Senin, 22 April 2024

2024#7: Kasih Tak Terlarai

Penulis: Suman H.s
Editor: Tim Editor Balai Pustaka
ISBN: 9786022601364
Halaman: 72
Cetakan: Keenam-2018
Penerbit: Balai Pustaka
Harga: Rp 250.000
Rating: 3/5

Bagaimana yang di hatimu, Taram, demikianlah di hatiku
-hal 13-

Taram adalah anak sulung dari tiga bersaudara dalam keluarganya. Kasih sayang kedua orang tuanya seakan tertumpah pada kedua adiknya. Entah kenapa tapi begitulah adanya. Bisa jadi karena Taram adalah anak sulung, atau karena dianggap sudah besar, tak ada yang tahu alasannya.

Bahkan, dalam sepanjang kehidupan Taram, hanya 2 kali mendapat pujian dari orang tuanya. Pertama, ketika sang ayah membawa sebuah kacamata. Taram yang memiliki hidung mancung, menjadi yang beruntung! Karena pada dirinyalah kacamata tersebut terlihat bagus.

Kali kedua, ketika Taram mengikuti suara bilal yang sedang mengumandangkan azan. Sang ayah mengagumi akan kemampuan Taman meniru bang bilal di mesjid. Bahkan kedua adiknya yang juga ikut mencoba menirukan bang bilal, hasilnya tidak sebagus Taram.

Selanjutnya pembaca akan diajak mengikuti bagaimana perjalanan kehidupan Taram hingga mencapai usia yang sudah patut untuk memiliki pasangan hidup. Ternyata hatinya sudah terpikat pada Sitti Nurhaida, anak Encik Abas-orang yang hartanya paling banyakdi kampung. Gayung pun bersambut, sang gadis juga memiliki perasaan sama.
Kedua pemuda itu telah sekata akan lari meninggalkan kampung halaman, pergi ke negeri asing. kawin. di rantau. Keras sungguh perjanjian itu. Dengarlah!
-hal 25-
Begitulah cinta.  Kisah cinta mereka ternyata tak seindah yang mereka harapkan. Jika ingin bersama, maka keduanya harus meninggalkan kampung halaman tercinta. Membaca bagaimana Taram dengan cerdik menipu orang-orang yang mengejar mereka berdua, sungguh menghibur.
https://www.goodreads.com/book/
show/36443717-kasih-tak-terlarai

Keduanya memang bisa dikatakan sukses di Singapura, namun kerinduan akan tanah kelahiran tetaplah muncul.  Utusan Encik Abas yang mencari keduanya berhasil merayu  Nurhaida untuk ikut pulang kampung. Tinggal mencari waktu yang tepat.

Kesempatan emas yang ditunggu tiba jua. Taram harus pergi ke Johor untuk beberapa waktu. Segera mereka bertolak ke kampung halaman. Selama 8 bulan di sana, lamaran untuk Nurhaida pun datang. Tak akan diterima tentunya. Hingga seorang musafir  Arab yang selama 2 bulan menjadi guru ngaji di sana mengajukan lamaran. Syekh Wahab namanya. 

Pembaca sudah bisa menebak akhir kisah yang berujung kebahagian.  Taram dan Nurhaida menemukan kebahagiannya. Encik Abas mendapat mantu idamannya. Tentang siapakah sosok misterius Syekh Wahab, bisa ditemukan jawabannya dalam kisah ini.

Jika ada beberapa hal yang dianggap tidak sesuai atau janggal, perlu diingat bahwa ketika kisah ini dibuat, hal tersebut merupakan hal yang berbeda dengan saat ini. Jadi dinikmati saja. 

Buku ini dipajang pada lobi Perpustakaan UI    depan thematic garden. Kover dengan dominan warna biru jelas membuat hati saya tergoda untuk  membawanya sebagai bahan bacaan akhir pekan. Jika melihat ketebalan buku (saat itu belum melihat isinya), mungkin tidak butuh waktu lama untuk menuntaskannya.

Sempat penasaran mencari informasi lebih lanjut tentang kisah ini pada buku Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern oleh Maman S. Mahayana,  Oyon Sofyan, dan Achmad Dian. Dan buku Ichtisar Roman Untuk Sekolah Menengah oleh Asis Safioedin, tidak ditemukan juga informasi yang dibutuhkan.  Bis juga karena mata minus saya yang terlewat membaca.
https://jv.wikipedia.org/wiki/Soeman_Hs
Sebelum menikmati kisah ini. pembaca akan disuguhi  Kata Pengantar dari Maman S. Mahayana, yang menyambut cetak ulang  buku ini dengan format baru. Menurut beliau, membaca karya sastra hakekatnya membaca keadaan masyarakat dan budaya yang terungkap  dalam karya itu.

Pada bagian Tentang Pengarang, disebutkan bahwa Suman Hasibuan  lahir di Bemgkalis pada tahun 1904, meninggal pada 8 Mei 1999 di Pekanbaru, Riau.  Beliau banyak terlibat dalam kegiatan kependidikan, sebagai guru, kepala sekolah, penilik, hingga Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Riau. Bahkan beliau juga ikut aktif  bergerilya hingga diangkat sebagai  Komandan Panggalan Gerilya do Rokan dan anggota Staf  Gubenur Militer Riau. 

Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahum 1930 oleh Balai Pustaka. Sedangkan yang saya baca merupakan cetakan keenam. Artinya sejak tahun 1930 hingga 2024, dalam kurun waktu 94 tahun telah ada 6 kali cetak ulang. Sebuah upaya konsisten untuk merawat karya sastra anak anak bangsa.

Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com/
https://jv.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar