Penulis: Khrisna Pabichara
Penyunting: Salahuddien Gz
Ilustrasi: Yudi Irawan
ISBN: 978-979-17998-6-7
Halaman: 180
Penerbit: Dolphin
Hari-berganti hari, malam pun menjelang mengisi relung-relung hati nan indah
Berat rasanya meninggalkan keindahan itu,
Kini Cinta ini teruji
Saat semua kita lalui bersama,
Kolaborasi dua insan yang sedang dilanda asmara dahana,
Dendang nyanyian surgapun tak mampu membendung
Saat keikhlasan dua hati berpadu
Kekasih hatiku, tak pernah lelahku menyayangmu
*Memo Cintaku pagi td*
Guru
kimia saya saat di bangku sekolah menengah atas menyatakan bahwa
segala hal dalam kehidupan ini merupakan sebuah rangkaian rekasi kima
dengan hubungan sebab-akibat sebagai penjelasannya. Segala hal merupakan
hubungan sebab-akibat dengan alas an yang bisa dijelaskan secara
berantai.
Ungkapan tersebut sungguh kontras dengan
pendapat seorang Khrisna Pabichara yang menyatakan bahwa “Cinta tak
mengenal kata tetapi.”Khirsna Pabichara menuangkan empat belas kisah
pendek untuk memperkuat ungkapannya. Baginya tak ada yang tak mungkin
jika berurusan dengan hati. Sebuah hal sederhana lewat ulasan tangannya
menjadi sesuatu yang tak biasa. Membuat kita merenung akan hakiki cinta
itu sendiri.
Gadis Pakarena adalah sebuah kisah
percintaan antara seorang anak pribumi dengan seorang gadis keturunan
Tionghoa. Kehadirannya sebagai perempuan keturunan pertama di sekolah
menengah kerawitan satu-satunya di belahan timur nusantara. Layaknya
kisah Romeo and Juliet keduanya menjalani kisah terlarang. Dia dipanggil
Gadis Makarena karena kepiawiannya dalam hal menari. Setiap tahun, di
Wuhan saat musim semi pada hari dan bulan yang sama mereka berjanji
untuk bertemu. Sayangnya itu hanya angan semu belaka.
Mereka
tidak bisa memadukan kasih justru karena faktor kondisi. Dari nama
tokoh perempuan dalam kisah ini, Kim Mei langsung mengingatkan saya pada
peristiwa kerusuhan Mei. Pemiilhan nama ini entah dimaksud untuk
mengingatkan kita agar lebih mawas diri atau agar pembaca teringat pada
kasus Me 2008 seperti saya.
Mengawini ibu mengisahkan
tentang rasa sakit hati seorang anak laki-laki, Rewa terhadah ayahnya.
Sepanjang hidupnya, ia sering melihat perlakuan kejam sang ayah kepada
ibundanya. Sementara sang ibu sama sekali tidak membalas bahkan
cenderung pasrah. Baginya, “ Mencintai itu pekerjaan abadi, Nak, tak
pernah selesai”
Ia membalas dendam dengan meniduri
setiap perempuan yang diinginkan ayahnya menjadi ibunya. Perempuan
pilihan sang ayah bukan sembarang perempuan, harus perempuan dengan nama
depan N. Jika anda memiliki nama depan N ada baiknya waspada.
Kisah
ini merupakan kisah favorit saya. Selain ide uniknya juga karena banyak
kata-kata bijak yang bisa ditemukan di sana. Kata bijak berupa petuah
dari sang ibu untuk anak laki-lakinya. Misalnya kalimat, " Bakti itu,
Nak, adalah saudara kandung kepatuhan." Lalu kalimat, "Jika ingin
menerima yang terbaik, Nak, berikan juga yang terbaik." Masih banyak
kata-kata lain yang sejenis.
Kisah dengan judul Selasar,
Lebang dan Hatinya serta Pembunuh Parakang, merupakan rangkaian
sebuah kisah. Pertama dikisahkan mengenai seorang pria yang ditinggal
kekasih hatinya satu bulan sebelum menikah, kisah Selasar. Kisah yang
dipandang dari sudut Tutu, pria yang merana kehilangan kekasihnya.
Kisah
Lebang dan Hatinya berkisah dari sisi Natisha Daeng Lebang. Mengapa ia
pergi meninggalkan Tutu satu bulan sebelum pernikahan dilangsungkan.
Apa alasannya serta bagaimana kondisinya saat ini. Adapun kisah
Pembunuh Parakang merupakan kisah dari sudut Rangka, sosok yang menjadi
dalang semua peristwa.
Secara
keseluruhan kisah yang ada beragam jenisnya. Setiap kisah menawarkan
saripati yang berbeda. Latar belakang juga berbeda. Kalau pun ada yang
sama dikarenakan adanya kesinambungan kisah seperti kisah Selasar,
Lebang dan Hatinya serta Pembunuh Parakang. Cinta yang diramu oleh
Daeng yang satu ini juga mengetengahkan cinta untuk keluarga. Sungguh
sebuah harmoni yang menawan.
Uniknya setiap kisah dimulai
di halaman kanan. Sisi kiri digunakan untuk mencantumkan sepenggal
kalimat yang mencerminkan isi kisah. Ilustrasi yang menawan di halaman
belakang memberikan nuansa mewah. Kesan kontemporer terasa kental.
Idenya juga unik membuat yang melihat bisa merasakan jiwa dari kisah tu.
jadi kepingin
BalasHapus"harus perempuan dengan nama depan N" :O apa tidak ada toleransi?
BalasHapus