Minggu, 22 April 2012

Kisah Panjang Meraih Mimpi


Judul Asli: A Single Shard
                 Sekeping Mimpi Bocah Yatim Piatu dari Desa Ch'ulp'o
Penulis: Linda Sue Park
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penyunting: Fenty Nadia
Penyelaras Aksara: Ida Wajdi
Pewajah Isi: Aniza Pujiati
ISBN: 978-979-024-491-7
Halaman: 191
Penerbit: Atria
Rp. 35.000,00

".... Jika kau bisa belajar membuat keramik, pasti bukan aku yang mengajarimu."

Seorang anak yatim piatu berusia 12  tahun, Tree-ear, sangat ingin menjadi perajin keramik. Ia sering mengintip para perajin bekerja. Salah satunya adalah Min. Ia sangat ingin belajar bagaimana caranya membuat sebuah mahakarya layaknya Min. Ia sering mengintip bagaimana sang maestro bekerja.

Suatu saat tanpa bisa ditahan, Tree-ear mendekati  area bengkel kerja Min. Ia bahkan  medekati rak-rak yang berisi hasil karya Min. Dan sebuah tindakan bodoh dilakukannya, ia menyentuh karya Min. Celakanya kedatangan sang maestro membuatnya kaget dan menjatuhkan salah satu karya yang sedang dipegangnya! Sebagai ganti rugi, Tree-ear harus bekerja selama sembilan hari sejak fajar hingga matahari tenggelam tanpa mengeluh dan membantah tugas yang diberikan.

Ternyata setelah sembilan hari usai, Tree-ear malah tak mau pergi. Ia ingin terus bekerja disana dengan harapan suatu saat bisa mendapat pelajaran bagaimana cara membuat keramik. Semua hal dikerjakannya, dari mengumpulkan tanah liat, menyediakan kayu bagi tungku pembakaran  hingga melakukan hal sepele bagi istri perajin.

Pada satu kesempatan ia bertanya apakah sang maestro suatu saat mau mengajarinya bagaimana membuat keramik. Dengan semua yang dikerjakannya, Tree-ear merasa bahwa impiannya untuk belajar membuat keramik bisa segera terwujud. Betapa terkejutnya Tree-ear mendengar tolakan Min.  "Usaha seorang perajin keramik diturunkan dari ayah kepada anak laki-lakinya. Putraku, Hyung-gu. Dia sudah tiada sekarang. Dialah yang akan kuajar. Kau....bukan putraku"

Selama ini Tree-ear tidak menyadari,  semua pekerja magang lain adalah anak-anak lelaki para pekerja keramik. Sementara ia bukan anak siapa-siapa, hanya anak yatim piatu. Untung saja sahabatnya bisa membuatnya kembali bersemangat. "Temanku, angin yang meniup satu pintu hingga tertutup sering kali membuka pintu lainnya."

Suatu saat, Tree-ear ditugaskan untuk mengirim dua buah hasil karya sang maestro ke  utusan kerajaan. Celakanya di jalan ia diserang oleh permapok yang mengira ia membawa beras. Vas yang dibawanya dilempar dari atas bukit oleh para perampok dengan dalih bersenang-senang. Terutama karena mereka agak kesal saat mengetahui barang bawaan Tree-ear bukanlah benda berharga, dan uang yang dibawa juga sangat sedikit.

Tree-ear merasa malu bukan main! Ia merasa gagal menjalankan tugas. Untungnya masih ada bagian vas selebar telapak tangan yang tersisa. Ukuran yang paling besar diantara serpihan yang lain.Ia bimbang, apakah harus kembali ke desa dengan membuat malu sang maestro dan menanggung malu bagi dirinya sendiri. Atau ia menghadap ke utusan  kerajaan dengan resiko dihukum karena lalai menjalankan tugas. Tree-ear bimbang dan ragu!

Jadi bagaimana nasibi Tree-ear selanjutnya?
Apakah utusan kerajaan mau mengampuninya?
Bagaimana sikap Min dan istrinya selanjutnya terhadap Tree-ear?
Baca dan temui jawabannya dalam buku ini  yaaa......
Cocok dibagi untuk menambah semangat menjalani hidup ini, apalagi kisahnya ala Korea lho.
Bukannya belakangan sedang topnya ^_^

Selain mengisahkan betapa beratnya perjuangan Tree-ear untuk bisa menjadi seorang pembuat tembikar, tambahan pengetahuan seputar tembikar, buku ini juga memberikan banyak asupan mengenai makna kehidupan melalui persahabatan Tree-ear dengan  Crane-man, seorang lelaki tua berkaki satu yang merawatnya  sejak kecil.  Bersama mereka berbagi makna kehidupan . Mulai dari mengurus tempat tingal di bawah jembatan hingga menjaga istri sang maestro yang mereka panggil Ajima, bibi.

Tree-ear banyak belajar da ri  Crane-man. Soal mencari makan contohnya. Mencari  sumber makanan dari di hutan dan tumpukan sampah, mengumpulkan pucuk-pucuk tanaman yang lalu di musim gugur, merupakan cara terhormat mendapatkan makanan. Memang hal tersebut membutuhkan waktu dan kerja keras. Tapi mencuri dan mengemis menurut Crane-man membuat seseorang lebih rendah dari pada anjing. Dan Tree ear tidak ingin seperti itu. Apalagi Crane-man sering menyebutkan bahawa pekerjaan memberikan harga diri sementara mencuri memusnakannya.

Sementara itu mengenai keramik, jelas sekali tanpa kita sadari pengetahuan dasar mengenai keramik bisa kita temui di sini. Kisah ini saja terjadinya di  Ch'ulp'o, sebuah desa kecil di Korea abad ke-12. Desa tersbut sangat penting bagi  produksi keramik. Terutama sekali karena tanah liat di desa itu mengandung kandungan besi yang tepat untuk memproduksi warna kelabu-kehijauan  seladon yang elok dan berharga tinggi.Selain itu, di pantai Laut Barat  Ch'ulp'o  merupakan rute perjalanan laut ke utara yang paling mudah maupun perniagaan aktif dengan Negeri Cina.

Bagaimana cara membuat keramik, tahapan yang harus dilalui,cara membuat aneka benda dari tanah liat bahkan bagaimana  memilih tanah liat yang baik untuk diolah juga diuraikan dalam buku ini.

Terus terang saya sedikit malu saat membaca buku ini. Jika ini untuk anak-anak di Korea, maka betapa kayanya pengetahuan anak-anak disana. Selain tambahan ilmu, mereka juga mendapat  tempaan semangat. Bagaimana cara hidup yang baik serta bagaimana menyikapi hidup bisa ditemui dalam buku ini.


Sumber  gambar: www.goodreads.com

4 komentar:

  1. Pengen beli buku ini aaahhh...
    Selain pelajaran hidup, pasti deh banyak quote bagus juga yang bisa kita kutip dari buku ini kan ya, Mbak?

    BalasHapus
  2. sepertinya buku ini bisa menjadi inspirasi bagi pembacanya....cari dulu bukunya di toko buku bekas...

    BalasHapus
  3. @Monic : Iya ngebayangin mereka bisa hormat sama seseorang dan mau bekerja keras
    @Alexander: Ada gratisan buku lain tuh di kuisss

    BalasHapus