieliminasi sebagai planet. Jika saat buku ini siap cetak, seharusnya penulis melakukan revisi guna menyelaraskan kondisi bukan mendiamkan saja dan mohon pemakluman pembaca.

Saya berprinsip bahwa sekali membaca, maka harus dibaca sampai tuntas walau butuh waktu lama. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya saya saat menuntaskan buku ini.

Prahara Istana Naga Biru
The Last Princess Legend
 
Penulis: Giant Sugianto
ISBN: 602-7617-76-4
Halaman: 120
Penerbit: Kunci Aksara

Ilustrasinya lebih menarik perhatian saya dari pada kisahnya. Setidaknya kover depan buku ini yang membuat saya tergoda untuk membacanya. Ternyata sang penulis telah memenangkan beberapa penghargaan dalam urusan ilustrasi.

Kisahnya STD tentang seorang gadis eh ternyata ada empat gadis yang merupakan sosok pilihan dengan tugas menyelamatkan sebuah negara yang sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh mereka.

Beberapa bagian terasa dipaksanakan. Misalnya nama tokoh
pada awal kisah adalah Alia sebelum belakangan kita dikenalkan dengan yang lain. Lalu nama persekutuan mereka yang konon merupakan kumpulan dari huruf pertama nama mereka juga ALIA. Sungguh kebetulan yang dipaksakan, sangat tidak kreatif! Belum lagi penggunaan kata princess alih-alih putri. Kenapa harus jadi Alia Princess saat ingin menyebutkan keempat anak tersebut? 

Buku ini juga tidak menyediakan sinopsis di bagian belakang serta data buku di bagian depan. Yang ada hanya daftar isi buku ini. Lalu bagaimana seseorang bisa tahu isi buku ini tentang apa? Alih-alih sinopsis, yang ada hanya endors dari seorang penulis  Diara Pocong Gokil. Andai  sudah membeli jadi bingung siapa nama pengarang, halaman, editor dan lainnya.

Seseorang pasti ingin maju dengan mencoba berbagai hal baru. Namun saat sudah mengetahui dimana potensi dirinya, lebih baik ia tetap berada di jalur itu dan terus mengembangkan potensi. Penulis sudah terbukti piawai membuat ilustrasi, saran saya lebih baik ia tetap menjadi seorang ilustrator.

Sapta Siaga: Dewi Emas
 
Penulis: Evelyne Lallemand 
Ilustrasi: Denise Chabot
Alih Bahasa: A. Rahartati & Bambang Haryo
ISBN: 979-403-184-4
Halaman: 168
Penerbit: Gramedia

Saya ingin jadi anggota Sapta Siaga!
Keinginan sederhana saya saat kecil. Menjelajah gua rahasia, menghadiri rapat rahasia dengan menyebutkan kata sandi dan menggunakan lencana. Menikmati minum limun dan makan kue jahe. Di sekolah saya pernah ada seorang penjaja minuman yang memasang tulisan Limun Bang XX saya langsung menjadi pelanggan setianya. Minum limun sambil membayangkan menjadi salah satu anggota SS

Saat ulang tahun, hadiah paling berharga saya adalah kemah. Kisah ini juga yang membuat saya tertarik untuk mengikuti salah satu ekstra kurikuler sekolah, karena ada kegiatan kempingnya.

Sayangnya buku ini menghancurkan memori indah saya. Buku ini memang dibuat oleh penulis lain dengan mengambil tokoh SS, sayangnya tokoh yang ada sungguh merusak ingatan saya tentang mereka. Tokoh Janet misalnya, dalam SS besutan Enid Blyton digambarkan sebagai sosok yang peyayang, pemberani, pandai dan sabar. Sementara dalam buku ini digambarkan penakut dan kurang pandai.

Belum lagi ungkapan saat kesal atau marah. Para anggota SS seakan bersikap kasar dan bisa mengupat seenaknya walau hanya menggunakan kata brengsek.

Untuk dikoleksi buku ini layak. Untuk dinikmati, saya lebih menyukai buku karangan penulis aslinya.

 Abarat
 
Penulis: Clive Barker
Alih Bahasa: Tanti Lesmana
ISBN: 9792203400
Halaman: 440
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Ada yang masih ingat harga asli buku ini saat pertama kali terbit tahun 2007? Yups! Sembilan puluh sembilan ribu rupiah! Saat itu harga buku ini bisa sangat mengurus kantong saya. Terpaksa menahan diri untuk membeli. Makin tersiksa saat buku keduanya muncul. Akhirnya setelah ada diskon besar-besaran buku ini bisa juga terbeli. 

Setelah selesai membaca, saya merasa menyesal. 
Kenapa tidak dari dulu buku ini saya beli. Kisah dan ilustrasinya sungguh menawan.Ilustrasi tidak hanya mempercantik halaman namun juga membantu membangun imajinasi. 

Beberapa hal mungkin terasa aneh, namun dengan adanya penjelasan masuk akal, maka kisah fantasi dalam buku ini menjadi kian menawan. Sang terpilih tidak hanya menjadi sang terpilih saja, yang memainkan peranat jahat cuman tak sekedar menjadi penjahat saja. Banyak hal yang menawan dalam buku ini.

Makin terpesona saat menemukan peta. Peta yang ada membuat kisah dalam buku ini kian menawan. Jika belakangan banyak buku yang juga memberikan peta lokasi, tetap buku ini istimewa karena memberikan peta dalam warna yang menarik. Imajinasi saya kian berkembang dengan membaca peta ini.

Tak perlu komentar banyak. Buku yang SPEKTAKULER
Terobati rasanya kekecewaan setelah membaca buku-buku yang lain.









3 komentar:

  1. Abarat adalah salah satu seri favorit saya! Kapan ya terjemahan buku ketiganya keluar?

    BalasHapus
  2. Penulis sudah terbukti piawai membuat ilustrasi, saran saya lebih baik ia tetap menjadi seorang ilustrasi. <-- seorang ilustrator mbak hihihi (Dion)

    BalasHapus
  3. ha ha ha iya gitu deh maksudnya. Keburu emosi jiwaaaa

    BalasHapus