Rabu, 27 Maret 2013

Misteri Apartemen 666





Judul: Apartemen 666
Pengarang: Sybill Affiat
Penerbit: Stiletto Book
Cetakan: I, Januari 2013
Tebal: 202 halaman

Aku berada di ambang antara ...
Waktu yang berjalan dan yang tidak berjalan.
Aku telah mati. 
Namun tak mati

Kover buku tipe begini tidak akan saya lirik jika sedang melancong ke toko buku. Tulisan judul  serta gambar jelas mencerminkan isi buku berkisar tentang kisah apa. Mengingatkan saya pada kover buku tentang Om Pocong dan Tante Kunti,  bacaan yang belum bisa saya nikmati. Karena instruksi DION YULIANTO maka saya baca buku ini *mulai asah garpu dan menyiapkan pecut api*

Tapi gambar sepatu hak tinggi eh stiletto sebenarnya di pojok kanan atas mencuri perhatian saya, kontras dengan kesan buram yang disajikan.  Menandakan ada unsur perempuan atau bahkan tokoh utamanya perempuan dalam kisah ini. Seandainya warna sepatu itu lebih terang seperti merah menyala atau kuning tentunya lebih menarik perhatian. Ternyata itu simbol  penerbit khusus bagi perempuan.

Pemilihan judul memang mengundang rasa ingin tahu. Dalam http://www.akhirzaman.info/counter-culture/simbol/1951-misteri-angka-setan-q666q.html disebutkan antara lain, angka 666 dalam bhs Latin bisa diartikan sebagai DIC LVX = "dicit lux" - suara cahaya. Maklum setan dalam bhs Latin sering diberi nama sebagai Lucifer (Lux Ferre) atau sipembawa cahaya. Dalam istilah astrologi disebut juga sebagai Bintang Fajar atau Venus atau planet ke-enam terbesar dalam tata surya kita.
Dalam kisah ini angka tersebut mengacu pada saat pembangunan lokasi kejadian dimana sebagian besar cerita ini  berlangsung, tahun 1666. Hubungan antara tahun kejadian serta asal mula lokasi ternyata sangat erat dengan angka tersebut. Dulu tempat itu adalah tempta angker, cocok dengan makna 666.

Konyolnya saya, pada awalnya mengira sang penulis adalah laki-laki. Maaf yah Mbak he he he. Setelah membaca ini penerbit khusus perempuan baru saya menyadari kesalahan saya. Sebagai sesama perempuan ijinkan saya “membantai” buku ini.
 
Penulis menuangkan kisah tentang kehidupan seorang anak manusia bernama Samara. Betul khan tokohnya perempuan.  Ia harus menanggung derita akibat sakit hati leluhurnya yang menderita dikarenakan perbuatan bejat orang lain. Sang leluhur yang begitu sakit hati berniat untuk memperbanyak keturunan guna membalas sakit hati bagi keturunan mereka yang menyakitinya dahulu.Sungguh kondisi yang mengenaskan, bukan mau  mereka dilahirkan dari garis keturunan seperti itu. Jika bisa memilih mereka pasti ingin dlahirkan sebagai keturunan penguasa kaya raya yang dicintai rakyatnya. Kisah klise Om Pocong dan Tante Kunti nih ^_^

Awalnya hidupan Samara dan Bisma, suaminya biasa-biasa saja. Sebagai anak perempuan tunggal sudah kewajibannya menjaga dan merawat ibunya yang menderita sakit hingga meninggal. Cuti tanpa bayarannya selama dua bulan ternyata membuat ia  di PHK dari kantor.  

Berbagai kesialan menimpa  Samara dan suaminya. Kontrak kerja baru yang mendadak batal, order fotografi sang suami yang mendadak raib, tabungan yang kian menipis hingga kontrak rumah yang habis. Sebuah lowongan yang nyaris terlupakan dari mantan atasan  Samara menjadi harapan terakhirnya. 

Sepertinya saat itulah berbagai urusan mistis mulai terjadi. Hal ini sempat membuat saya bingung. Rentang waktunya nyaris tujuh bulan sejak ditawarkan. Kondisi normal tentunya posisi tersebut bisa saja diisi oleh pelamar yang lain. Karyawan yang lain bisa saja curiga jika selama itu tidak ada calon yang kompeten. Sepertinya harus sabar dulu.

Kondisi perusahaan yang digambarkan stabil selama nyaris satu abad sungguh mengherankan saya. Padahal dunia pereknomian mengalami berbagai situasi yang tak menentu. Gambaran yang terlalu berlebihan bagi sebuah perusahaan.

Di perusahaan baru tersebut Samara mendapat berbagai macam fasilitas yang semula mengusik hati suaminya. Bisma berpendapat bahwa segala sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma dalam arti tidak harus membayar sejumlah uang, pasti akan ada timbal balik dalam bentuk lain. Prinsip hebat ini bergeser kelak. Ternyata sosok Bisma tidak setegar yang digambarkan penulis. 

Salah satu hal yang mengusik Bisma adalah fasilitas Apartemen 666 yang mewah.  Mereka berdua hanya perlu membawa pakaian saja karena semua kebutuhan dari peralatan rumah tangga hingga perlengkapan mandi sudah tersedia di sana. Saya sedikit bingung saat mendapati  istilah “mengulurkan lengan” pada halaman 58, mungkin karena persepsi saya dan penulis yang berbeda.

Ternyata apa yang dikhawatirkan Bisma menjadi kenyataan. Samara melakukan hal-hal terlarang demi memuaskan keinginan atasan barunya. Hanya aneh, pada halaman 71 tergambar betapa Samara begitu terpukul akan perbuatannya, kontras dengan yang diuraikan pada halaman 72. Pada halaman itu tergambar betapa masa bodohnya Samara dengan perbuatannya. Ia bahkan merasa bangga dengan kesuksesannya yang diperoleh dengan cara bejat!

Jangan pernah melihat segala sesuatu dari luarnya saja.
Segala sesuatu tidak selalu seperti yang terlihat.

Harusnya Samara ingat akan petuah sang ibu.Tidak yang terlihat mewah di luar juga indah di dalam. Harusnya Bisma tetap berpegah teguh pada prinsipnya.  Tidak ada yang gratis di muka bumi ini. Harusnya pemuda-permuda brandal itu tidak memperkosa gadis lugu itu. Harusnya tidak ada cinta terlarang antara gadis pribumi dengan prajurit Belanda. Harusnya….

Tapi buat apa menyesali perjalanan hidup. Samara harus bangkit! Ia harus menentukan pilihan, bukan hal yang mudah. Kisah perjalanan Samara dan Bisma ditutup dengan adegan yang ngak banget mengambil istilah ABG. Akhir kisah yang sengaja dibuat demikian seakan menunggu tanggapan pasar. Jika bagus, mari dilanjutkan buku kedua, ketiga dan seterusnya. Jika tidak, biarkan pembaca berimajinasi sendiri. 

Harus diakui akhir yang begini lebih menarik dari akhir kisah Tante Kunti dan Om Pocong yang sering saya temukan, semua kembali berjalan normal. Sungguh standar.

Secara keseluruhan, kisah dalam buku ini mengandung pesan moral yang lumayan banyak. Hanya saya bingung, dimana unsur horornya yah? Mungkin kadar kengerian saya terlalu tinggi hingga tidak merasa ngeri dengan aneka adengan mistis yang terkandung dalam buku ini.

Banyak hal yang sempat membuat saya nyaris menghentikan membaca buku ini, lebih pada pertanyaan yang mengusik seperti pertanyaan saya di atas. Baru pada  halaman 93, saat Samara bertemu dengan mantan atasannya, Ridwan banyak pertanyaan saya terjawab.  Bagi pembaca diharap bersabar yah, titik terang selalu muncul belakangan.

Urusan sinopsis tidak jadi masalah. Sudah menggugah rasa ingin tahu pembaca. Minimal saya yang semula ragu melihat kover, bisa tergoda untuk merobek plastik pembungkus dan mulai membaca.
  
Pada http://id.wikipedia.org, disebutkan bahwa apartemen, flat atau rumah pangsa merupakan sebuah model tempat tinggal yang hanya mengambil sebagian kecil ruang dari suatu bangunan. Suatu gedung apartemen dapat memiliki puluhan bahkan ratusan unit apartemen. Istilah apartemen digunakan secara luas di Amerika Utara, sementara istilah flat digunakan di Britania Raya dan negara-negara persemakmuran.
  
Salah satu buku tentang ilmu tata ruang ala China yang saya baca menyebutkan bahwa sangat dilarang meletakan kaca, meja rias berkaca  berhadapan langsung dengan tempat tidur hingga bsia terpantul diri kita yang sedang tidur. Tidak diperkenankan juga di sebelah tempat tidur. Salah satu teman saya yang cukup paham hal ini menyatakan bahwa jika itu terjadi, tanpa sengaja aura kita akan tersedot ke dalam kaca lalu terpantul kembali, hingga bisa saja aura negatif orang yang ada di sekitar kita ikut tersedot lalu terpantul mengenai kita. Kurang lebih semacam itu. Kondisi ruangan yang digambarkan banyak terdapat cermin langsung membuat saya ingat pada hal tersebut. 

Sekedar usul, kenapa tidak kembali ke kampus?  Rangkul perpustakaan almamater Anda, adakan kegiatan bedah buku, sumbang 1-2 buku untuk koleksi perpustakaan, bagi tips menulis kisah.  Undang sahabat-sahabat  Anda jadikan juga sebagai ajang reuni mengenang masa lalu saat masa depan masih merupakan bayangan. Dari penerbit selain promosi buku Anda juga bisa sebagai ajang promosi dan penjualan buku-buku terbitan mereka.


*Simpan  garpu  yang selesai diasah dan matikan bara pecut api*

Mari giatkan penerbitan khusus  dunia perempuan!


5 komentar:

  1. Nice review mba Truly.
    Eh, btw aku ketakutan lho bacanya *emang penakut siiih*

    BalasHapus
  2. Waaa, detail banget Mbak! Sampe nemu filosofi 666, kereenn...

    BalasHapus
  3. Jangan-jangan DJL itu kepanjangannya....

    BalasHapus
  4. cermin berhadapan langsung dengan tempat tidur memang ide yang buruk sehingga kita sering bermimpi buruk

    sriwijaya air sriwijaya air
    sriwijaya air sriwijaya air
    sriwijaya air sriwijaya air
    sriwijaya air sriwijaya air

    BalasHapus