Minggu, 07 Oktober 2012

Hiking Girl, Kisah Tapak Tilas Dua Gadis Korea


Penulis: Kim Hye Jung
Penerjemah: Dwita Rizky
Penyunting: Dian Pranasari
ISBN: 978-979-024-392-7
Halaman: 276
Penerbit: Atria
Harga: Rp39.000,00

Ini bukan kisah perjalanan biasa
Tak ada panduan untuk menuju kesuatu lokasi pariwisata
Tak ada petunjuk bagaimana harus menikmati perjalanan
Tujuannya hanya satu, menuju akhir perjalanan
Menapaki    Silk Road yang berat
Mengubah kepribadian menjadi lebih baik

Dua gadis berbeda latar belakang, Lee Eun Sung dan Bo Ra berjalan sejauh  1.200 km dibawah pengawasan  Mi Joo  selama Bulan Juli –Agustus,   demi menghindari penjara anak-anak di Korea. Bukan perjalanan yang mudah memang, namun  sepertinya bagi mereka berdua lebih menyenangkan mencoba tapak tilas jalur SilkRoad yang keras dari pada masuk penjara anak-anak.

Lee Eun Sung terlahir akibat hubungan terlarang sang ibu. Sepanjang usianya ia selalu mendapat hinaan dan celaan karena tak punya ayah. Hubungannya dengan sang ibu juga kurang harmonis, untungnya ia cukup dengan dengan sang nenek. Eun Sung hidup sebagai anak yang keras dengan sifat pemberontak. Suatu saat akibat diejek, ia tak bisa menahan diri untuk menghadiahkan tinju mautnya pada seorang anak yang ternyata memiliki orang tua  berpengaruh. Sang anak butuh waktu lama untuk sembuh, keluarganya tak terima. Ia harus memilih masuk penjara anak-anak atau mengikuti program baru pemerintah untuk tapak tilas Silk Road.

Bo Ra hanya lebih  muda setahun dari pada Eun Sung, tapi hidupnya tak bisa dibilang lebih menyenangkan.  Ia sangat menyukai komik, namun sang ibu malah menyobek habis koleksi komiknya. Teman-temannya di sekolah menyuruhnya membeli makanan di kantin walau ia tak punya uang,  menyobek-nyobek buku  PR-nya, menyuruhnya menari striptease. Bo Ra melakukannya agar teman-temannya tidak beranggapan ia  meremehkan mereka, hal itu justru malah  membuat ia kian diusik. Bo Ra merasa resah,  dadanya serasa ingin meledak. Semuanya baru reda saat ia mencuri. Selesai mencuri ia kembali tenang.  Awalnya dia mencuri karena dikucilkan selanjutnya dia dikucilkan karena mencuri.


Berjalanan  mereka memang tidaklah mudah. Dengan dua gadis yang memiliki kepribadian unik, sang pengantar Kak Mi Joo juga bukan sosok yang ramah. Tempaan kehidupan membuatnya menjadi sosok yang tegas dan keras tapi  penuh perhatian. Misinya sangat jelas mengantarkan kedua anak tersebut selesai melakukan tapak tilas bagaimanapun caranya.

Semula saya sedikit bingung, apa manfaat yang diharapkan bagi kedua anak itu dengan memberikan hukuman melakukan tapak tilas?  Belakangan terungkap tujuan utama perjalanan itu. Baik Eun Sung dan Bo Ra diharapkan bisa bersosialisasi dengan sesama selama perjalanan, minimal mereka berdua bisa mampu menyesuaikan diri dengan Kak Mi Joo. Mereka berdua diharapkan mampu menekan ego dan segala sifat buruk dan terus menggali potensi yang ada. Tentunya dari sisi fisik mereka akan kian sehat. Siapa yang tak akan sehat jika  selama 70 hari berjalan.

Pengaruh penjara kadang justru membuat seseorang bisa menjadi lebih kejam karena kerasnya pergaulan di dalam penjara. Dengan melakukan perjalanan diharapkan sesorang bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik tanpa campur tangan pihak lain. Kalau pun ada minimal hanya dari teman seperjalanan bukan lingkungan kejam ala penjara. Bagi kedua gadis, seberat apapun jalan yang bakalan mereka tempuh tak seberat kondisi jika mereka harus masuk ke penjara anak-anak.

Banyak hal menarik yang  mereka temui selama perjalanan. Dari sekedar mengetahui aneka macam makanan dan minuman khas, berbagai adat istiadat hingga berbagai macam kepribadian orang. Tak kalah menarik adalah pertemuan dengan keturunan Korea di luar negeri. Ikatan kebangsaan biar bagaimana juga cukup kental. Belum lagi kisah seru saat melarikan diri dari program hingga akhirnya ditemukan oleh pihak Korea.

Dengan gaya bahasa yang ringan buku ini sungguh menghibur. Hanya perlu diingatkan pembaca tak akan menemukan aneka gemerlap kehidupan remaja Korea ala  band-band remaja. Perjalanan tapak tilas yag mereka lakukan jauh dari kenyamanan.  Tak ada waktu untuk bersenang-senang. Setelah berjalan selama sepuluh hari akan ada satu hari untuk istirahat. Walau ada bus dan kendaraan umum, sesuai peraturan mereka harus tetap berjalan kaki. Konon buku ini terinspirasi kisah nyata, di Perancis  remaja salah jalan tidak dimasukan dalam penjara namun diikutsertakan dalam perjalanan jauh.

Akhirnya cukup mengejutkan. Kadang kita memang tidak mengetahui berartinya seseorang hingga ia menjauh dari kita. Kadang penyesalan yang muncul tak akan bisa mengubah keadaan. Untuk itu, hargai dan cintai apa yang ada sebelum menghilang dari kehidupan kita.

Sedikit ralat, dihalaman belakang tercetak “  Ada Eun Sung yang memukul teman sekelasnya, ada pula Bora yang gemar mencuri demi mengurangi rasa depresi akibat digencet di sekolah. “ Seharunya ditulis Bo Ra. Demikian juga yang ada di halaman 56 paragraf ketiga.


Jalur Sutra atau sī chóu zhī lù adalah sebuah jalur perdagangan melalui Asia Selatan menghubungkan Chang'an, Republik Rakyat Cina, dengan Antiokhia, Suriah. Pengaruhnya terbawa sampai ke Korea dan Jepang. Istilah 'jalur sutra' pertama kali digunakan oleh geografer Jerman Ferdinand von Richthofen pada abad ke-19 karena komoditas perdagangan dari Cina yang banyak berupa sutra.

Sekalipun baru dibuka resmi pada Abad-3SM, di masa Dinasti Han yang mulai mengirim utusan ke berbagai negara Asia Selatan dan Timur Tengah, namun Jalur Sutra sudah ada jauh sebelumnya. Jalur Sutra terdiri dari banyak jalur yang bercabang-cabang, dan digunakan untuk perdagangan berbagai komoditi selain sutra seperti gading, tanaman, emas. Secara garis besar terdapat tiga jalur, di utara, tengah serta selatan

Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara dan selatan begitu dia meluas dari pusat perdagangan Cina Utara dan Cina Selatan, rute utara melewati Bulgar-Kipchak ke Eropa Timur dan Semenanjung Crimea, dan dari sana menuju ke Laut Hitam, Laut Marmara, dan Balkan ke Venezia; rute selatan melewati Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia dan Anatolia, dan kemudian ke Antiokia di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui Levant ke Mesir dan Afrika Utara.

Gambar dari:
http://library.thinkquest.org/13406/sr/
http://tukangngarang.wordpress.com/2010/03/22/jalur-sutra-jalur-harta-karun/

6 komentar:

  1. wah sepertinya menarik bukunya :)

    BalasHapus
  2. Kemarin baru aja baca review buku ini di blognya Mbak Maria [Hobby Buku] sekarang ketemu lagi di sini, dan reviewnya sama-sama bikin pengen punya buku ini

    BalasHapus
  3. ijin menyimak ya, terima kasih, sukses terusss..

    BalasHapus
  4. Pengen ikutan baca buku ini jadinya~
    Seru deh gak tipikal blingbling dunia showbizz korea yg biasanya

    BalasHapus
  5. cerita korea sepertinya jarang ada jadi buku ini sangat menarik sekali apalagi dengan cerita utama napak tilas dua orang gadis.

    BalasHapus