Minggu, 06 Oktober 2013

Jelajah Neraka ala Dan Brown



Penulis: Dan Brown
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno &
                    Berliani Mantili  Nugrahani
Pemeriksa Aksara: Eti Rohaeti & Oclivia Dwiyanti P
ISBN: 978-602-7888-54-8
Halaman: 644
Penerbit: Bentang Pustaka
Harga: Rp 149.000


 Saya benci mereview buku ini!

Sungguh susah membuat review buku ini tanpa spoiler. Banyak hal yang menurut saya patut disampaikan.Jika tidak disampaikan bisa membuat pembaca kurang memahami dimana seru dan menawannya buku ini. Tapi jika disampaikan bisa mengurangi kenikmatan membaca karena bisa dianggap spoiler.

Saya coba buat sebijak mungkin *halah* jika ada spoiler mohon maaf, jika dianggap kurang bisa mencerminkan isi buku juga maaf. Tidak ada pesan sponsor saya harus memberikan pujian tapi memang bagus sih.

------------------

Terbangun dengan rasa sakit kepala yang sangat  tanpa ingat apa-apa membuat Robert Langdon dengan kehilangan orientasi. Ternyata ia mengalami syok. Dalam   http://kamuskesehatan.com/arti/syok/ “Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah  yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini juga mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.” Menurut dokter yang merawatnya hal ini bisa diakibat terkena luka tembak yang dideritanya.

Bukan itu saja,  yang mengejutkannya ia berada di Italia. Saat terakhir yang dia ingat adalah sedang berjalan pulang dari Harvard. Sepanjang tak sadar diri, ia selalu menyebut very sorry berkali-kali. Belum memahami apa yang terjadi pada dirinya, serangkaian kejadian khas petuangan ala Dan Brown sudah terjadi.

Dari melihat dokter yang merawatnya tertembak, diselamatkan dokter yang lain, halusinasi sosok wanita berambut perak  menggunakan jimat dan terus menerus memintanya untuk mencari dan menemukan,  hingga peristiwa yang mengisyarakat seakan pemerintah AS baru saja mengirim orang untuk membunuhnya! Bahaya sepertinya cocok menjadi nama tengahnya.

 Ternyata tanpa ia sadari, ia membawa sebuah wadah titanium berlapis-timah yang hanya bisa dibuka dengan sidik jarinya berisi poiter Faraday (kenapa di sinopsis disebut stempel yah). Saat pointer itu di arahkan ke dinding maka  terlihatlah gambar 10 tingkatan neraka dari Inferno karangan Dante. Namun saat diperhatikan dengan seksama, ada yang sudah memodifikasinya dan menyampaikan pesan terselubung di dalamnya


Kebenaran hanya bisa dilihat dari mata kematian

Langdon harus berpacu dengan waktu!
Penemu eksentrik yang sangat terinspirasi oleh The Divine Comedy menganggap dunia akan terselamatkan jika jumlah penduduk berkurang dratis, seperti saat wabah yang dahulu melanda Eropa. Jika ciptaannya, yang ternyata adalah sebuah virus  tersebut tidak ditemukan pada waktunya, maka seluruh dunia akan terjangkit. Tidak ada  perubahan fisik yang terlihat seperti rasa panas, kulit berwarna merah, ruam dan sejenisnya. Efeknya justru baru terlihat jika seseorang menjalani serangkaian test.

Mulailah Langdon memecahkan serangkaian teka-teki yang terkait dengan Inferno bagian dari The Devine Comedy dari pujangga Italia Dante  Alighieri (1308-1321). Dalam petualangannya kali ini, Langdon ditemani oleh seorang dokter cantik misterius bernama Sienna Brooks.

Bersama    Sienna   Brooks, Langdon   harus   berupaya   memecahkan misteri berdasarkan penggalan ingatannya yang datang-pergi serta pengetahuan mereka  akan The Divine Comedy dan sejarah. Mereka bahu membahu tidak hanya memecahkan misteri tapi dari bahaya yang mengancam jiwa mereka. Mereka berpergian dari Italia hingga  Venesia. Memecahkan misteri topeng kematian hingga doge. Situasi kian memanas saat mereka juga harus berhadapan dengan WHO dan sebuah organisasi misterius. 

Walau judulnya The Devine Comedy, isinya jelas jauh dari komedi. Terbagi dalam tiga bagian, Inferno-neraka terdiri dari 34 canto, Purgatorio-Penebusan terdiri dari 33 canto, dan Paradiso-Surga terdiri dari 33 canto  atau babTernyata kata Comedy  bukan dimaksudkan karena isinya lucu secara harafiah.  Untuk karya tulis yang dianggap bukan karya sastra serta ditujukan bagi kaum kebanyakan, maka karya tersebut harus diberi embel-embel kata Comedy. Jadi pemberian kata tersebut sekedar untuk menandakan saja

Bisa dipahami jika demikian. Uraian mengenai neraka sungguh tidak bisa dianggap lucu. Bahkan gereja mengalami peningkatan pengunjung yang signifikan setelah masyarakat membaca buku ini. Dikisahkan tentang perjalanan Dante melalui 10  tingkatan neraka ditemani oleh seorang  penyair Romawi  bernamaVirgil. Untuk membaca Inferno bisa mengintip http://www.gutenberg.org/ebooks/8789


Langdon tidak hanya berurusan dengan Inferto-neraka saja ternyata. Guna memecahkan misteri,  Kebenaran hanya bisa dilihat dari mata kematian mereka juga harus berurusan dengan Paradiso-surga. Bagian terakhir dari The Divine Comedy ini mengisahkan tentang perjalanan Dante melalui Surga, dipandu oleh Beatice, wanita yang walau dikenalnya sesaat namun sangat dipujanya. 

Untuk menikmati penggalan conto 25 yang membuat Landon terpaksa meminjam ipad seseorang *promosi terselubung-spoiler dikit* guna bisa memecahkan petunjuk selanjutnya bisa dilihat di http://classiclit.about.com/library/bl-etexts/dante/bl-dante-paradise-25.htm

Dibandingkan dengan buku Dan Brown yang lain, buku ini bagi saya  terasa lebih ringan dalam urusan memicu adrenalin. Kisahnya memang memiliki ciri yang sama, tentang pencarian panjang dan menegangkan sesuatu guna menyelamatkan umat manusia. Beda yang paling terasa adalah bobot paparan perihal sejarah lebih memiliki porsi yang banyak dari pada urusan berlarian memecahkan teka-teki. Bagi saya yang bukan penggemar sejarah, tentunya penambahan porsi hal tersebut akan terasa sekali.

Pada bab 84, kita akan menemukan lantunan syahdu azan Sholat Magrib di Istambul. Lalu pada bab 88 kita juga akan menemukan kejutan yang menunjukan kerukuman beragama ala Dan Brown. Landon sendiri digambarkan memberikan pengertian pada muridnya tentang tradisi Islam yang meyakini bahwa hanya Tuhan yang bisa menciptakan kehidupan, sehingga manusia tidak berhak membuat gambar  sesuatu yang hidup-tentang Tuhan, manusia  bahkan binatang (hal 548). Sang murid meringkas uraian rumit selanjutnya menjadi kalimat, Kristen menggemari wajah; Muslim menggemati kata (halaman 549). Di beberapa bab akhir terlihat Dan Brown memasukan perihal Islam dalam kisahnya.

Kali ini Dan Brown cukup berani membuat akhir yang berbeda dari kisah yang lain. Tidak semua hal bisa berakhir baik. Ada kisah yang berakhir dengan menggantung,  menyedihkan dengan meninggalnya tokoh utama bahkan ada yang diakhiri dengan kegagalan sang tokoh. Akhir kisah kali ini sangat berbeda dengan akhir kisah buku Dan Brown yang lain. Pembaca dibiarkan mengambil keputusan akhir mana yang paling sesuai dengan hati nuraninya. Sebuah lelucon kecil diakhir kisah membuktikan bahawa sosok Dan Brown melalui Langdon juga bisa melakukan hal-hal kocak. Di dalam kisah ini beberapa trik yang digunakannya guna lolos dari keadaan mendesak terasa konyol tapi bagian akhir malah membuat saya lebih menikmati kekonyolannya

Pembaca harus waspada. Apa yang tertulis, diuraikan secara gamblang belum tentu seperti itu pada akhirnya. Bisa saja itu hanya sebuah trik untuk menyesatkan pembaca, membuat kesan penasaran. Sang jagoan belum tentu jagoan sesungguhnya. Penjahat bisa saja jagoan yang berada di tempat yang salah serta mendapat sorotan dari sisi yang salah. Waspada! Ikuti saja kisahnya, nikmati dengan bersemangat jangan melakukan dugaan karena bisa mengecewakan.

Untuk urusan kover, pembaca bisa langsung menebak isi kisahnya pasti bersinggungan dengan tokoh yang ada di kover. Hanya karena tidak ada nama maka pembaca hanya bisa mengira siapakah tokoh tersebut. Gambar bangunan membuat makin penasaran kemana lagi kita akan diajak memecahkan misteri. Sebenarnya tanpa tulisan author of The Da Vinci Code, pasti banyak yang tertarik membeli buku ini. Apa lagi nama penulis Dan Brown dicetak lebih besar dari judulnya. Stiker hologram yang bertuliskan original (jika tidak salah) patut diacungi jempol. Ini guna mengurangi upaya duplikasi oleh pihak yang tak bertanggung jawab.

Warna hitam di jacket buku kian membuat kesan misterius namun elegan. Sayangnya saya kurang suka dengan foto Dan Brown yang ada di bagian belakang. Beliau terlihat seperti kakek tua yang dipaksa tersenyum untuk keperluan iklan bagi saya.

Saya sempat menemukan beberapa kata yang mengusik rasa ingin tahu sampai membuat note untuk mencari maknanya. Ternyata hal sepela, ketidaktahuan saya yang membuat kata tersebut menjadi sesuatu yang misterius.  Padahal petunjuknya sudah ada di sana. Misalnya kata Gogol, sureal dan gangren  Lumayan dapat hiburan dan ilmu sekaligus. Kata melempem yang jarang saya jumpai dalam novel justru ada dalam buku ini, jangan salahkan saya jika otomatis saya tertawa lepas membacanya. Unik.

Biasanya hal-hal sederhana yang menunjukan tokoh utama kita juga manusia sering kurang diungkap dalam sebuah kisah. Hal sepele namun membuat tokoh utama terasa lebih hidup seperti tokoh kita makan, tidur dan sebagainya. Dalam kisah Dan Brown, cukup disebut kalimat senja temaram, wajah kusut kurang tidur  dan selebihnya sudah membuat tokoh kita menjadi sosok manusiawi.

 Mr Bond waspadalah, Mr Langdon bisa jadi penggantimu 
Menjadi serial yang paling ditunggu seluruh dunia 
Jika dalam kisah Bond kita akan disuguhi aneka teknologi canggih dan wanita cantik, maka dalam Langdon kita disuguhi aneka sejarah dalam berbagai wujud, karya seni, tempat bersejarah hingga pelaku dan ditemani seorang akademisi cantik. Keduanya menawarkan kisah seru dengan caranya masing-masing.

Jadi kapan Mr Brown diundang ke tanah air???????

Sumber gambar
http://www.gutenberg.org/ebooks/8789
http://en.wikipedia.org/wiki/Dante_Alighieri
http://www.danbrown.com/inferno/












1 komentar:

  1. Bond jauh dari Langdon. Sienna bukan akademisi dia dokter, kalau tdk salah ingat Langdon tidak meniduri semua tokoh wanita di petualangannya. Hanya Vittoria, ya? ;)

    BalasHapus