Selasa, 12 September 2023

2023#25: Petualangan Giovanni dan Campanella di Kereta Bima Sakti

Judul asli: Semalam di Kereta Bima Sakti
Penulis: Miyazawa Kenji
Penerjemah: Armenia Bawon Kresnamurti
Penyunting: Reda Gaudiamo
Ilustrator: Pola
ISBN: 9781800750081
Hal: 116
Cetakan: Kedua-Desember 2023
Penerbit: Penerbit Mei
Harga: Rp 64.000
Rating: 3.75/5

"Kita sudah tak perlu bersedih tentang apa pun. Kita sedang dalam perjalanan ke tempat yang lebih indah dan akan segera berada di rumah Tuhan, tempat yang sangat terang, wanginya manis, tempat orang-oramgnya benar-benar agung. Lalu, semua orang yang naik sekoci sebagai ganti kita pasti akan terselamatkan dari bisa pulang kepada ibu dan ayah masing-masing yang sangat mengkhawatirkan mereka atau ke rumah mereka sendiri...."
-Semalam di Kereta Bima Sakti, hal 68-

Akhirnya bisa membaca buku ini! Sesuai janji pada diri sendiri, setelah tugas negara selesai pada bulan September-Oktober 2023, waktunya menambah timbunan sesuai dengan daftar buku incaran (yang terus bertambah sementara pendapatan stabil^_^). Buku ini pastinya ada dalam daftar sejak cetakan awal.

Giovanni  dan Campanella merupakan teman sekelas juga sahabat.  Mereka sering menghabiskan waktu bersama, misalnya dengan membuka buku milik  ayah Campanella sambil membahas tentang Bima Sakti. Ayah Campanella adalah seorang profesor sehingga banyak majalah dan buku di rumahnya. Ayah keduanya juga bersahabat sejak kecil.

Ayah Giovanni adalah pelaut. Ia berjanji akan membawakan mantel kulit berang-berang laut saat pulang melaut. Sayangnya, sang ayah tak jua kembali. Sekarang, ia sering menjadi bahan olok-olok anak lain karena ayahnya tak (belum?) kembali dengan mantel kulit berang-berang. 

Giovanni menjadi anak yang kesepian. Ia cenderung menjauh dari teman-temannya agar tidak menjadi sasaran celaan. Meski demikian, ia tak bisa membenci sahabatnya yang sering berada di antara mereka yang mengoloknya. Campanella memang tidak melontarkan kata-kata yang dapat menyinggung Giovanni, namun ia tersenyum mendengar celaan yang dilontarkan untuk Giovanni.  Giovanni menjadi mempertanyakan makna kebahagian.
https://www.goodreads.com/book/show/
62915247-night-on-the-galactic-railroad

Suatu keajaiban terjadi pada malam Festival Bima Sakti. Pilar stasiun cuaca yang berada di  atas bukit berubah menjadi Stasiun Galaksi Bima Sakti. Tanpa Giovanni sadari, ia sudah berada dalam sebuah gerbong kereta api kecil yang sedang melaju.

Ternyata, ada Campanella duduk di pojok dalam keadaan basah. Wajahnya agak pucat. Namun Giovanni enggan bertanya mengenai keadaannya, menimbang sikap Campanella yang seolah-olah enggan ditanyai dan ingin menyendiri.

Petualangan mereka dimulai. Banyak pemandangan menakjubkan mereka lihat selama perjalanan. Mereka juga bertemu dengan berbagai manusia. Ada Pemburu Burung yang tak sungkan membagikan hasil buruannya, Penjaga Mercuasuar yang membagikan apel berwarna emas dan merah, mahasiswa yang menjaga sepasang anak kecil, dan beberapa penumpang lain. 

Semula saya mengira buku ini berisi tentang perjalanan Giovanni dan Campanella, dengan kereta ajaib mengelilingi Galaksi Bima Sakti.  Bagaimana pemandangan yang mereka nikmati selama perjalanan, siapa saja yang mereka temui, serta kejadian menarik apa yang mereka  alami, bisa pembaca temui dalam buku ini. 

Ternyata isinya lebih dari sekedar perjalanan keduanya. Banyak pesan-pesan yang disampaikan secara samar untuk direnungkan oleh pembaca. Kesalahan saya adalah membaca buku ini dalam perjalanan pulang di kereta api. Dalam kondisi berdiri, bisingnya gurauan penumpang sekitar, membuat saya kurang konsentrasi membaca. Menyerah! Tutup buku, baca ulang nanti di rumah saja.
https://www.goodreads.com/book/show/
54286011-night-on-the-milky-way-trai
n

Baiklah, mari kita lanjut. Secara mudah, pembaca akan menemukan hal-hal yang menjadi bahan renungan Giovanni  dengan cara melihat kalimat yang dicetak miring dalam buku ini. Misalnya yang ada di halaman 79,"Mengapa aku sedih? Aku harus menjadi orang yang lebih tulus, yang lebih murah hati. Aku melihat nyala api biru kecil, terlihat seperti asap, jauh di sebelah sana. Api itu terlihat tenang dan dingin. Aku harus melihatnya baik-baik untuk menenangkan jiwaku."

Ketika masinis meminta tiket, keduanya memberikan tiket yang berbeda.  Campanella mengeluarkan tiket abu-abu kecil, sementara Giovanni menyerahkan selembar kertas hijau berukuran kartus pos yang dilipat empat. Sebuah keanehan yang bisa saja diabaikan oleh pembaca.

"Astaga," seru Pemburu Burung dengan gelagapan  setelah sekilas melihat dari samping. " Ini luar biasa. Tiket ini bisa membawa Anda bahkan lebih tinggi dari dunia di atas langit! Bukan hanya itu. Dengan tiket ini, Anda bisa ke mana saja sesuka hati! Tentu saja, di Ilusi Empat Dimensi yang tak sempurna ini, Anda bisa pergi ke seluruh penjuru dunia dalam jalur Kereta Galaksi Bima Sakti. Kalian benar-benar spesial!'

Ternyata perbedaan tiket tersebut berpengaruh pada kondisi keduanya di dunia nyata. Giovanni kembali menemui ibunya yang sedang sakit sambil membawa khabar ayahnya yang (mungkin) akan segera kembali. Sedangkan Campanella memilih mengikuti ibunya. Hidup memang pilihan.

Demikian juga dengan kakak mahasiswa yang mendapat tugas menjaga sepasang kakak-adik. alih-alih berusaha menyelamatkan mereka dengan membawa ke sekoci, ia justru memutuskan bahwa cara menyelamatkan mereka adalah dengan langsung membawa ke hadapan Tuhan. Karena menurutnya itulah  kebahagian yang sesungguhnya.
https://www.goodreads.com/book/
show/54670114-ginga-tetsudo-no-yoru

Ia bisa saja menyerobot antrian demi anak-anak yang ia asuh. Ia bisa saja memilih mengabaikan para ibu yang meletakkan anak di sekoci dengan berlinang air mata, asal kedua anak asuhannya selamat. Ia justru memilih untuk bertahan tidak tenggelam selama mungkin di kapal dengan kedua anak tersebut.

Apakah keputusan yang ia ambil benar? Apakah dengan begitu ia sudah memutuskan memberikan kebahagiannya dan kedua anak asuh untuk orang lain? Bukan hak kita untuk menilainya. Kedua anak tersebut hanya mengetahui bahwa  mereka akan bertemu ibu di surga. Adapun perdebatan tentang Tuhan antara Giovanni dengan kakak mahasiswa bisa dibaca di halaman 94.

Saat para penumpang melihat rasi Salib Selatan, terdengar kumandang Haluleya. Semula saya pikir ada kesalahan cetak, namun ternyata memang dicetak begitu. Penjelasannya ada pada ulasan yang berada di halaman 111


Dunia imajinasi yang dibangun oleh penulis memang luar biasa. Saya membayangkan jika draf naskah yang ditemukan sudah lengkap, maka kisah yang ada bakalan menjadi kisah yang sangat menawarik dan dinikmati banyak orang. Tengok aja film animasi yang dikembangkan dari kisah ini,  Galaxy Express 999 yang muncul pada tahun 1979. 

Adegan yang mengisahkan para penumpang terkejut melihat orang Indian di halaman 83, membuat kedua alis saya bertemu. Seolah-oleh mereka adalah orang yang menyeramkan. Kisah ini memang ditulis sekitar tahun 1930-an, namun sepertinya kata Indian bisa disesuaikan dengan kondisi saat ini. 
https://www.goodreads.com/book/show/
53798384-the-night-of-the-milky-way-train

Untuk urusan kover, jelas tiada komen he he he. Dominasi warna biru  sebagai ilustrasi Gugusan Bima Sakti sungguh luar biasa. Hanya dengan melihat kover, pembaca sudah bisa mendapat informasi mengenai kisah dalam buku ini. 

Buku ini kaya dengan ilustrasi. Sosok kedua anak juga digambarkan menarik. Hanya saya sempat bingung karena Giovanni digambarkan tidak menggunakan kaca mata, lalu kenapa di halaman 12, bagian Percetakan, ada yang menyapanya dengan Adik Mata Empat? 

Bagi mereka yang menyukai astronomi, buku ini layak menjadi pilihan bacaan. Demikian juga dengan penikmat kisah fantasi. Buku ini menawarkan kisah yang berbeda. 

Agak penasaran juga menemukan ada tulisan angka 7 (tujuh) di bagian belakang buku. Apakah maksudnya buku ini ditujukan untuk anak usia 7 tahun, terutama di Jepang sana? Sungguh luar biasa jika demikian! 

Anak-anak di sana sudah diajar untuk mengenal konsep kesepian, persahabatan, meninggal, berkorban, dan harapan. Suatu hal yang akan menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan ini.

Sosok Giovanni dengan segala kelebihan dan kekurangannya, bisa dijadikan contoh bagaimana seorang anak bersikap dalam menghadapi kehidupan. Tetap membantu merawat sang ibu yang sakit, tak putus harapan sang ayah akan kembali, serta menghindari perselihan yang tak perlu walau ia yang menjadi korbannya.

Sejauh ini, saya baru mengetahui sahabat penggila buku yang membeli dan membacanya untuk diri sendiri, belum ada yang menyampaikan bahwa buku ini dibeli untuk anaknya. Semoga ada ya.

Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar