Jumat, 02 Juni 2023

2023 # 16: Memahami Proses Penerbitan Sebuah Buku

Judul buku: Di Balik Lembaran Buku
Penulis: Bayu
Ilustrator:  Andy Suhandi
Halaman: 56
Cetakan: Kedua-1993
Penerbit: PT Kebayoran Widya Ripta
Rating: 4/5

Buku yang baik sebenarnya bisa dibedakan menjadi dua. Buku yang baik dalam arti mengenai isi buku, dan kedua: buku yang baik dalam masalah bentuk buku
-Di Balik Lembaran Buku, hal 17-

Seperti Penggila Buku pada umumnya, saya juga tergoda jika menemukan buku yang memuat tentang buku dan "teman-temannya". Entah asal mula buku, daftar buku yang wajib dibaca, perpustakaan ter...,  tentang toko buku, bahkan katalog buku yang dijual, juga menarik minat saya.

Buku yang satu ini saya temukan di lapak daring dengan harga setara dengan 8 lembar uang kertas dengan nominal  terkecil, diluar ongkos kirim yang sekitar Rp 6.000, murah bukan?

Awal kisah dimulai dengan rasa penasaran beberapa murid dari kelas IIA SD Harapan terhadap seorang guru Bahasa Indonesia-Bu Marni nama beliau, yang  tak pernah lepas dari buku.  Saat senggang, selalu diisi dengan membaca. Seakan-akan membaca adalah candu baginya.

Buku yang dibaca juga beragam, menilik dari judul buku yang mereka lihat. Ada tentang biografi dan autobiografi tokoh-tokoh dunia. Kadang, membawa buku tebal tentang sejarah, atau bertema pendidikan. Lain waktu, buku dengan judul bahasa Inggris yang dibawanya. Hal ini menunjukkan ia tak hanya membaca satu jenis buku saja.

Suatu siang, saat masa ulangan umum, ada jam kosong di  kelas IIA. Kepala Sekolah memberikan instruksi pada  Bu Marni untuk mengisi kekosongan di kelas tersebut, dengan pertimbangan  Wali Kelasnya tak masuk karena sakit.

Menuruti permintaan murid-murid, Bu Marni mendongeng tentang buku.  Apa faedah gemar membaca buku, bagaimana mencari buku yang baik, bagaimana cara agar bisa mencintai buku  hingga bagaimana proses pembuatan sebuah buku. 

Murid-murid semakin merasa penasaran tentang bagaimana proses penerbitan sebuah buku, lebih spesifik lagi pada proses cetak sebuah buku. Bu Marni mengajak murid-murid untuk mengadakan studi wisata, kebetulan 2 minggu lagi akan libur semester.  Tujuannya kali ini adalah ke perusahaan penerbitan buku.

Hari kedua liburan semester, 30 murid dan 2 guru dengan riang gembira berangkat menuju Yogyakarta mempergunakan bus. Sepanjang perjalanan anak-anak ramai bersendau gurau sambil menikmati pemandangan.

Setelah tiba di Yogyakarta, mereka tidak langsung menuju ke perusahaan penerbitan. Tapi mampir ke beberapa tempat lain, yaitu Keraton Yogyakarta, Gedung Agung atau Gedung Negara, Museum Perjuangan, serta Taman Siswa. Mumpung sedang Di Yogyakarta, sekalian  saja mengunjungi beberapa tempat.

Akhirnya mereka sampai pada tujuan akhir, alasan melakukan studi wisata, perusahaan penerbitan buku. Di sana mereka disambut oleh direktur langsung yang didampingi oleh 2 orang staf. Setelah perkenalan singkat, murid-murid diajak berkeliling pabrik.

Selama berkeliling, murid-murid mendapat penjelasan mengenai proses penerbitan sebuah buku. Mulai dari bagian redaksi yang bertugas memeriksa karya yang akan diterbitkan, ruang lay-out,  penjelasan mengenai cara kerja mesin cetak, serta proses penjilidan buku.

Sebagai pelengkap, setelah menjamu makan siang seluruh rombongan, Pak Direktur juga memberikan informasi tambahan  tentang penemuan mesin cetak oleh Johann Gutenberg, termasuk bagaimana cara kerjanya.

Sebagai oleh-oleh kunjungan, setiap murid termasuk guru, mendapatkan 3 buah buku.  Tentunya semua merasa senang. Oleh-oleh yang sangat berguna. Sepanjang perjalanan pulang, semua murid terpaku pada bacaannya masing-masing.
Membaca itu nikmat dan kalau sudah terbiasa rasanya senang. Sehingga kalau sehari saja tidak membaca, hati merasa sedih 
Secara keseluruhan, isi buku ini terbagi menjadi 6 bagian. Mulai dari Bu Guru Marni si Kutu Buku; Buku Sebagai Kebutuhan Utama; Sebuah Studi Wisata; Mengunjungi Tempat-Tempat Bersejarah;  Bagaimana Cara Mencetak Buku; serta John Gutenberg Penemu Mesin Cetak.

Pada halaman 13, disebutkan kelas yang harus diisi oleh Bu Marni adalah kelas IIA. Namun pada halaman 14, Bu Marni menyebutkan bahwa anak-anak tersebut sudah kelas V.  Kekeliruan kecil yang mengganggu, menunjukkan penulis kurang teliti dan kurang konsisten dalam menjaga alur kisah.

Mencermati kisah, sepertinya yang tepat memang kelas V. Karena murid kelas 5, usia antara 10-12  tahun (saat buku ini dicetak belum ada ketentuan masuk SD minimal 7 tahun), tentunya sudah bisa melakukan pengamatan pada lingkungan dan mengambil kesimpulan dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. 

Seperti mereka mengamati  Bu Murni hingga menarik kesimpulan beliau suka membaca,  kemudian timbul penasaran mengenai kegemaran sang guru. Berlanjut dengan rasa ingin tahu tentang bagaimana proses penerbitkan sebuah buku.

Bagian yang menceritakan bagaimana murid-murid studi wisata ke perusahaan penerbit buku, membuat saya sebagai Penggila Buku merasa  iri.  Apalagi tiap anak dan guru mendapatkan 3 buah buku secara gratis! Duh, kenapa zaman saya sekolah tidak ada studi wisata ke tempat seperti itu.

Dalam buku disebutkan jarak sekolah ke  perusahaan penerbit  yang ada di Yogyakarta hanya 90 kilomter, diperkirakan dapat ditempuh lebih kurang selama 2 jam. Saya jadi penasaran, mencari tahu kira-kira di mana lokasi sekolah tersebut. Tentunya sekolah dalam kisah ini adalah fiktif, tapi bisa diasumsikan itu tempat tinggal penulis, sehingga tahu perkiraan waktu tempuh ke Yogyakarta.

Sebenarnya saya kurang suka dengan perkataan arogan siswa di halaman 28, sayangnya juga disejui oleh guru. 
" Bagaimana, Anak-anak. Ada yang merasa mengantuk?" Tanya Pak Hudori.

"Tidak ada, Pak,"

"Wah, kalau mengantuk sama saja artinya dengan tidak tamasya, Pak," jawab yang lain.

"Kalau memang ada yang mau tidur, lebih baik  tinggal saja di rumah. Tak perlu ikut kita."

"Ya, benar, Anak-Anak. Sekali kita mengadakan perjalanan wisata jangan sia-siakan waktu. Mari kita nikmati pemandangan ....!" ujar Pak Hudori lagi.

Mungkin penulis lupa, ada anak yang mabuk kendaraan. Untuk bisa melakukan perjalanan jauh, mereka mengatasinya dengan minum obat anti mabuk perjalanan. Namun, efek samping dari obat itu adalah rasa kantuk yang hebat hingga membuat ai peminum jadi tertidur.

Jadi bukan tak mau menikmati pengalaman, namun ada hal lain yang menyebabkan seorang anak tertidur sepanjang perjalanan. Mohon penulis lebih bijak. Bisa diganti dengan kata-kata yang berupa saran, bukan seakan menghakimi.

Walau tak menyediakan blurd, dari kover buku serta judul buku saja, para pembaca sudah bisa menebak bahwa ini adalah buku  yang isinya tentang seputar buku. Perpaduan warna ceria makin membuat buku ini menarik untuk dibaca.

Sebenarnya, isi buku ini tak hanya menceritakan tentang proses penerbitan sebuah buku saja, tapi secara tak langsung juga memberikan informasi tentang kesetaraan kedudukan wanita. Uniknya, hal ini justru disampaikan oleh murid laki-laki sebagai bahan ejekan untuk teman perempuannya yang dianggap sudah ketinggalan zaman. Seperti yang tertera di halaman 10.
"Wah, repot!" ujar Rudi mencela. "Rupanya pendapat kalian berdua ini kolot ya! di Zaman sekarang wanita bukan hanya di dapur dan di rumah atau mengasuh anak-anak. Di jaman modern ini kedudukan wanita sudah sejajar dengan pria...."
Seperti yang tertera di bagian awal, buku ini merupakan bagian dari Proyek/Bagian Proyek Penyediaan  Buku Bacaan Anak-anak Sekolah Dasar Inpres No 6 Tahun 1984 Tahun Anggaran 1993/1994.  Maka tak heran jika ada tulisan yang menyebutkan buku inj dilarang untuk diperdagangkan alias tidak boleh diperjualbelilan.

Jika sekarang berada dalam lapak buku daring, bisa jadi  akibat terkena proses penyiangan. Buku-buku yang dianggap sudah tidak layak koleksi lagi, dikeluarkan agar ada tempat untuk buku baru. Sayang sekali, tapi beruntungnya saya.

Melihat stempel perpustakaan sekolah yang ada di halaman depan buku, mungkin saja hal ini terjadi. Semoga buku-buku penggantinya adalah buku yang sejenis dalam perpustakaan sekolah tersebut.

Saya masih bisa melihat nomor panggil buku ini, dari label yang tidak terkelupas sempurna di kover. Nomor panggil 813 bay d menunjukkan bahwa buku ini berada dalam kelas 813 menurut DDC (Dewey Decimal Classification)-sistem klasifikasi  untuk buku, 813 adalah kategori Indonesian Fiction/Fiksi Indonesia, Prosa Indonesia. 

Menurut laman ini,  yang termasuk kelaskan di sini prosa karya Angkatan Balai Pustaka (St. Alisjahbana, dkk), Angkatan Pujangga Baru  (Marah Rusli, dkk), Angkatan '45 (Idrus, dkk), prosa karya Angkatan '66 (Goenawan Mohamad, dkk), novel religius  (contoh: Ayat-ayat Cinta/Habiburrahman El-Shirazy,  Laskar Pelangi/Andrea Hirata, Di Bawah Lindungan Ka'bah/Hamka), periodesasi sastra fiksi dan prosa Indonesia pada umumnya. Termasuk cerita pendek/cerpen, cerita bersambung/cerbung, novel Indonesia

Adapun untuk kata  bay diambil dari nama penulis, yaitu Bayu. Sedangkan d diambil dari huruf pertama dari kata yang menjadi judul buku ini, Di. Jadi ada arti dalam nomor dan angka yang ditempelkan di buku. 

Secara keseluruhan, buku tipis ini ternyata "tebal" isinya. Mereka yang termasuk Penggila Buku atau tertarik pada dunia buku, para pekerja dunia buku, serta para mahasiswa dengan jurusan terkait, dianjurkan untuk membaca agar tahu bagaimana proses penerbitan sebuah buku. 

Para guru juga disarankan untuk membaca buku ini, sehingga bisa mendapat tambahan informasi mengenai bagaimana proses penerbitan sebuah buku. Juga menjadi inspirasi untuk memilih lokasi tujuan studi wisata.

Begitulah jodoh para Penggila Buku dengan koleksinya, kadang melalui jalan yang unik. 

Sumber Gambar:
Buku: Di Balik Lembaran Buku









Tidak ada komentar:

Posting Komentar