Kamis, 07 Maret 2013

Mungkinkah Menghadirkan Home Library di dalam Rumah ?

Cintaku
Belahan Jiwaku

Bagaimana khabarmu hari ini?
Tak sabar menunggu pulangmu.
Sesuai kesepakatan, aku sedang berusaha menata gabungan koleksi buku  yang kita miliki.  Beberapa buku, sebenarnya cukup banyak juga judul buku yang sama-sama kita miliki. Namun dari penampilan fisiknya saja sudah bisa ditebak mana yang punyaku dan mana yang punyamu.

Salah satu keuntungan pekerja di pepustakaan cintaku, aku bisa menyusun buku-buku berdasarkan klasifikasi yang biasa dipakai di perpustakaan. Aku juga mulai menginput data buku-buku tersebut dalam database. Walau tidak seterampilan teman-teman pustakawan tapi lumayan untuk mengelola koleksi buku kita.

Cintaku,
Walau rumah (masa depan) kita terdiri dari sekian lantai, namun aku tergoda juga membaca buku yang direkomendasikan oleh Dion Yulianto. Kita memang sudah memiliki aneka disain rak buku unik berikut cara pembuatannya. Tapi aku tak yakin satu lantai yang kita sediakan untuk koleksi buku kita akan cukup seiring dengan berjalannya waktu. Itu sebabnya aku perlu mendapat tambahan info seandainya luas rumah kita sebatas, seluas apartemen misalnya. Apa lantas kita tidak bisa memiliki perpustakaan di rumah?


Judul: Menghadirkan Home Library di dalam Rumah
Penulis: Savvino Alfrido
Editor: Adrienne
Tata Sampul: Retno Wulan
Tata Isi: Violet Vitrya
Halaman : 106
Penerbit : Laksana
Harga: Rp 40.000


Buku ini mengulas mengenai beberapa manfaat yang bisa didapat dengan banyak membaca. Disebutkan bahwa dengan banyak membaca kita akan lebih mudah mengetahui informasi terkini sekaligus dapat memperbanyak dan memperluas pengetahuan. Tentunya perlu diingat terkini jika kita berusaha mencarinya jika tidak maka bisa saja yang kita baca merupakan informasi lawas.

Tapi info mengenai gunanya home library  istilah yang dipakai dalam buku ini untuk menyebut perpustakaan di rumah, kurang memenuhi rasa keingintahuanku? Apakah  hanya sebagai sarana menyimpan  buku di rumah? Karena bisa saja aku banyak membaca namun tidak banyak membeli buku, menjadi  anggota perpustakaan. Atau dari ajang tukar-baca sesama penggemar membaca. Sebagai sarana informasi terkini belum tentu juga, kecuali jika kita berlangganan akses informasi terkini.

Kalimat yang menyatakan ,"Hadirnya home library di dalam rumah mereka tentunya akan memaksa mereka supaya rajin membaca buku dan merasa ingin tahu dengan hadirnya berbagai buku di sana." Membuat kedua alisku bertemu. Situasi seperti itu harus ditelaah per kasus.

Jagoanku misalnya, atau adikku. Sejak kecil kami sudah dicekoki buku. Tapi tidak semua diantara kami yang gemar membaca. Koleksi bukuku tidak sedikit jumlahnya. Sejak jagoan berusia satu tahun sudah ku kenalkan buku. Wisata ke toko buku jangan ditanya, nyaris setiap minggu. Faktanya ia tidak suka membaca sama sekali. Alih-alih belanja atau mengintip buku, ia malah menyambangi rak aneka alat tulis jika sedang menjalani ritual ke toko buku. 

Atau tengok saja adikmu, dia memang rajin mengikuti berbagai acara buku bersama kita. Rajin pula membeli buku tapi yang dibaca baru beberapa. Ia lebih suka membeli buku untuk dikoleksi dan dibaca jika ada waktu, yang entah kapan tersedianya. Ternyata seseorang yang hidup diantara penggila buku tidak otomatis menjadikannya sebagai seorang penggila buku juga.

Dengan keterbatasan lahan  pastinya disiasati posisi serta letak  home library. Pemanfaatan sudut ruang memang sudah menjadi hal pertama yang dilakukan saat mempertimbangkan membuat home library. 

Seiring perkembangan jaman, seorang anak bisa membaca sambil mendengarkan lagu sementara di hadapannya ada tv yang menyala. Membaca tidak lagi harus dilakukan dalam suasana yang tenang dan sunyi. Masih ingatkah belahan jiwaku, di transjakarta yang sesak dan ramai pun kita sering melihat orang asyik membaca. Posisi membaca dan  suasana sudah bukan menjadi kendala lagi. Bak iklan minuman dalam botol, setiap penggila buku bisa membaca dimana saja, kapan saja dengan posisi apa saja.

Masih ingatkah belahan jiwaku, saat kita memindahkan rak buku ke kamar belakang? Aku tetap pada pendirianku,  tidak merekomen penggunaan perabotan yang siap jadi, terutama jika menggunakan bahan sisa yang dipres sedemikian rupa. Hanya dalam hitungan hari pasti papannya akan melengkung akibat beban buku yang tak kuat ditahan. Dirimu yang serba praktis awalnya menolak ideku untuk membuat rak unik dari kayu yang kuat. Belakangan malah cintaku yang lebih heboh mempersiapkan rak unik buatan sendiri untuk buku-buku kita

Aku sempat meringis membaca mengenai Card Catalog. Sepertinya hal ini sudah jarang dipakai. Apalagi di perpustakaan tempatku bekerja. Dengan membuka OPAC dan mengetik kata kunci kita bisa mengetahui judul dan nomer panggil buku serta lokasi dimana buku itu berada.

Cintaku, semula aku berharap buku ini memberikan pencerahan mengenai bagaimana penempatan home library yang baik terutama  bagaimana mengatasi keterbatasan lahan. 

Namun contoh yang ada dalam buku ini justru membuat saya minder, seperti itu disebut kurang lahan, lalu bagaimana dengan  luas rumah yang diperoleh melalui kredit bank atau apartemen. Contoh mensiasati keterbatasan lahan dibawah luas seratus meter persegi justru tidak ada dalam buku ini. Sementara, dengan tidak mengurangi rasa hormat, seputar  itulah luas rumah sahabat-sahabat kita penggila buku

Memang ada beberapa contoh seperti gambar berikut tapi tetap saja kurang memberikan gambaran mengatasi keterbatasan lahan. Tengok saja aneka perabotan serta rak buku yang menjadi contoh  dalam buku ini. Aduhhh harganya pasti membuat kartumu tertawa.

Aku sempat didera rasa minder cintaku, apakah rumah (masa depan) kita ini layak menyediakan home library? 

Walau bagaimana buku ini tentu berguna bagi orang yang tepat, sayangnya kita bukan orang yang tepat. Sepertinya kita harus kembali ke ide dasar perpustakaan pribadi kita cintaku. Nyaman menurut standar kita, serta ditata dengan selera kita.

Cintaku
Belahan jiwaku
Kutuntaskan dahulu menyusun koleksi kita, tapi aku sangat yakin hari ini pun belum bisa selesai. Lihat saja kiriman buku yang kau beli melalui online baru berdatangan. Artinya aku harus segera membuka dus, memilah isinya serta mengerjakan hal-hal lainnya sebelum menentukan secara fisik harus berada di rak yang mana. Kemarin aku sudah mengirim beberapa dus buku ke patner in crime-mu, Sutaryono agar bisa segera diinput dalam database kita. Oh ya dia hanya mengucapkan sepenggal kalimat yang langsung membuatku mengangguk cepat. "Mohon sampaikan agar berhenti dulu membeli buku, rumah saya sudah seperti gudang buku akibat banyaknya kiriman buku yang harus segera saya input."

Sungguh cintaku
Mohon berhentilah membeli buku dulu, jika terus saja buku-buku barumu berdatangan hingga akhir tahun koleksi buku kita tidak akan selesai ditata. Rak buku yang menempel di dinding sebelah kanan sudah nyaris penuh. Sementara masih ada sekian box plastik dari kostmu yang belum tersentuh.

Love U

TR

*Ada suara bel berbunyi, aku merapal doa semoga kali ini bukan kiriman buku*


Sumber gambar:
http://homedecorreport.com/modern-home-library-design-ideas-4363/modern-home-library-design-ideas-picture/

http://homedecorreport.com/home-library-shelving-ideas-for-unique-home-designs-5547/





3 komentar:

  1. saat buku-buku sudah terlalu banyak, bisa dibuat perpustakaan gratis tapi harus baca di tempat

    BalasHapus
  2. membaca adalah kunci dari segalanya. memang kemampuan manusia itu berbeda-beda, namun bohong kalau kita tidak membutuhkan membaca sama sekali. banyak ilmu yang kita peroleh apabila kita membaca buku. dan pasti banyak pengetahuan baru setelah kita membaca nanti

    nice share yah, aku juga punya info lainnya loh, untuk yang sedang mencaru rumah bisa disimak nih

    webseit properti di indonesia
    rumah dan properti
    beli rumah di semarang
    cari perumahan baru

    thanks :)

    BalasHapus